11 | Scene eleven

Hal pertama yang dilakukan Jisoo ketika terlepas dari borgol: ia bersorak gembira, teriak heboh, dan menjadikan diri sendiri sebagai tontonan umum.


“MERDEKAAAA ...!”

Lalu pergi—jangan lupakan reaksinya menjulurkan lidah mengejek Taeyong. Selama bebas, Jisoo memanfaatkan untul berkeliling ke pusat belanja membeli beberapa pakaian baru, makanan, dan beberapa hal yang diinginkan.

Selesai menikmati berbelanja, Jisoo segera balik Villa. Ia membuang pakaian selama tiga harinya, mengganti ke pakaian baru kemudian menikmati kebebasan di Villa dengan rebahan di sofa sambil menikmati tontonan kartun.

Berbeda dengan Taeyong yang tampak tenang nan damai menikmati waktunya dengan rebahan di kursi pantai, tiduran, dan merasakan kenyaman pijatan mbak-mbak yang menawarkan jasa pijat kepadanya.

Eh, gaboleh seudzon. Bukan pijatan plus-plus lho ehehehehe.

...

Ha ... ha ... ha ....”

Hal pertama yang menyambut kepulangannya adalah suara tawa Jisoo menggelegar memenuhi seluruh indra pendengarnya. Taeyong mencibir melihat bentukan istri, menikmati sekali kebebasannya sampai mengabaikan tanpa menyambut kepulangannya.

“Goblok, anjir!”

Dia bergeleng mendengar umpatan Jisoo selama menonton kartun. Tak mau ambil pusing, Taeyong bergegas mandi. Risih juga pakai kaus sama selama tiga hari, untung hari ini mereka bebas.

“Naruh pakaian yang bener, dong!” Taeyong berteriak mengonel sambil memunggut pakaian tiga hari Jisoo yang berserakan di lantai.

Karena tak ada balasan, ia mendesah pendek, lantas memungut pakaian Jisoo dan memindahkan ke ranjang laundry.

Yah mandi sendiri deh, padahal pagi tadi masih mandi berdua.

...

Atensi Jisoo yang terpusatkan pada TV teralihkan ketika channel berganti ke tayangan lain. Matanya mendelik sangar, mendapati si biang kerok ikut-ikutan duduk sebelahnya.

“Gantian,” katanya dengan santai dan tak berdosa ikut mengambil cemilan di pangkuan Jisoo.

“Ganti nggak channelnya?!”

“Udah jam delapan, nih. Tontonan lo udah selesai giliran gue.”

“Nggak mau!” protesnya hendak merebut remote TV, tapi Taeyong buru-buru menduduki remote sehingga Jisoo tidak bisa mengambilnya.

“Buruan gih, ambil,” ucapnya sambil menyeringai puas. Jisoo mendengus jengkel. Ogah banget mengambil remote di bawah pantat Taeyong.

Akhirnya dia berdiri, melangkah cepat mendekati TV dan berdiri mantap menghalangi layar.

Taeyong melongos, lantas protes,“Minggir, woi!”

“Balikin remotenya dulu,” kata Jisoo menagih remote.

“Nggak usah ganggu. Minggir!”

“Yang ada tuh, lo ganggu gue.”

“Kan, lo udah ngadep TV berjam-jam. Sekarang giliran gue!” tungkasnya tidak mau mengalah.

Jisoo tetap pada pendiriannya. “Nggak bisa!”

“Gue cium  kalau gak minggir.”

“Bodo!” reaksinya tidak menggubris ancaman Taeyong.

Taeyong berdecak melihat kegigihan Jisoo berdiri di depan TV. Ia pun menggerutu, “Lama-lama gue perkosa juga lo.”

“Gue laporin ke polisi,” balas Jisoo.

Karen gemas, Taeyong berdiri dan Jisoo cepat kilat menjauh dari TV menghindar dari suaminya.

Reaksinya begitu cepat. Membuat Taeyong tersenyum mengejek. “Pede banget sih, lo. Siapa juga mau deketi lo!” cibir Taeyong.

