🏀 Novem Partes

Surat Kematian Kedua

🏀🏀🏀

Arjuna Dwi Renggala merasa rahangnya jatuh bebas melihat pemandangan yang sangat mustahil di depannya. Hal ini bukan mengenai Lukman yang kembali menjadi bulan-bulanan Sirius, melainkan Dava dan Ace yang duduk semeja.

Juna merasa anak-anak Aldebaran perlu mencatat kejadian langka ini.

Pantas saja kantin menjadi sesuram kuburan. Batin Juna.

Cowok itu bisa melihat kantin yang semula ajang pencari bakat—yaitu teriak-teriak demi untuk sepiring nasi—berubah menjadi kantin yang sedikit sepi dan tenang.

“Manis, gimana ceritanya mereka bisa semeja? Mereka juga terlihat akur,” tanya Juna kepada Keila--seorang cewek yang dia akui sebagai kekasihnya.

Keila menatap risih cowok di depannya. “Bukan urusamu!”

Juna mengerling jahil, melihat wajah Keila yang marah entah kenapa membuatnya semakin bersemangat untuk menggodanya. “Kalau urusan masa depan kita gimana? Mau enggak jadi mama dari anak-anakku?”

Keila menggetok kepala Juna dengan sendok yang dibawanya. Cowok itu mengaduh pelan tatapi tetap tertawa dan menganggap Keila tambah cantik ketika marah dan Juna sangat menyukai hal itu.

“Serius deh, aku merasa bisa melihat bom atom berterbangan dan mendengar suara tembakan. Lalu aku bisa melihat kalau Ace bisa mengeluarkan sinar laser dari matanya dan si Dava membuka bajunya dan tubuhnya mendadak jadi warna ijo. Dava hanya pakai celana saja.”

Keila menatap Juna dengan bingung. Dirinya tidak tahu kenapa Juna mempunyai daya khayal yang tinggi dan sulit dicerna oleh orang disekitarnya. Bimasakti pasti salah memberi orang ini Surat Undangan Bimasakti, Pak Julian pasti melakukan kesalahan yang fatal.

“Arjuna Dwi Renggala si tetua perkumpulan wayang, mereka itu hanya makan. Enggak ada sinar laser keluar dari mata Ace dan Dava berubah jadi Hulk? Mereka bukan Avengers atau super hero, jangan ngayal deh.”

“Terus?”

“Fiona yang menyuruh mereka duduk berdua,” jawab Keila seraya membawa nampannya kemudian duduk di salah satu kursi.

“Mereka mau?” tanya Juna seraya duduk di depan Keila.

Keila berdecak kesal. “Masih perlu dijawab?”

Juna menggeleng malu. “Oke, aku paham.”

Sementara itu ....

Ace menghembuskan napasnya kasar. Dia mendengar semua percakapan antara Juna dan Keila, apalagi ketika Juna mengarang dia bisa mengeluarkan sinar laser dari mata, Ace harus menahan hasrat untuk tidak mengomel. Salahkan saja yang telinganya sangat peka.

“Aku berharap duduk sama cewek cantik, tapi malah duduk sama cowok pemarah,” keluh Dava seraya menatap Ace dengan tatapan merendahkan.

Ace tidak menanggapi apa yang diucapkan Dava.

“Ngomong-ngomong, aku suka banget sama hadiah itu, Surat kematian. Wow, aku baru tahu kalau kau punya senjata rahasia. Aku rasa Kino melupakan informasi mengenaimu, aku seperti kalah untuk melangkah.”

Ace hanya manatap tajam Dava yang terus mengajaknya berbicara. Sebaliknya, Dava yang tidak kenal takut semakin mengajak Ace untuk mengobrol meskipun Ace sama sekali tidak berniat untuk membalas semua hal yang dia bicarakan.

Fiona datang tidak lama kemudian, seraya membawa nampan berisi makanan untuk tiga orang. Ace dan Dava lalu mengambil jatah makanan mereka.

Fiona mengerutkan alisnya, merasa ada yang salah dengan keduanya. “Eh, makanan kalian tertukar.”

Ace dan Dava saling pandang. Mereka sama sekali tidak merasa makanan mereka tertukar. Ace mengambil mangkok berisi nasi pecel dan Dava mengambil mangkok berisi bakso.

“Sejak kapan Ace suka pecel dan Dava suka bakso?” tanya Fiona.

“Aku harus diet.”

“Aku kelaparan.”

Fiona mengulum bibirnya ketika Ace dan Dava mejawab bebarengan, cewek itu kemudian memulai makan siangnya. Setelah pertemuannya dengan Revano Sanjaya, Fiona berniat untuk mendamaikan Ace dan Dava meskipun hal itu sangat mustahil.

