🏀 Duo Viginti Partes
Sekilas info
Ada beberapa informasi yang aku ubah mengenai Series Bimasakti terutama di book ini, agar selaras dengan book lainnya.
1. Angkatan Jupiter (kelas 3) diganti Hygiea
2. Di book ini aku pake bahasa yang agak santai, tapi di book selanjutnya pake semi baku
3. Book ini udah ending, tinggal revisi aja
4. Ada istilah asing di book ini, kalau gak ngerti coba cek glosarium di book High Class Mahawira
Ingat Nisa?
🏀🏀🏀
"Kenapa kalian melihatku kayak gitu? Aku tahu kalau ganteng, jadi biasa aja kalau lihat," tanya seorang cowok sambil menyisir rambutnya yang sepintas terlihat seperti model iklan di televisi.
"Kak Eros jadi wasitnya?" tanya Fiona ragu seraya menatap cowok itu. "Kenapa kok enggak Kak Chiko, Ricky atau Eldin aja jadi wasit?"
Eros cemberut yang mungkin saja terlihat imut didepan Fiona, tetapi kalau dilihat dari sudut pandang Ace dan Dava, Kak Eros seperti bebek. Sangat menyebalkan.
"Wajar aja kalau Fio ragu soalnya gak ada unsur-unsur basketnya di wajah kakak," kata Dava nyengir.
Ace hanya melihat Kak Eros dari atas ke bawah dan itu cukup membuat cowok yang menjabat sebagai teman seperjuangan Ega merasa tertohok.
"Kalian bertiga meragukanku? Gini-gini aku anggota Antares. Kalian dengar, Antares." Eros masih cemberut dan wajahnya memerah karena kesal, dia merasa energinya terkuras habis hanya karena obrolan ini.
Fiona yang merasa bersalah menyangkal dengan keras takut kalau kakak kelasnya itu semakin tersinggung. "Gak gitu kak!"
"Oh, aku juga ingat itu," gumam Ace pelan dan tampak tidak tulus.
Eros tertawa canggung, dia menghela napasnya untuk mengatur emosinya. "Aku ini hebat jadi Chiko menyuruhku untuk menjadi wasit pertandingan kalian berdua."
Fiona kembali duduk di tribun untuk menonton duel basket antara Ace dan Dava. Bahkan Inge dan April yang paling bersemangat dalam duel ini.
"Kenapa nangis? Kamu takut ya kalau salah satu dari mereka berdua kalah?" tanya Silla dengan suara pelan. Mengetahui sahabatnya yang diam-diam menangis, Silla mengelus-elus punggungnya. Ekspresi yang biasa keras sedikit melembut.
Fiona menggeleng pelan. "Bukan tentang itu."
"Terus?"
"Sil, berita yang dari Lukman itu emang bener?"
"Tentang Nisa Rahma? Kamu ingat siapa dia?" tanya Silla seraya menatap Fiona lekat-lekat.
Fiona menatap Silla kemudian menggeleng pelan dengan ekspresi frustasi.
🏀🏀🏀
"Empat puluh dari seratus persen," kata Fiona kepada Dokter Hendra setelah pemeriksaan.
Dokter Hendra terlihat terkejut. "Secepat itukah? Apa ini karena Dava?"
Fiona hanya tersenyum tipis. Beberapa minggu lalu dirinya sempat mengatakan kalau dia bisa ingat masa lalunya karena Dava, tetapi semenjak Revano memberikan buku harian Nisa kemampuan Fiona semakin hari semakin meningkat.
Bukan karena Dava tetapi karena Nisa.
"Mungkin aja," jawab Fiona.
Dokter Hendra mengangguk. "Dava juga punya peran penting dalam proses pemulihan ingatanmu. Kamu bisa anggap Dava itu jembatan, sederhana tetapi sangat penting. Awal kamu bisa mengingat juga karenanya jadi aku punya harapan kalau kamu bisa sembuh sepenuhnya sebentar lagi."
"Beneran?"
"Asal si Ace gak menghalangi lagi. Aku juga gak tahu sih kalau dia punya peran sebagai rintangan sebesar itu. Ibaratnya, Ace itu sebuah lubang di jembatan."
