🏀 Decem Partes
Kembali lagi sama POV Nisa Rahma ya teman-teman :)
Jangan dibaca aja, tolong dikomen dong. Othor butuh temen nih :v
Jangan lupa baca lapak sebelah ya ....
Serangan Fakta
🏀🏀🏀
Seharusnya aku tidak mendengar apapun saat itu, tetapi jika aku tidak mendengarnya ... ku tidak akan memaafkan diriku sendiri.
Saat itu adalah hari ulang tahun Fiona yang ke 13 tahun sekaligus hari yang aku nantikan selain ulangtahunku sendiri. Tiga hari sebelumnya, Dava mengajakku dan Ace untuk membeli hadiah disalah satu pusat perbelanjaan terbesar di Kota Malang--lagi-lagi Keluarga Mahawira yang memilikinya. Hadiah itu akan kami berikan kepada Fiona yang selalu berada di sisi kami.
“Kira-kira apa Fiona mau diberi hadiah buku tulis?” tanya Dava seraya mencolek lengan Ace. Hari itu Dava sangat manja kepada Ace, sedangkan Ace sangat menghindari Dava sesering mungkin.
“Ngawur! Fiona sudah besar. Kalau kau membeli hadiah buku tulis, dia pasti kecewa kepadamu. Kita bukan anak-anak lagi. Dia pasti menginginkan sesuatu yang lain.” Ace menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pelan kemudian menatap Dava dengan heran. “Ingat! Kita harus kasih hadiah yang sangat istimewa.”
Aku tertawa melihat mereka berdua yang selalu bertengkar di manapun, mereka seperti anak kecil dan itu sangat lucu. Pertengkaran mereka berdua tidak akan berakhir jika salah satu diantara mereka berhenti.
Mereka berdua sangat keras kepala dan membuat orang disekitarnya merasa pusing.
Setelah itu, Dava memimpin perjalanan kami dengan percaya diri. Beberapa cewek-cewek yang berpapasan dengan kami meliriknya gemas bahkan ada yang mengajaknya berkenalan. Cewek-cewek itu juga berkesempatan untuk menggoda Ace yang tampan rupawan. Ace cenderung menghindari orang yang seperti ini, oleh sebab itu dia langsung menarik Dava dan pergi sejauh mungkin--alasan kongrit yaitu Dava penyebab kesialan Ace hari ini.
“Apa kau bisa enggak genit-genit ke cewek? Aku lelah menyeretmu,” omel Ace sambil menyilangkan tangannya di depan dada, tatapan galaknya mengingatkan aku kepada karakter ini tiri yang menyiksa Cinderella.
Dava mengibaskan rambutnya seperti model iklan shampo kemudian cowok itu berkedip genit ke arahku. “Ketampanan itu harus dimanfaatkan dengan baik, Ace. Jangan kuno ah!”
“Hei, jangan abaikan nasehat Ace, Dava. Bisa saja kamu memancing tante girang untuk jadi brondongnya. Kalau seperti itu, apa yang kamu lakukan?” tanyaku sambil menaik-turunkan alis lengkap dengan senyuman menggoda.
Kelemahan Dava yang jarang diketahui orang adalah dia terlalu mudah untuk digoda, cowok itu akan panik selama berhari-hari.
“Nisa! Kamu sangat menakutkan. Kalau begitu, aku janji akan berubah,” kata Dava dengan semangat.
“Aku kurang yakin dengan janjimu, Dava. Bagaimana kalau kita berpencar buat mencari hadiah untuk Fiona, satu jam lagi ketemuan di sini?” usulku yang langsung diangguki sama Ace dan kami berdua sepakat untuk menghiraukan Dava yang tidak setuju.
Fiona adalah penyuka warna hijau berat dan aku ingin mencari sesuatu yang warnanya hijau untuk dijadikan hadiah. Mulai dari baju, celana, topi, sepatu, dan lain-lain yang berwarna hijau tidak cocok untuk Fiona yang feminim. Ketika melirik toko boneka, aku mempunyai firasat kalau benda yang cocok buat Fiona ada di sana.
“Cari apa, Mbak?” tanya penjaga toko yang tiba-tiba muncul di depanku. Dia sangat cantik dengan rambut pendek yang diwarna dengan warna coklat lembut, tubuhnya langsing dan terlihat sehat--kecuali ketika tertawa, aku bisa melihat potongan cabe merah terselip digiginya yang putih.