Jika dia tidak bisa mendamaikan mereka berdua, Fiona juga berencana untuk meminta bantuan Cherish Arumi--kekasih Liam--yang ramah dan ceria selain Veano. Cewek itu pasti mengerahkan tenaganya untuk mendamaikan orang.

Acara makan siang di kantin sekolah membuat Ace terlihat kikuk, cowok itu tanpa sengaja mengambil sambal yang terlalu banyak. Fiona yang melihatnya mencoba untuk menghentikan Ace.

“Berhenti! Kamu enggak tahan makanan pedas,” larang Fiona yang terlihat khawatir.

Ace menggeleng pelan.

“Loh dia 'kan calon dokter, biarin aja,” celetuk Dava.

Tiba-tiba sebuah memori masuk ke dalam kepalanya dan Fiona bisa melihat kejadian yang hampir mirip dengan suasana saat ini.

🏀🏀🏀

Hari itu, Nisa masuk ke rumah sakit karena terjatuh dari tangga rumah. Ace, Dava, dan Fiona sepakat untuk berunding di kantin rumah sakit selagi menunggu Nisa siuman. Mereka bertiga sangat kelaparan dan memutuskan untuk memesan makanan.

Hey, kenapa kalian berdua memperlakukan aku seperti orang sakit?” tanya Dava dengan bibir mengerucut.

“Kamu 'kan emang sakit, seharusnya kamu enggak makan makanan di sini,“ jawab Fiona.

“Astaga sayangku, pecel kan juga makanan sehat pakek komplit malah,” kata Dava seraya menunjuk piring berisi makanan kesukaannya.

Ace memandang Dava dengan jijik ketika mendengar kata ‘sayangku’ itu. Menurutnya, panggilan itu tidak cocok untuk karakter Fiona yang lemah lembut.

“Setelah aku melihat video ini, aku ingin masuk ke Bimasakti.” Fiona menunjukkan sebuah video di ponselnya.

Dari video itu, mereka melihat promosi menarik dari salah satu sekolah paling bergengsi di Kota Malang yaitu Bimasakti Senior High School.

“Tapi masuk ke Bimasakti sangat susah, selain harus pintar kita harus punya bakat menonjol jika ingin masuk ke sekolah itu,” kata Dava serius.

“Aku cukup percaya diri untuk pergi ke Bimasakti. Aku pintar, tampan, dan kaya, semua itu sudah cukup untuk mendaftar,” Kata Ace dengan nada percaya diri yang tinggi.

Dava menatap Ace dengan kening berkerut karena melihat kemustahilan yang ada didepannya. “Apa kau yakin seratus persen? Aku bilang mereka mau menerima siswa yang punya bakat istimewa, aku ragu kalau mereka menerimamu dengan modal sedikit. Lebih baik kalau kita pergi ke Andromeda.”

Ace sedikit menarik sudut bibirnya. “Itu semua tergantung diri sendiri, aku mampu dengan keahlianku sendiri. Pak Julian juga bisa melihat orang yang bersungguh-sungguh bersekolah di sekolahnya, aku akan membuatnya menerimaku.”

“Aku juga akan melakukan hal yang sama. Jika kita berempat masuk Bimasakti, masa depan cerah bisa kita raih dengan mudah,” dukung Fiona.

Dava menghembuskan napasnya dengan perlahan, merasa ada yang salah dengan kedua sahabatnya ini. “Kalian berdua sangat keras kepala sekali. Bimasakti bukan satu-satunya sekolah yang bisa membawa kita kepada masa depan yang cerah seperti yang Fiona katakan, bisa jadi sekolah itu adalah Andromeda atau sekolah yang lain. Lagipula, jika kita melihat ke belakang kalian pasti mengenal Revano Sanjaya?”

“Apa hubungannya Bimasakti dengan Revano Sanjaya?” tanya Fiona seraya tertawa kecil. “Dia berada di level yang berbeda dengan kita.”

Dava menunjuk Fiona dengan semangat kemudian meminum es teh manisnya dengan cepat. “Revano bisa sukses karena dia sangat hebat. Menariknya, dia tidak bersekolah di Bimasakti.”

Ace memutar bola matanya dengan jengah. “Itu karena dia bersekolah di Inggris, Dava. Aku juga mendengar berita kalau anak laki-laki Erik Putra juga mendaftar ke Bimasakti--”

“Ah, kalau dia ... aku ragu kalau dia cuma mendaftar saja. Bisa jadi Pak Julian langsung memberi Surat Undangan Bimasakti yang melegenda itu,” potong Fiona seraya mengambil tisu untuk membersihkan bibirnya.