Jisoo tidak membalas. Ia hanya mendengus mengabaikannya, namun bergerak cepat mengambil remote TV. Taeyong apa yang diincar istrinya, dengan begitu dia bergerak lebih gesit dari belakang dan meraup tubuh Jisoo lalu menguncinya.

Jisoo terkejut tatkala terkunci dipelukan Taeyong. Dia mencoba membebaskan diri, sayang tenaganya kalah banding sama suami.

Taeyong menyeringai puas. “Nyai mau teriak? Silahkan. Eh, enakan teriak di kamar, lho.”

Jisoo mendengus kesal melihat ekspresi meledek Taeyong atas kekalahannya.

“O, iya, kan, kedap suara jadi aman.”

“Lepasin nggak?”

“Sayangnya nggak mau. Enakan gini, kok.”

Matanya mendelik tajam. Taeyong semakin mengeratkan pelukan, bahkan menggoda Jisoo dengan meniupi wajahnya. Membuat sekujur tubuh Jisoo meremang.

“Taeyong!”

“Gimana, Nyai. Siap?”

“Lepasin, Bego!”

Dia tertawa. “Nyai gausah galak. Istri baik itu nurut sama suami.”

“Cuih, istri!” cibirnya. “Gini aja lo anggap gue istri. Coba dah, nanti cewek cantik lewat juga lo lupain istri lo ini.”

“Ada cowok ganteng juga lo lupain suami lo ini,” balasnya tak mau kalah. “Gue kan  ganteng mana mungkin lo berpaling.”

“Najis!”

“Gemes banget sih, minta dicium.”

Lantas Jisoo membekap mulut dan mendelik tajam, serta mengancam, “Awas lo macem-macem sama gue!”

Taeyong mengencangkan pelukan. Ia kembali menggoda Jisoo dengan meniupi wajah istrinya itu sampai membuat pipinya merah merona.

“Nyai,” panggilnya memasang wajah sok innocent. Dalam hati Jisoo mengumpat dan bersumpah kalau ekspresi Taeyong sekarang minta di sleding (tendang).

Ia berteriak dalam bekapan mulut dan meronta ketika Taeyong menciumi punggung tangan Jisoo yang melindungi bibirnya, bahkan tak segan-segan menjulurkan lidah menjilati pucuk hidungnya.

Jisoo meradang geli. Saking jengkelnya ia sengaja menginjak kaki dan menendang bagian jimatnya hingga laki-laki berstatus sebagai suaminya itu menjerit kesakitan.

Double all kill, legendary!

Jisoo bebas. Taeyong kesakitan.

“Berengsek, Jis!”

Umpatnya menahan sakit bagian vitalnya. Jisoo menyeringai puas dengan hasil tendangannya.

“Makanya nggak usah nantangin gue!” ucapnya mengibaskan surai panjang kebanggaan.

Taeyong merintih kesakitan, gulung-gulung di atas sofa. “Bego ya, lo? Ini barang berharga!”

Jisoo menjulurkan lidah membalas cuek, “Perlu diingat, Jisoo itu Wonder Woman.”

“Batangan gue kalau kronis gimana?! Lo mau kita gak punya keturunan?!” protesnya mendengus jengkel. “Gini-gini jasanya berharga.”

“Yeu, bodo amatlah,” balasnya seakan tidak peduli. “Makanya, Tuan. Nggak usah ngegoda Nyai. Tahu akibatnya, kan? Lain kali hati-hati. Tenang batangan lo masih aman.” Kekehnya, menepuk-nepuk pundak Taeyong hendak meninggalkan.

Namun berbalik sebentar. “Tidur di sofa aja ya, istri lo ini ngggak tidur sama suami.”

“Lho—” ia mengaduh lagi saat hendak berdiri menyusul Jisoo, lalu berteriak, “program ngegolin gawangnya Nyai —akh!” decaknya kian kesakitan “Nyai, Kapten juga mau punya kesebelasan biar goals gitu,” lanjutnya teriak.

Jisoo berhenti dan menoleh. “LO KIRA SEKALI NENDANG BOLA LANGSUNG GOL MASUK GAWANG HUH?!” balasnya galak. “Bola lo aja kesakitan, sok-sokan mau kesebelasan.”

“Nyai ....”

“GUE GAK DENGAR!” teriaknya sambil menutup telinga.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top