Aku tersenyum canggung. “Ada boneka yang warnanya hijau, Mbak?”
“Saya punya rekomendasi yang bagus. Boneka ini sangat bagus, hanya ada ditoko ini saja, kalau boneka yang ada di sana sangat umum dan selalu dicari oleh pelanggan.” Si Mbak menunjukkan beberapa boneka warna hijau ditanggannya dan mempromosikan dengan ramah. Tetapi aku menggeleng karena rekomendasinya tidak selera denganku.
Sang penjaga toko tertawa dan harus akui kalau semangatnya yang luar biasa membuatku terkagum. Dia kemudian melesat pergi untuk mencari boneka hijau lain. Aku juga mencari boneka itu dirak-rak lain.
“Mbak, aku beli yang ini saja,” kataku seraya mendekati sang penjaga tokoh. Sang penjaga toko tertawa lagi dan aku tidak melihat potongan cabe merah digiginya, aku menduga kalau dia sadar dan segera menggosok giginya alih-alih mencari boneka di rak sebelah.
Setelah membeli boneka itu, aku pergi ke tempat awal untuk menemui Ace dan Dava. Mereka berdua akan mengomel jika aku terlalu lama.
“Eh, sepertinya aku melihat Celine,” kataku kepada diri sendiri ketika melihat sosok yang sangat familiar.
Celine adalah saudara sepupu Fiona yang selalu menampilkan wajah galak ketika bertemu denganku. Aku tidak terlalu suka dengan orang itu, maka aku berniat buat mengikuti dia diam-diam.
Celine tidak sendiri, dia pergi bersama teman-teman ceweknya yang lain. Disekolah, mereka terkenal dengan julukan snakers, cewek-cewek yang hobi mencari gara-gara dengan kakak kelas. Celine sangat berkuasa disekolah dan dia tidak segan mengganggu orang lain yang menurutnya pengganggu.
“Sepupumu sebentar lagi ulang tahun 'kan?” tanya Putri, salah satu teman Celine yang selalu menggoda Ace dan cowok-cowok tampan. “Ace sama Dava kira-kira dateng gak?”
Celine melirik Putri dengan gaya sombong. “Awas kalau kamu melirik, Ace. Dia itu milikku! Aceville Orlando hanya milik Celine Lesmana.”
Jane tertawa meledek. “Sayangnya Ace enggak pernah melirikmu, Fiona adalah prioritas utama menurutnya.”
Aku mengangguk membenarkan perkataan Jane. Ace memang peduli dengan Fiona, terkadang aku dan Dava meledek mereka buat pacaran, tetapi berakhir dengan kami berdua yang dikerjain habis-habisan.
“Fiona lagi Fiona lagi, dia itu parasit tahu.” Celine mengibaskan rambutnya dengan gerakan berlebihan. “Apa kehebatannya? Aku lebih cantik daripada Fiona. Mata Ace pasti bermasalah?”
“Apa kamu bercanda? Satu sekolah sudah tahu kalau Fiona adalah cewek yang paling cantik. Dimana ada Ace pasti Fiona selalu didekatnya. Mereka berdua itu seperti raja dan ratu—“
“Oh, jadi anak sialan itu mendekati Ace dengan kecantikannya. Aku akan membuatnya menderita,” potong Putri yang ikutan gemas.
“Kalau Fiona enggak ada, hanya aku yang bisa menjadi pasti pacar Ace,” kata Celine dengan senyuman miring. “Kalau aku bisa membuat wajah Fiona jelek, Ace pasti enggak mau berdekatan dengan dia. Ace pasti akan mendekati cewek yang lebih cantik ... dan itu pasti aku.”
“Jadi gimana? Apa kamu punya rencana?” tanya Putri panasaran.
“Kalian enggak usah khawatir. Aku sudah punya rencana untuk membuat wajah Fiona jelek. Jika dia memakainya, wajah cantiknya akan ruaak. Ace dan Dava pasti menjauh, setelah itu aku yang akan menjadi pacar Ace. Fiona akan frustasi kemudian bunuh diri. Tamat.”
“Kejam banget sih,” kata Jane sambil mendorong Celine pelan, kemudian tertawa sinis. “Kamu mau Fiona mati bunuh diri? Aku rasa itu ide yang bagus.”
