10 | Scene ten
Tumbenan sekali mereka kelihatan akur. Tak ada cekcok; adu mulut. Taeyong tampak kalem, Jisoo pun juga.
“Buruan foto, gih!” seru Seolhyun memaksa Johnny supaya mengambil potret kedekatan si pasutri war.
“Sabar, ih!” gerutunya menyiapkan kamera khusus dipakai untuk mengambil potret si pasutri. Sesuai pesan Nyai Yoona dan Tang Wei
“Potret yang banyak buat bukti. Nanti imbalan kita makin banyak!”
Kurang enak apa coba mereka, sudah dibayarin tiket pesawat PP, penginapan, dan uang jajan. Merdeka sekali hidup mereka sebagai para spy pasutri.
...
“Heh, ngapa lo tidur dipangkuan gue?” Jisoo protes ketika Taeyong tiba-tiba rebahan di karpet dan menidurkan kepala di paha Jisoo.
Mereka sekarang ada di pantai Nusa Dua—tempat Jisoo bertemu sama Ken.
Taeyong tidak mengubris protesan Jisoo, malah mencari posisi nyaman tiduran di pangkuan istri. “Nggak usah protes. Gue sedang menikmati keindahan alam,” katanya sambil melihat pemandangan yang terpaparkan indah di depan.
Jisoo mendengus kesal. “Halah, biji kacang lo!”
“Emang gue ada bijinya. Mau lo?”
Jisoo pura-pura muntah.
Taeyong menatap ekspresi istrinya, lantas mencibir, “Belum gue apa-apain udah muntah aja. Sabar Nyai, ntar malam, ya?”
Matanya langsung melotot galak, sedang Taeyong tertawa jahil.
Hmm, biarkan pasutri war akur hari ini.
...
Sudah pukul tujuh kurang lima belas menit. Jisoo memilah pakaiannya, sedangkan Taeyong duduk menunggu. Dari kemarin pakaian mereka masih sama. Gimana mau ganti kalau tangan mereka terjebak dan tidak bisa melepas pakaian masing-masing.
Mereka hanya ganti bagian bawah saja. Daripada tidak ganti sama sekali. Iya, kan?
“Buruan. Gue udah lapar.”
“Sabar!” omel Jisoo yang masih memilah isi koper.
Taeyong cemberut. “Cari sempak ajak setahun,” komentarnya dibalas delikan mata.
Setelah menunggu lama, akhirnya mereka pindah ke kamar mandi. Jisoo menyimpan semua miliknya di tepi biar tidak terkena cipratan air, lalu mengambil penutup mata dan siap memakainya.
“Buruan mandi,” ujarnya sambil memutar tubuh membelakangi Taeyong.
“Kenapa gak mandi bareng aja?” ucapnya tiba-tiba. “Lumayan tuh, kita bisa sabun-sabunan.”
“Ck!” decaknya keras menghentikan omongan ngawur Taeyong.
Ia merasa Taeyong mencolek pundaknya, Jisoo mengabaikan. Colekan itu terasa lagi sampai berkali-kali hingga membuat Jisoo jengkel dan membalikan badan siap menghujati Taeyong. Naasnya, Taeyong malah merebut penutup Jisoo.
“Baaa ...!”
Jisoo menjerit histeris tatkala melihat Taeyong bertelanjang, refleks berbalik dan mengumpat kasar.
“Alay lo!” ledeknya. “Gue masih pake kolor, nih.” Ia memamerkan kolor putih motif kartun miliknya.
Jisoo mengumpat. “Sialan!” Dia kira Taeyong telanjang penuh, nyatanya masih pakai kolor. Untung Jisoo tak jatuh pingsan.
“Mau banget ngelihat gue telanjang?” godanya tiba-tiba.
“Apaan, sih!” Reaksinya mendengus jengkel melihat seringai menyebalkan Taeyong. “Buruan mandi, keburu makanannya datang.”
“Gituan juga ntar kita telanjang, kok.”
“Yong!” Jisoo segera mendorong tubuh Taeyong menjauh, ia berbalik dan memakai lagi penutup mata. “TAEYONGGG ...!” teriaknya kala laki-laki itu mencipratkan air kepadanya.
Hmm, tenang mereka masih akur.
...
Selalu sama, selesai makan mereka diam duduk di sofa dengan pemikiran beda-beda. Taeyong sibuk menggerakan jemari ke layar ponsel, sedangkan Jisoo sibuk melihat tontonan Youtube.
“Lo diam aja, nggak usah berisik,” ujarnya tiba-tiba. Membuat Jisoo yang tadinya sibuk menonton melirik ke arahnya.
Taeyong menerima panggilan telfon. Kalau dia memintanya diam berarti panggilan itu dari perempuan lain. Jisoo tetap diam menunggunya berbicara dan berusaha mempusatkan pandangan ke Youtube.