Fiona menunduk. "Sulit sekali menghindari Ace, semakin menjauh darinya malah semakin dekat."
Dokter Hendra menepuk bahu Fiona untuk menyemangatinya. "Ace itu rintangan yang menarik dan kamu harus memanfaatkannya."
"Memanfaatkan Ace? Eh, aku bukan orang yang kayak gitu."
"Bukan gitu. Kamu harus memanfaatkan kesempatan yang ada. Jadikan rintangan Ace itu sebagai acuan untuk sembuh. Semakin kamu punya niat, tekat, dan semangat yang kuat buat berusaha semakin cepat kamu akan merasakan hasilnya."
"Aku akan mengingatnya," ucap Fiona dengan tulus.
Dokter Hendra tersenyum bangga. Sifatnya yang mirip dengan Farras kakaknya yang lucu membuat Fiona merasa nyaman untuk menceritakan keluh kesahnya. Fiona menganggap dokter muda itu sebagai kakak keduanya.
"Oh ya, apa kamu bisa ingat siapa Nisa?"
Fiona mendesah pelan. "Aku ingat sebagian kejadian di buku harian itu tapi ada yang aneh. Kenapa aku gak bisa mengingat wajah Nisa?"
Dokter Hendra mengerutkan keningnya. "Gak ingat wajahnya?"
"Wajah Nisa selalu buram dan ketika aku mencoba lagi, kepalaku langsung pusing," jawab Fiona dengan lesu.
Dokter Hendra kemudian mencatat sesuatu di buku catatannya sebelum bertanya lagi. "Selain itu, apa yang bisa kamu ingat dari Nisa?"
"Suara. Aku bisa ingat suara Nisa," jawab Fiona antusias.
Sang dokter terlihat takjub ketika mendengar jawaban Fiona. "Kemajuan yang sangat pesat, Fio."
"Ya, ku harap aku bisa mengingatnya lagi."
🏀🏀🏀
"Aku gak tahu kalau Ace sehebat itu," kata Inge ketika Ace kembali mencetak tiga poin. Bahkan gerakannya terlihat profesional.
Fiona ingat kalau dulunya Ace dan Dava selalu main basket bersama ketika sepulang sekolah. Dava selalu saja membuat taruhan-taruhan aneh untuk siapa yang kalah tetapi berakhir dia yang menjadi korban karena Ace yang selalu menang.
Ace sering sekali mengejek Dava karena permainan basket Dava sangatlah buruk. Berkat ejekan itu Dava semakin bertekat untuk menjadi atlet basket. Dengan dibantu Ace, permainan basket Dava kian membaik semakin hari. Fiona merindukan masa-masa itu.
"Ace benar-benar menjauhkanmu dari Dava. Kamu gak marah sama dia?" tanya Silla penasaran. Menurutnya, Ace memang keterlaluan.
Fiona menggeleng pelan, dia paham apa yang cowok itu lakukan. "Buat apa aku marah selama tujuan masih benar."
"Tapi kalau Dava masuk tim basket, dia gak bisa deket sama kamu." Silla bersikeras.
"Sil, Dava emang gak bisa deketin aku gara-gara Ace tapi aku masih bisa kan deketin dia," kata Fiona sambil menyenggol lengan Silla dengan kerlingan manis yang menggoda. Silla mengerutkan kening sebelum terkekeh pelan.
"Caranya gimana? Tahu sendiri kalau Ace punya banyak mata-mata, sebut saja si Bagas itu," tanya April.
"Aku malah curiga kalau si Ace punga jurus seribu bayangannya Naruto. Habisnya dia bisa tahu aja Fiona lagi sama Dava," kata Inge.
"Ace emang versi nyata dari Naruto terus Dava itu Sasuke, Fiona itu Sakura," timpal April lagi seraya tertawa.
"Terus Kakashinya itu Veano," lanjut Inge sambil tertawa.
Fiona memegang perutnya sakot ketika tertawa kemudian cewek itu mengatur nafasnya.
"Emang cuma Ace aja yang punya mata-mata, aku juga punya dong. Banyak sekali malahan."
Fiona membicarakan teman-temannya, mungkin dia juga bisa bertanya kepada Lukman atau Yena.
***
Love
Fiby Rinanda🐝
9 Juni 2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top