Celine ketawa jahat dan aku sangat marah mendengar rancananya yang akan menghancurkan masa depan sahabatku yang berharga.
“Fiona itu pantas mati!” desis Celine dengan mata penuh kebencian.
Aku tidak tahan lagi, Ace dan Dava harus mengetahui rencana jahat Celine yang ingin membuat wajah Fiona rusak dan mengacaukan ulang tahun yang sangat dinantikan. Kami bertiga harus menghentikan si gila itu.
“Kenapa kamu lama sekali? Kamu bisa lihat kalau muka si Abang ganteng menjadi kusut seperti keset.” Dava menunjuk Ace yang lagi bersandar di dinding dengan gaya keren. Seperti perkataan Dava, Ace terlihat pucat.
“Apa kamu sakit?” tanyaku sambil memegang wajah Ace yang terasa panas ditelapak tanganku. “Kamu sakit Ace!”
“Aku hanya pusing, kalau minum obat pasti akan sembuh. Kalau kamu sudah mendapat hadiah yang cocok, kita bisa pulang sekarang,” Aku mengangguk setuju.
Aku tidak bisa memberitahu rencana Celine begitu saja karena jika Ace tahu, dia pasti kepikiran dan itu bisa menghambat proses penyembuhan. Aku harus bersabar untuk menunggu Ace sembuh.
“Kamu bisa jalan? Mau digendong apa diseret?” tanya Dava dengan serius.
“Memangnya aku karung beras? aku masih bisa memukulmu.” Ace menggerutu seraya menyeretku menjauh dari Dava.
🏀🏀🏀
Ulang tahun Fiona kali ini digelar dengan sederhana, cewek itu hanya mengundang teman, tetangga, dan beberapa kerabat. Kami berempat sepakat memakai pakaian warna hitam karena Fiona kali ini menginginkan konsep sedikit dark.
Pada akhirnya aku tidak mengatakan apapun mengenai rencana Celine kepada Ace dan Dava.
“Kalian seram sekali memakai pakaian serba hitam. Apa kalian berencana untuk bermain detektif?” komentar Kak Ega seraya mengamati kami dengan serius tetapi dia sendiri juga memakai pakaian serba hitam. Dasar aneh.
Ace terlihat ingin menimpali perkataan kakaknya tetapi diurungkan karena ada pengganggu muncul ditengah-tengah kami. Baik aku dan yang lain tidak menyukai pengganggu ini.
“Ace temenin Celine dong.”
Ace melirik tangannya yang dilingkari Celine, kemudian dia menatapku dengan wajah datar--Ace kurang bisa mengendalikan diri jika berdekatan dengan Celine, dia akan membuat wajah aneh ketika meminta bantuan.
“Waduh sayang sekali, Ace ada urusan denganku. Kamu harus mencari orang lain,” kata Dava seraya tersenyum manis yang terlihat tidak tulus dimataku--senyuman yang seolah berkata untuk menyuruh Celine segera menjauh dari sini.
Ace melepaskan tangan Celine dengan kasar dan menatap cewek itu dengan tajam. Celine yang terkaget segera memasang wajah penuh kesedihan yang tampak palsu. “Ace, kamu jahat sekali.”
“Aku enggak mau disentuh oleh orang asing sepertimu,” ucap Ace dengan kejam seperti biasanya. Aku dan Dava langsung menahan tawa ketika cowok itu secara terang-terangan mengusir Celine. “Pergi jauh-jauh dariku!”
Celine kemudian meninggalkan kita dengan menghentakkan kakinya kasar.
Meskipun digelar sederhana, ulang tahun Fiona tergolong sangat meriah kecuali tatapan iri dan dengki yang keluar dari Celine. Aku ingin menendang keluar orang jahat itu dan menjauhkan dari kehidupan damai Fiona, tetapi untuk saat ini aku hanya bisa menahannya.
“Hijau!” pekik Fiona senang ketika membuka hadiah dariku, sebuah boneka brokoli yang lucu. Fiona memang tidak terlalu suka brokoli tapi karena warna boneka adalah hijau, dia terlihat menyukainya.
Dava memberi hadiah yang cukup berkesan, dia memberi sebuah lukisan dengan Fiona sebagai objek utama. Ukuran lukisan itu sangat besar dan dia juga berpesan agar memasang lukisan itu di ruang tamu agar dapat dilihat oleh semua orang. Berbeda dengan hadiah Dava, Ace memberikan kotak musik antik berwarna coklat kayu. Kotak musik itu mengeluarkan musik klasik yang sangat indah, Ace juga mengatakan kalau Fiona dapat mendengarkan musik itu ketika hendak tidur.
