🏀 Praevia : Aceville Orlando

Halley : Ultimum Telum

-.-.-.-.-.-

Nama : Aceville Orlando
Lahir : Malang, 2 Agustus
Kelas : XI MIPA 3
Visual : Mark Lee

-.-.-.-.-.-

Jabatan : Ketua kelas
Ranking : 4/100 Jurusan MIPA kelas XI
Gelar : Duke
Keunggulan : Master Biologi
Hobi : Tidak ada

🏀🏀🏀

Seorang cowok berkulit tan memasuki sebuah kamar yang minim pencahayaan, padahal cahaya matahari bersinar terang di luar rumah. Cowok itu berdecak kesal ketika netranya melihat sebuah gundukan yang terbalut selimut tebal berwana biru tua.

"Oke google, cara membangunkan pangeran tidur," gumam cowok itu kepada smartphone yang dia bawa sedangkan tangannya yang lain bergerak cekatan membuka tirai dan jendela.

Cowok itu tersenyum jahil ketika membaca salah satu web dari smartphone-nya.

"Kuaci badan triplek, Kuaci muka jelek, Kuaci kayak cewek, Kuaci mulutnya bikin mewek. Kasihan hidupnya yang ngenes tambah ngenes, dasar jones." Cowok itu bernyanyi dengan kencang sambil menendang gundukan selimut berisikan manusia berulang kali, berharap jika si manusia selimut akan bangun dari tidurnya.

"Berisik! Pergi sana! Ganggu!" usir si manusia selimut dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Cowok itu tidak menyerah begitu saja dan dia tambah semangat menendang-nendang gundukan selimut sambil bernyanyi dengan lagu yang sama berulang kali bagaikan kaset radio.

"Kasihan hidupnya yang ngenes tam--"

Nyanyian itu terhenti karena sebuah bantal mendarat mulus diwajah tampan yang selalu ia banggakan. Cowok itu tidak marah dan tersenyum lebar ketika manusia selimut atau pangeran tidur sedang menatapnya dengan galak.

"OH MY GOD!" cowok itu berteriak kaget dengan reaksi berlebihan. "Sejak kapan kamu jadi ganteng."

Si pangeran tidur mengernyit tidak suka, kemudian dia beranjak dari tempat tidur hanya untuk melihat tampilan dirinya dicermin. Wajah setengah mengantuk, rambut berantakan, dan bekas air dimulut menurutnya tidak akan mengurangi ketampanannya.

"Ternyata mataku yang bermasalah. Kalau dilihat dari dekat kamu ganteng juga, maksudku jejak sungai buatanmu jelas banget. Estetika."

Bantal kedua melayang tetapi dengan sigap cowok itu menangkapnya masih nyengir karena menggoda adiknya bungsunya yang pemarah.

Si pangeran tidur tampan itu bernama Aceville Orlando, masih umur 17 tahun dan sangat membeci basket. Namanya menjadi terkenal karena sewaktu MOS membuat keributan dengan anak OSIS Aldebaran dan mengakibatkan dirinya terdampar dikelompok daftar hitam. Ace memiliki tatapan yang tajam bagaikan elang yang sedang mengawasi mangsa dan juga mulut pedas yang hampir saja membuat masa mudanya memprihatinkan. Wajah tampan dan tenang namun dingin selalu menjadi pusat perhatian siapa saja yang melihatnya.

Semua orang di Bimasakti memanggilnya Ace dan tak jarang dipelesetkan menjadi ice dengan embel-embel dibelakangnya 'prince' karena wajah tampannya yang mampu membuat kaum hawa menatapnya dengan tatapan genit yang sangat memuakkan. Hanya kakak keduanya sering memanggil Ace dengan sebutan 'Kuaci'.

Ace adalah si bungsu dari tiga bersaudara. Kakak pertamanya bernama Ian, seorang cowok lulusan dari perguruan tinggi dengan IPK memuaskan yang selalu menjadi bahan pembicaraan ibu-ibu kompleks. Ian saat ini bekerja di salah satu rumah sakit besar di Kota Malang. Dia bukanlah kakak yang galak dan kejam seperti Kak Ros di kartun Upin-Ipin, dia adalah kakak yang terlalu polos dan penurut. Ace merasa kalau kakak sulungny harus dilestarikan keberadaannya sebelum terkontaminasi oleh Ega.

Kakak keduanya bernama Ega, seorang cowok yang telat pubertas. Ace sangat membenci Ega ketika cowok itu bertingkah seperti anak kecil padahal umur mereka hanya terpaut satu tahun. Tugas Ega di rumah adalah membangunkan dan menjahili Ace, merengek kepada Ian, dan juga memasak.

Kedua kakak laki-lakinya memiliki kesamaan yang sam yaitu bisa memasak, mungkin hanya Ace yang hanya bisa menghancurkan dapur. Dapur adalah zona terlarang bagi Ace dan kedua kakaknya tidak membolehkan Ace menyentuh peralatan dapur. Mereka berdua takut kalau rumah mereka kebakaran karena kecerobohan Ace.

Kesamaan lainnya adalah mereka berdua terlalu peka.

