Soni 3 : Cerita Sonia
[ Past POV ]
Desa Ninja Matuli, desa yang terletak dibalik gunung besar dan menjadi batas wilayah Neo Selatan dan wilayah Neo lainnya. Desa terpencil yang terkenal dengan penduduknya yang mampu membaur dengan alam, memanfaatkan alam serta melindunginya. Sebuah desa yang berada ditengah-tengah jurang yang sangat dalam dan rumah untuk para shinobi maupun kunoichi.
Tempat Sonia yang ia sebut dengan 'rumah'.
.T.H.U.N.D.E.R.
Sebuah bayangan hitam melompat ke dahan pohon, bersembunyi dari lemparan kunai yang ingin menyerangnya. Seorang gadis kecil berambut ungu pendek mengintip dari balik semak belukar.
"Apa mereka melupakanku?" pikirnya.
"Kena kau Sonia!" pekik gadis kecil bersurai pirang panjang. Ia melempar bom asap ke dalam semak belukar, bom itu meledak dan mengeluarkan gadis berambut ungu pendek.
Dia-- Sonia melirik ke atas, menghindari tebasan dari kaki ramping gadis bersurai pirang. Gadis tadi tersenyum tipis, bersamaan dengan itu Sonia menginjak suatu perangkap...
Daaar...
Sonia terlempar dari tanah dan melayang di udara.
"Kali ini kau kalah.." seru gadis tadi semangat, ditangannya ada satu kunai hitam.
Crik..?!
"Jangan bergerak!"
"A-Apa!?" sentaknya kaget melihat Sonia sudah ada dibelakangnya.
Sonia yang melayang di udara tiba-tiba berubah menjadi sepotong kayu pohon.
"Terburu-buru seperti biasa.." sindir gadis yang paling kecil, ia memiliki warna rambut hitam yang pendek.
"Kalau bukan aku mungkin kau sudah mati Nancy, atau lebih buruk..? Menjadi budak.." deru Sonia menjauhkan senjatanya dari leher gadis bersurai pirang.
"H-Hah. A-Aku sengaja mengalah agar kau lebih sombong, biar nanti aku dapat membuatmu malu saat mengalahkanmu.." kata Nancy seperti 'membantah'.
"Nancy, kau tidak jujur seperti biasa ya..?"
"Sakura diam saja..!" marah Nancy dengan wajah merah.
"Nancy, Sakura, Sonia, cepat kembali. Tetua memanggil kalian.." teriak seseorang memanggil mereka bertiga.
"Uno-san sepertinya mencari kita. Ada apa ya?" gumam gadis berambut hitam.
"Mungkin kita diberikan misi..." sambung Nancy semangat.
Sonia menyarungkan kembali senjatanya. "Lebih baik kita segera menemui tetua.."
Mereka bertiga sepakat dan kembali ke desa, bertemu tetua desa. Ceritanya, mereka bertiga mendapatkan misi pertama yaitu merebut kembali gulungan yang dicuri dari Desa Ninja Matuli.
"Aku dapat barat.." gumam Sonia menatap peta.
"Aku timur.." Nancy memamerkan giginya.
"Aaaah.." gadis berambut hitam cuma mendesah.
""".........""" ketiga menjadi canggung.
"Neh?! Bagaimana jika kita membuat janji?" cetusnya.
Nancy dan Sonia menatap bingung temannya. ""Janji??"" tanya mereka.
Temannya mengangguk dan mengacukan jari manis miliknya. "Kita akan kembali dengan selamat dan berlatih tanding kembali.."
Nancy tersenyum. Dia setuju. Sonia menunduk diam.
"Ayolah Sonia, kau juga. Jangan mati, pulanglah dengan selamat biar aku dapat mengalahkanmu.." kata Nancy menepuk keras punggung Sonia yang meringis.
Sonia perlahan tersenyum. Dan janji yang tidak terpenuhi pun tercipta. Mereka bertiga keluar dari desa untuk menjalankan misi, Sonia berhasil merebut kembali gulungan yang dicuri tapi ia terluka parah.
Ditengah kegelapan hutan, Sonia bertemu Hellsing.
.T.H.U.N.D.E.R.
[ Iksan POV ]
Aku tidak menyangka jika Sonia akan bertemu dengan Hellsing seperti itu.
"Itulah kenapa kau berhutang kepada Hellsing? Walaupun buruk akibatnya??" Sonia menjawab dengan anggukan.
Benar juga. Yang namanya hutang, tetaplah hutang. Sonia mengabdi pada Skeleton hampir 10 tahun dan 10 tahun itu Sonia...
"Maaf telah merahasiakan hal ini kepada anda, tuan.."
"Ya, kau memang salah. Aku adalah tuan barumu tapi kau tidak menceritakan hal ini kepadaku.."