Aku bersyukur melihat Fiona terlihat bahagia karena mendapat hadiah kami bertiga--meskipun Ace dan Dava tidak membeli hadiah di pusat perbelanjaan yang kami datangi tiga hari lalu.
“Selamat ulang tahun, Fiona,” ucap Celine seraya memberikan sebuah hadiah berupa kotak kecil yang dibalut pita berwarna merah.
Aku langsung tahu kalau hadiah itu yang akan membuat wajah Fiona rusak. Aku tidak bisa menebak hadiah apa yang dibawa oleh Celine.
“Terima kasih, Celine. Kamu baik sekali.”
“Sama-sama, Fiona. Aku harap kamu bisa memakai hadiah dariku,” ucap Celine seraya tersenyum manis kemudian pergi.
Aku mengikuti kemana perginya Celine. Ternyata dia pergi ke belakang rumah Fiona. Celine menemui ayahnya dan dari ekspresi mereka berdua, sepertinya cewek itu sedang berdebat sengit. Dari jarak ini, aku bisa mendengar perdebatan mereka berdua.
“Kapan papa menghancurkan perusahaan Paman Felix? Aku sudah enggak sabar melihat penderitaan Fiona. Aku sangat membencinya dan aku ingin dia menderita,” tanya Celine.
Paman Tito, ayah Celine terlihat mendesah pelan kemudian menepuk kepala anaknya dengan lembut. “Sabar sayang, sebentar lagi mereka akan hancur.”
“Apakah masih lama? Aku sangat enggak suka kalau dia berdekatan dengan Ace! Dia milikku!”
“Aceville Orlando putra bungsu Antonio Orlando?” tanya Paman Tito yang diangguki semangat oleh Celine. “Hmm ... jika Alvian lebih memilih kedokteran, Avegas pasti memilih kejaksaan. Kalau begitu, yang akan mewarisi perusahaan Antonio adalah Aceville. Celine, kamu harus mendapatkannya.”
“Aku akan mendapatkan Ace, tetapi papa harus menyingkirkan Fiona dan Nisa secepatnya.”
“Tenang saja, mereka berdua bisa diatasi,” kata Paman Tito sambil tersenyum mengerikan.
Aku tidak menyangka kalau Paman Tito yang sangat baik hati dan lemah lembut ternyata bisa sekejam itu. Dia bahkan terlihat sangat menyayangi Fiona seperti anak sendiri, Fiona juga sangat nyaman bersama Paman Tito.
Sekarang, Paman Tito ingin menghancurkan keluarga Felix, saudara mereka sendiri demi sebuah perusahaan?
Harta benar-benar bisa membutakan manusia.
Apa yang kulakukan?
Senyum Paman Tito luntur digantikan dengan tatapan tajam karena tidak sengaja melihatku. Dia pasti berpikir kalau aku mencuri dengar pembicaraannya dengan Celine mengenai hal-hal yang akan menghancurkan keluarga Felix.
“Paman? Fiona mencari Paman,” kataku dengan senyuman manis agar Paman Tito tidak curiga kepadaku.
Paman Tito kemudian tertawa kecil kemudian tatapannya kembali melembut ketika dia menatapku. “Dia pasti menunggu hadiah dariku.”
Paman Tito kemudian pergi meninggalkan aku dan juga Celine berdua.
“Ka-kamu mendengarkannya?” tanya Celine dengan gugup.
Aku menyeringai melihat dia sangat takut rahasianya terbongkar. “Apa kau menyembunyikan sesuatu, Celine? Tenang saja, aku enggak dengar apapun.”
Celine mendesah lega ketika mendengar jawabanku dan aku menganggap cewek itu terlalu cepat lengah dan bodoh.
Secepatnya, aku akan menyelamatkan Fiona dengan meminta bantuan Ace atau Dava ... atau seseorang yang bisa membantuku.
Siapapun juga.
Hola! Aku mau tanya-tanya sama kalian semua tapi harus ada alesannya ya.
Tokoh yang disukai
Tokoh yang tidak sukai
Tokoh yang dicari-cari
Love
Fiby Rinanda🐝
28 April 2019
Revisi : 20 Juli 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top