"Udah tiga tahun, sampai kapan kamu menyembunyikannya?" tanya Ian membuka obrolan diantara ketiganya, walaupun dia tahu kalau adik bungsunya tidak akan menjawab pertanyaannya.

Ega yang sedang memakan nasi goreng dengan jamur krispi berseru heboh. "Sampai aku nikah sama Tania juga dia gak akan mau menceritakannya, dia 'kan keras kepala kayak Squidward."

Ace mendengus sebal mendengar celotehan kakak keduanya itu. "Aku enggak akan mengatakannya. Keputusanku tetap enggak berubah. Jadi, jangan menanyakannya lagi!"

"Egois!" bentak Ega sebelum minum air putih. "Kamu itu egois. Orang yang egois hidupnya akan sengsara karena karma kayak di FTV."

Ian memukul punggung Ega sambil melotot mengisyaratkan agar cowok itu sebaiknya tidak berbicara sembarangan. Sedangkan reaksi Ace hanya diam tidak peduli dengan perkataan kakak keduanya.

Ega meringis kesakitan. "Ace itu egois, dia hanya memikirkan dirinya sediri dan kita terpaksa berbohong untuknya selama tiga tahun. Tiga tahun!"

Ian memukul punggungnya lagi, kali ini lebih keras dari yang sebelumnya sampai membuat Ega terjungkal ke depan dengan wajah mendarat mulus di lantai.

"Aku enggak pernah menyuruh kalian merahasiakannya juga, itu keinginan kalian sendiri," ucap Ace dengan nada dingin.

"Tapi, gimana kalau Fiona tahu masa lalunya sendiri?" tanya Ian dengan serius. Ace sekali lagi tidak menjawab pertanyaan kakaknya.

Bel rumah berbunyi, ketiganya sontak langsung menatap pintu berwarna coklat dengan kerutan didahi. Ace beranjak dari tempat duduknya lalu membuka pintu untuk tamu yang datang. Ian dan Ega langsung tertawa canggung ketika sebuah kepala menyembul, orang itu adalah Fiona yang menjadi tokoh utama pembicaraan kakak beradik Orlando.

"Pagi. Tumben ke sini?" tanya Ega sambil melirik Ian supaya cowok itu membantunya untuk bersandiwara mengikuti. Beruntung sekali kakaknya paham tentang kode yang ia berikan.

"Iya nih, mau kencan ya?"

Pipi Fiona bersemu merah lalu memukul lengan Ian dengan keras. "Enggak kok, kita berdua mau datang ke pertandingan basket di GOR. Kak Ega enggak lihat juga?"

Ega tersenyum seraya menatap Ian yang sedang mengelus lengannya dengan senyuman aneh. "Lagi nunggu tebengan nih. Bukannya Kuaci bilang mau jemput kamu?"

"Kelamaan kak, jadi aku kesini aja."

Ian dan Ega hanya mangut-mangut karena kelakuan si bungsu. Suasana pagi ini sangat canggung seolah mereka terciduk melakukan tindakan kriminal.

"Ayo berangkat!" ajak Ace yang ternyata sudah memakai jaketnya, Fiona mengangguk lalu berpamitan kepada kedua cowok yang diam-diam menghela nafas lega.

🏀🏀🏀

Hari itu cerah dengan awan-awan tipis menghiasi langit biru. Di sektiar GOR, spanduk-spanduk besar dipasang bertuliskan "ANDROMEDA VS BIMASAKTI". Tak mengherankan kedua sekolah unggulan di Kota Malang itu terus bersaing dibidang akademik atau non-akademik. Saat ini, keduanya bertemu dalam final pertandingan basket, sebuah ajang persahabatan yang selalu diadakan setiap liburan semester genap.

Beberapa remaja memakai dresscode dan atribut sebagai pendukung tim yang akan bertanding, hijau lemon untuk Andromeda High School dan merah marun untuk Bimasakti High School. Mereka semua tampak bersemangat dengan pertandingan basket itu.

"Pangeran! Fiona!"

Ace dan Fiona kompak menoleh ketika mendengar ada yang memanggil. Dari kejauhan, mereka bisa melihat dua manusia berbeda kelamin berjalan mendekat seraya melambaikan tangan dengan semangat. Mereka berdua adalah Arjuna Dwi Renggala dan Keila Allise Handoyo, salah satu dari sekian ratus siswa Bimasakti yang menobatkan diri menjabat sebagai pengikut Ace si pangeran es.

Ace menatap tajam Juna yang tadi memanggilnya dengan sebutan pangeran.

Juna terkekeh geli ketika melihat wajah garang Ace. "Katanya gak suka basket, kau dipaksa Fio ya? Berarti kita berdua senasib. Kemarin, Kak Chiko bilang kalau aku jadi pemain cadangan, aku sempat nolak tapi dia tetep ngeyel. Katanya sih aku berpotensi jadi pemain berbakat. Aku enggak bohong loh."

Ace memutar bola matanya malas mendengar curhatan Juna.