Ace dan Dava kompak bergidik ngeri mendengar informasi dari Fiona. “Gen keluarga itu sangat mengerikan.”

“Apa mereka benar-benar manusia?”

Fiona, Ace, dan Dava menoleh kaget ketika Nisa bergabung dengan mereka bertiga. Cewek itu datang dengan menggunakan kursi roda dibantu dengan kakaknya. Setelah dinilai cukup aman, kakak Nisa meninggalkannya dengan para sahabatnya.

“Kapan kamu bangun? Apa enggak apa-apa jalan-jalan?” tanya Fiona.

“Sudah dari tadi, dokter bilang aku bisa menghirup udara segar. Dia juga menyarankan untuk memakai kursi roda karena kakiku belum sembuh. Apa yang kalian bicarakan? Aku seperti mendengar kalian mengatakan Revano Sanjaya berulang kali.”

“Itu semua karena Revano enggak bersekolah di Bimasakti. Fiona dan Ace ingin mendaftar ke sana, tapi menurutku Andromeda juga bukan pilihan yang buruk,” kata Dava dengan nada orang merajuk.

Nisa tertawa pelan. “Kalau mereka berdua sangat ingin ke Bimasakti, aku juga enggak bisa melarang.”

“Apa kamu juga punya rencana untuk sekolah dimana?” tanya Ace penasaran. “Apa kamu juga ingin pergi ke Bimasakti?”

Nisa menggeleng pelan. “Aku belum memikirkannya. Aku bisa sekolah dimana saja asal ada kalian bertiga disisiku.”

🏀🏀🏀

“Kalian berdua lucu sekali.”

Fiona tersentak kaget karena tiba-tiba Veano sudah duduk didepannya lengkap dengan senyuman secerah matahari pagi yang menyilaukan.

“Bibir kalian terlalu merah karena kepedasan atau kalian habis ....”

Dava melotot ke arah Veano apalagi mendengar ucapan yang ambigu itu. Fiona langsung tahu kalau cowok itu tidak menyukai Veano terlebih lagi dengan perkelahian mereka berdua beberapa minggu lalu.

“Kenapa melotot? Apa kau kangen jinjuku?” tanya Veano seraya memperlihatkan tinjunya dan mengarahkan ke Dava. Dava dengan gesit menghindar.

“Kenapa kalian berkelahi?” Fiona balik tanya.

Veano berkedip sebelum tertawa pelan. “Sudah kubilang, orang yang akan melidungi Fiona setelah Ace adalah Veano Putra. Orang yang bernama Dava Ferdiansyah benar-benar sebuah ancaman. Lagipula aku enggak takut dengan orang yang ada di belakangmu.”

Dava mengepalkan tangannya kuat-kuat. Entah menapa kalau berdekatan dengan si Ketua OSIS Aldebaran ini, amarah Dava selalu tersulut. Dibalik wajah polosnya, Dava tahu kalau Veano punya niat tersembunyi. Sedangkan, Ace hanya diam seraya menikmati es jeruk.

“Aku ... ancaman? Apa kau bercanda?” Dava meletakkan sendoknya lalu menatap Veano serius. “Aku tahu, kau merasa terancam karena kau suka 'kan sama Fiona?”

Ace meletakkan sendoknya juga menatap kedua cowok yang berseteru di depannya dengan wajah datar. Fiona menggigit bibirnya merasa kalau mereka bertiga akan berkelahi dengan sengit.

“Ace dan kau punya tujuan berbeda, Ace gak mau kalau Fiona ingat kejadian masa lalunya dan kau sebaliknya. Sekarang, Fiona bisa ingat Nisa Rahmah dan apa pendapatmu Ace? Apa kau akan diam saja? Kau tahu kan akibat kalau Fiona tahu semuanya?”

Ace menoleh ke arah Fiona dengan geram lalu beralih melihat Dava dan melemparkan sebuah surat berwarna merah darah ke wajahnya.

"Algojo siap menghukummu," ucap Ace dengan suara pelan yang sangat mengintimidasi. Fiona dan Dava terbelalak sedangkan Veano tersenyum puas melihat adegan itu.

Apa yang akan dilakukan Ace selanjutnya?

“Ace sangat mengerikan untung saja aku sukanya sama kamu, Kei. Apa jadinya kalau aku suka sama Fiona?” ucap Juna pelan dan Keila lagi-lagi memukul kepalanya dengan brutal.

Yah, pasangan itu masih melanjutkan pekerjaan menguping.

Berterimakasih kepada Lukman Permana yang mengajarkan mereka 'teknik menguping secara profesional'.

***
J

angan lupa mampir ke book sebelah teman-teman 😀😀

Love

Fiby Rinanda🐝
21 April 2019
Revisi : 18 Juli 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top