“Hei!”
Oke, masih dalam tahap normal sapaan.
“Aku masih di Bali liburan.”
Aku. Diam-diam ia sedang berusaha menguping obrolan mereka. Panggilan “aku” terlalu dekat.
“Semingguan lagi pulang kok s—hahaha, iya, iya,” Taeyong melirik Jisoo lalu berdehem dan berkata lagi, “Lagi apa?”
Okay dia sudah bisa menyimpulkan kalau perempuan itu selingkuhannya.
Dasar pelakor!
Nah, lho?
“Nanti ya, kalau aku pulang kita ketemu. Iya, nanti aku beliin oleh-oleh. Hm, selamat malam jangan lupa mimpiin aku.”
Dalam hati Jisoo mencibir ke-alay-an Taeyong berlagak ABG sedang kasmaran. Dasar laki-laki kardus!
Taeyong melirik Jisoo lagi, lalu berkata, “Calon istri kedua gue.”
“Terus lo pamer gitu?”
“Enggak.”
“Bilang aja pamer,” balasnya sebal. “Pelakor aja dibanggain,” gumamnya tiba-tiba membuat Taeyong menyeringai.
“Eh, Nyai cemburu,” goda Taeyong sambil menoel dagu Jisoo. “Galak amat, Nyai. Nntar malam gak dapat jatah, lho,” ucapnya semakin ketagihan menggoda istrinya.
Jisoo pura-pura tidak mendengarkan.
“Gitu amat Nyai cemburunya.”
“Minggir sana gue mau tidur!” serunya galak. Ia beranjak berdiri dan Taeyong berdiri mengikuti.
Taeyong menggulum senyum geli. Dia pun mengekor di belakang Jisoo sambil terkekeh puas.
Begitu rebahan di kasur, dia langsung memutar tubuhmenghadap Jisoo dan menekan-nekan lengan istri dengan manjah. “Nyai,” panggilnya menggoda.
Jisoo tidak menggubris. Ia memejamkan mata dan pura-pura tuli.
“Jis, ngadep sini kenapa, sih!” celotehnya lagi, tapi tak ada respon dari Jisoo. “Lo kalau gak ngadep sini gue tindihin, nih!” ia mengancam.
Jisoo tetap tidak menggubris, meskipun Taeyong mulai menghitung mundur.
“Sa ... tu ...!”
“BERISIK LO, KUDANIL!” protesnya sembari memutar tubuh menghadap Taeyong yang sekarang menggulum senyum menang.
“Gitu dong ngadep sini. Kan, enak pemandangannya,” ujarnya dibarengi kekehannya. “Biar kelihatan kalau kita itu pasangan suami istri.”
“Halah ngaku-ngaku.”
“Cemburunya ditahan dulu, Nyai. Nanti aja kalau di rumah, Nyai sepuasnya bisa ngelabrak mbak pelakor.”
Jisoo mendelik kesal. Ini laki kalau ngomong gampang banget. “Tau ah, pusing gue ngomong sama lu!” ucapnya hendak membalikkan badan namun ditahan oleh kedua tangan Taeyong yang ternyata sudah menggapai tubuhnya.
“Gue mau nyoba sesuatu,” ucapnya.
“MAU APA LO!” protesnya mendelik panik ketika Taeyong diam cukup lama memandanginya.
Sial, dia paling tak tahan kalau ditatap lama-lama. Jantungnya berdegup kencang; sangat mengerikan, sampai Jisoo merasa wajahnya merah padam atas pengaruh tatapan teduh Taeyong.
“Yong?”
“Ssssst,” Taeyong memintanya diam, sementara dia masih tidak mau mengalihkan pandangan darinya. Dia diam cukup lama sampai membuat Jisoo blushing dan lemah jantung.
“Okay!” serunya tiba-tiba. Membuat Jisoo mengerutkan dahi dan memandangnya bingung. “Good night, Nyai,” ucapnya diikuti gerakan wajah maju menemui wajahnya, membiarkan bibir tipisnya bertemu sapa dengan bibir ranum sang istri untuk pertama kali.
Jisoo melongok ketika Taeyong memberinya ciuman singkat. Setelah itu, dia tersenyum puas dan menarik Jisoo kepelukannya sambil mengusap punggung istrinya.
“Ini berlaku kalau lo cemburu,” bisiknya mengusap-usap punggung Jisoo penuh pengertian.
Nah, kan adem mereka.
Perempuan itu mengernyit bingung, memandang layar ponsel sambil bergumam, “Ini anak gak waras kali.«
“Siapa?”
“Adik ipar kamu.”
“Taeyong?” tanya Suho dan dibalas anggukan Irene.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top