06 | Scene Six
Jisoo sengaja menyenggol Taeyong sampai dia terjungkal jatuh. Dia berbalik kemudian menjulurkan lidah, meledek sang suami. Taeyong jengkel. Ingin rasanya menjambak surai panjang gadis itu, namun di tahan karena sadar sekarang bukan waktu yang pas.
“Awas lo, ya!” ancamnya.
Mereka secara tak sengaja berkeliling bersama. Sudah terhitung tiga hari berada bali, tapi mereka belum pergi ke mana-mana selain ke Nusa dua, pantai, villa, Nusa dua, villa— rotasinya serupa sampai hingga akhirnya mereka jenuh.
Maunya berkeliling Bali sampai ke GWK atau wisata yang terjauh, cuma mereka malas apabila pergi berdua. Inginnya sendirian sama sopir villa, namun Pak Tabi berpesan bahwa beliau akan menyalani jika Jisoo dan Taeyong pergi berdua. Itu sudah kesepakatannya bersama orangtua mereka sebelum menjebak anak-anaknya di sana.
Akhirnya mereka memutuskan keliling di Nusa Dua saja.
“Ngapa dah, lo ikut-ikut gue.”
“Yang ada tuh, lo ngikutin gue!”
“Sorry, nih, jalan gue lurus, nah, elu ngintilin gue daritadi,” ujar Taeyong kala merasa diikutin Jisoo yang menguntitnya di belakang.
Jisoo menggerutu. Sial! Dia ketahuan.Dia memang sengaja mengutitnya karena ketidaktahuan jalan terpaksa dia berlaku demikian. Jisoo khawatir tersesat.
Taeyong lantas mengusirnya. “Hush, jauh-jauh dari gue,” katanya, layaknya mengusir seekor ayam. “Kalau lo di sini, yang ada calon istri baru gue pada kabur.”
“Lagian gue nggak sudi punya suami kayak elo.”
“Ngaca ...!!! GUE LEBIH GAK SUDI JADI SUAMI LO!” tukasnya lantang hingga menjadikan mereka tontonan para bule di jalanan.
Merasa telah dipermalukan, Jisoo pun membalas sahutan Taeyong, “GUE JAUH LEBIH GAK SUDI JADI ISTRI LO!”
“Cuih, Istri!” ledeknya, membuang ludah. “NENEK LAMPIR KAYAK ELO MANA ADA YANG MAU.”
“Lady Boy kayak lo, emang ada yang mau?”
Emosinya teralut. Taeyong mendekat, matanya tajam menantang Jisoo yang kini balas menantangnya.
“L-a-d-y b-o-y,” ejeknya bernada sembari kepala menari kecil.
“Nenek lampir!”
“Lady Boy!”
“Nenek Lampir!” balas Taeyong cepat.
“Lady Boy!”
“Nenek Lampir!”
“SHUT UP!” pekik seorang wanita berambut putih panjang tersebut. Dia berdiri ada di antara Jisoo dan Taeyong. Tanpa berbicara, dia langsung mengambil tangan kanan Taeyong dan tangan kiri Jisoo, mengeluarkan satu borgol dan menguncinya tangan mereka.
“WH—”
“SSSSSSSTTTTAAAAH!” bantah wanita itu memotong aksi protes mereka. “Hukuman buat kalian karena bacot-bacotan di jalan!”
“Ta—”
“SSSSSSSSTTTTAAAAH!” bantahnya lagi membungkan mulut mereka. “Temui saya besok kamis di jalan ini. Thank you. ” Wanita itu pun pergi meninggalkan mereka yang kini sama-sama bengong dan bingung.
Besok kamis yang artinya tiga hari lagi.
Damn!
“GARA-GARA LO!”
“LO YANG NGAJAKIN RIBUT!”
Mereka serentak membuang muka, hendak pergi dengan arah berlawanan namun tertahan oleh tangan yang terborgol.
“Sakit bego!”
“Lo, sih!” rengek Taeyong menatap nasib tiga harinya ke depan.
Yuta sama Johnny tepuk tangan menyambut kedatangan Seolhyun dengan rambut palsunya.
“NICE NICE NICE!” puji mereka atas ide brilliant Seolhyun menyatukan pasangan suami-istri itu.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top