"Terus kamu terima tawarannya?" tanya Fiona antusias dengan cerita Juna. Menurutnya, Juna adalah cowok yang keren karena bisa mahir dalam dua olahraga sekaligus, basket dan bukutangkis.

Juna tersenyum kemudian membuka jaketnya, cowok itu memperlihatkan seragam basket sekolah kepada Ace dan Fiona. "Kata Kak Chiko, final kali ini si Dava ikut tanding. Bisa mati kita kalau Bimasakti kalah dari Andromeda, Pak Julian pasti bikin peraturan yang aneh-aneh lagi. Jadi, aku terima tawaran Kak Chiko, demi keselamatan kita bersama."

Ace merasa panas ketika mendengar nama yang diucapkan Juna.

"Jun, ajak aku ke ruang ganti. Aku mau ketemu Kak Chiko," kata Ace lagi-lagi dengan nada dingin. Juna mengangguk lalu mengajak Ace ke ruang ganti meninggalkan Fiona bersama Keila.

Di ruang ganti, Ace melihat Chiko mondar-mandir dengan wajah gusar dan gelisah. Anak-anak basket juga terlihat pucat dan tidak bertenaga, seolah mereka sedang bertarung dengan ganasnya soal matematika. Juna yang baru datang dengan Ace merasa bingung dengan situasi itu, biasanya Chiko akan menyambut mereka dengan senyuman lebar.

"Ada masalah, Kak?" tanya Juna seraya menepuk bahu Chiko dengan pelan.

"Enggak baik, Jun. Aku barusan dengan kabar dari Lukman kalau Dava main penuh final ini." Bukan Chiko yang menjawab pertanyaan Juna melainkan Ricky salah satu pemain terbaik Bimasakti.

"Serius? Kok bisa?" tanya Juna denhan panik. Dava adalah pemain terbaik yang sangat ditakuti dan dia selalu menjadi orang pertama yang berhasil menguasai lapangan.

Jika Dava bermain penuh, busa disimpulkan kalau Andromeda akan bermain ganas hari ini.

"Andromeda ingin balas dendam. Kalian pasti tahu kalau lomba karya ilmiah kemarin mereka kalah. Tim basket mereka akan menang jika Dava bermain penuh," jelas Kak Chiko.

"Andromeda kali ini akan kalah," kata Ace dengan percaya diri. Namun semua yang melihatnya malah menjadi sedikit ketakutan karena Ace menatap mereka dengan mata yang mengintimidasi.

"Kau tahu cara mengalahkan mereka?" tanya Ricky. Cowok itu merasa kalau Ace sangat meremehkan Dava Ferdiansyah di lapangan.

"Kalian harus menyerang kelemahan Dava, cara itu adalah cara satu-satunya untuk Bimasakti menang," kata Ace.

Ricky menggeleng dengan tegas. "Kami pantang bermain curang kalau kau lupa, Orlando."

Ace berdecih pelan. "Kau sama sekali enggak bisa tangkap perkataanku, Yudha?"

"Apa kelemahan Dava?" tanya Chiko dengan lembut, berusaha untuk memadamkan api pertarungan diantara Ace dan Ricky.

"Kalian harus menyerang mental Dava. Buat dia kehilangan fokus," ucap Ace dengan nada marah.

-To Be Continued-

Character unlocked

Nama : Alvian Orlando
Lahir : Malang, 4 Desember
Visual: Kim Seokjin
-.-.-.-.-.-
Pekerjaan : Dokter Bedah Onkolog
Keunggulan : Sabar
Hobi : Memasak makanan sehat

Nama : Avegas Orlando
Lahir : Aceh, 6 April
Kelas : XII MIPA 1
Visual : Kim Mingyu
-.-.-.-.-.-
Jabatan : Kapten Capella
Peringkat : 3/100 Jurusan MIPA Kelas XII
Gelar : Duke
Keunggulan : Julid
Hobi : Memasak dan bucin

Nama : Arjuna Dwi Renggala
Lahir : Semarang, 20 Maret
Kelas : XI IPS 2
Visual : Hwang Hyunjin
-.-.-.-.-.-
Jabatan : Wakil ketua Betelguese
Peringkat : 10/100 jurusan IPS Kelas XI
Gelar : Marquess
Keunggulan : Smash Badminton
Hobi : Memberi makan kucing jalanan

Nama : Chiko Darmawan
Lahir : Malang, 15 Januari
Kelas : XII MIPA 4
Visual : Lee Juyeon
-.-.-.-.-
Jabatan : Ketua Antares
Peringkat : 7/100 Jurusan MIPA Kelas XII
Gelar : Marquess
Keunggulan : Pemain Point Guard
Hobi : Basket

Nama : Ricky Bhirawa Yudha
Lahir : 23 April
Kelas : XI IPS 1
Visual : Lee Jeno
-.-.-.-.-.-
Jabatan : Wakil ketua Antares
Peringkat : 7/100 Jurusan IPS Kelas XI
Gelar : Marquess
Keunggulan : Center
Hobi : Penjelajah kafe estetik

Karakter yang lain akan muncul di bab depan.

Love

Fiby Rinanda 🐝
9 Februari 2019
Revisi 2 Oktober 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top