02 | Scene Two

“Gimana, Jis?”

“Gimana apanya, Ma?”

“Itu tuh, tanda-tanda kehamilan.”

Pertanyaan Tangwei spontan membuat putrinya tersedak oleh makanannya. Gila, sumpah gila! Mereka nikah saja belum ada seminggu udah ditanyain kehamilan.

Mama tertawa geli melihat reaksi putrinya. “Gak usah kaget gitu, Nak, Mama tahu Taeyong giat banget ngajakin kamu begituan.”

HAH?

What the hell?

Ini nih, istri kebanyakan digauli sama suami jadi begini—duh! Jisoo rasanya mau teriak histeris saja.

“Ma,”

“Gak kok, Mama nggak ngintip. Suer, deh!” Astaga dari mana mamanya tahu bahasa gaul sumpah? Pasti dari papanya.

“Mama!”

“Habisan semalam kalian kenceng banget teriaknya.”

“Mama ... ya, ampun!”

“Jadi Mama nggak sengaja dengarnya. Maaf ya, Sayang, Mama sempat nguping bentar, hehe.”

Jisoo menahan napas. Sekarang dia frustasi menyikapi pertanyaan konyol mamanya ini. Salah Taeyong juga, ngapain jam sepuluh ngajakin drama seolah mereka itu lagi anuan, kan, bego jadinya mama nguping.

Sadar putrinya sedang tidak mau membahas hal begituan, Tangwei pun menyuruh Jisoo supaya membangunkan sang suami. Ini sudah jam delapan pagi dan si pangeran idiot masih terlentang tidur di kamar.

Wajar sih, masih tidur soalnya semalam dia nggak tidur. Tidurnya tidak nyenyak karena di sofa, jadinya bergadang sampai pagi. Sekitar jam setengah enam baru bisa pindah kasur setelah Jisoo terbangun. Giliran dia yang menguasai ranjang ukuran king tersebut.

Sepanjang kaki melangkah menuju kamar, Jisoo menggerutu menyumpahi Taeyong karena drama semalamnya membuat sang mama menanyakan hal paling mengerikan padanya.

“Lihat aja gue kerjain tuh anak!” katanya balik turun ke bawah pergi ke dapur mencari apapun yang bisa dimanfaatkan untuk mengerjai Taeyong.

Satu boncabe level 30 ia temukan di lemari kecil bagian atas tempat biasa mama menyimpan bumbu dapur. Jisoo menyeringai lalu cepat-cepat pergi ke kamar. Pelan sekali dia membuka pintu, enggan membangunkan lelaki itu sebelum misinya tertuntaskan. Kakinya mengendap-endap naik ke atas kasur sambil mengamati gerak-gerik Taeyong. Merasa aman, Jisoo menumpahkan isi boncabe ke dalam mulut suami yang dia paksa terbuka.

Mission complete!

Taburan boncabe memenuhi mulut Taeyong. Sambil cekikan menahan tawa, Jisoo duduk menyila sembari menunggu reaksi laki-laki itu saat mengecap rasa nikmat taburan boncabe level 30 di mulutnya.

Taeyong belum sadar sebelum akhirnya mengecap, mulutnya terasa pedas akibat taburan boncabe dan berhasil membuatnya bangun berteriak, “HUWAAAA!!” Cepat-cepat membersihkan mulut yang penuh dengan boncabe.

Jisoo tertawa terpingkal-pingkal sampai jatuh di kasur. Tawanya meledak hebat, enggan berhenti mentertawakan kesialan suaminya pagi ini.

“Jisoo? Taeyong?” Mama yang kebetulan tak sengaja mendengarkan teriakan Taeyong langsung lari ke atas untuk memastikan anak dan menantunya itu baik-baik saja.

Taeyong baru sadar bahwa dia sedang dikerjai oleh istrinya. Rese! Sambil memandang sang istri penuh marah, Taeyong dengan gerakan cepat langsung mencekik Jisoo yang kemudian gelagapan minta tolong.

“Kalian gak papa?” tanya mama makin khawatir di luar pintu kamar mereka.

Jisoo meronta meminta tolong sang mama tapi diredam oleh sahutan Taeyong, “Gak apa-apa, Ma.”

“Taeyong, udah bangun?”

“Iya Ma—anjir!” Taeyong menjerit ketika Jisoo dengan ganasnya mencakar lalu menjabak rambutnya.

“Taeyong, gak apa-apa, Nak?”

Tak ada sahutan dari dalam. Mama penasarann lantas menguping dan mendengarkan suara gaduh dari dalam. “Ckck, pasangan muda jaman sekarang,” decak mama sambil tersenyum bahagia.

Mama nggak tahu aja kalau anak sama menatunya sedang saling membunuh.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top