"Kenapa?"
"Saya... Tidak ingin anda menganggap saya sebagai penjahat."
Penjahat ya~~?
Aku menurunkan kaki kananku yang sudah puas bersantai, 'Almight' telah aku hilangkan. Keseluruhan ceritanya sudah aku pahami. Sonia ingin kembali ke desanya untuk mengembalikan gulungan yang dicuri? Lalu apa masalahnya? Kenapa dia tidak mengajakku, dengan begitu bukankah akan lebih cepat??
"Sonia... Masih ada yang ingin kau ceritakan kepadaku?" tebakanku benar saat melihat Sonia kembali menunduk.
"A-Akan saya ceritakan.."
"Owh!? Itu mengejutkan.."
"Saat penyelamatan di Desa Mayu saya bertemu dengan teman masa kecil saya di desa, dia memberitahukan jika desa kami dalam bahaya saat ini.."
"Dan kau memutuskan pergi sendiri karena tidak mau merepotkanku(berhutang lagi)??" potongku bertanya, Sonia mengangguk mengiyakan.
"Haaah..."
".........."
"Bodoh kau!"
"A-Ah??!" pekik Sonia sepertinya terkejut.
"Sonia, kau lebih tahu siapa diriku saat bertarung, bukan? Aku suka lawan yang kuat, kenapa kau tidak mengajakku..?!"
Sonia terdiam-- tidak, lebih tepatnya membeku. Ia syok?
"Jika kau ingin meminta bantuanku, maka dengan senang hati aku melakukannya.."
"Tapi tuan--"
"--Tidak perlu khawatir jika aku terluka. Yang namanya bertarung itu pasti kita akan terluka, jadi wajar.."
"B-Bukan itu tapi orangtua anda. Saya mendapatkan pesan jika mereka akan kembali 5 hari lagi.." kata Sonia mengeluarkan sepucuk surat.
Pak!
Aku menepuk jidatku sendiri.
"S-Saya benar-benar minta maaf..!" sujud Sonia dihadapanku.
"Kenapa kau baru memberitahuku akan hal ini?"
"R-Rencananya ini adalah kartu AS agar tuan tidak ikut.." jawabnya sangat pelan.
Aku menatap super datar Sonia dan dia kembali bersujud meminta maaf. Aku menerima surat dari Sonia dan membacanya.
Salam manis dari ibu,
Iksan, kami akan pulang 5 hari lagi. Pastikan kau tidak membuat rusuh seperti tahun lalu ya..?
Cinta Ibu *kiss*
"Ibu, suratmu terlalu banyak kasih sayangnya.." batinku terkekeh.
"Tuan, anda baik-baik saja?"
"Aku baik saja.."
Aku simpan surat itu, tidak aku hancurkan karena dari ibu. Surat itu berharga walaupun sudah aku baca.
Aku kembali berfokus ke Sonia yang masih duduk di lantai, sambil menunggu keputusanku.
"Karena kau telah berbuat salah, aku akan menghukummu.." cetusku serius.
"Baik, tuan.."
"Lepaskan bajumu!"
"Bai---Eeeeeeehh?? A-Apa, tuan?"
"Aku bilang 'lepaskan bajumu'.."
"T-Tapi..."
"Ini adalah hukumanmu, Sonia.." tekanku.
"S-Segera saya laksanakan.."
Sonia perlahan melepaskan seluruh pakaian yang baru kami beli tadi. Hahahaha... Padahal aku cuma bercanda.
Sekarang Sonia tanpa ada perlindungan sama sekali, tentu dia berusaha menutupi bagian terlarang untuk dilihat. Aku perlahan bangkit dari ranjang lalu berjongkok, meraba rok Sonia.
"T-Tuan.." panggil Sonia bersemu.
"Kalau tidak salah pasti--- Ada!"
Aku ambil gulungan kertas yang dilipat rapi dengan sampul biru malam, rangkaiannya seperti di Yamato dan tulisannya... Dalam bahasa yang tidak aku mengerti.
"Oke Sonia.."
"Y-Ya t-tuan...!?!"
"Aku akan menyimpan gulungan ini dan mengenai hukumanmu selanjutnya adalah tidur tanpa pakaian, hanya menggunakan selimut yang ada di kamar.." aku tunjuk selimut yang ada di atas ranjang.
"T-T-Tidur---"
"Sendirian. Masa denganku.." potongku cepat.
Asal kalian tahu saja begini-begini aku masih suci lo~~
"Tuan sendiri?"
"Aku akan mencari tahu tentang ini. Kau juga tidak bisa membacanya'kan?" Sonia mengangguk. "Aku akan pergi sebentar dan kau harus menungguku sampai kembali. Saat aku suruh 'tidur' baru tidur. Mengerti?"
"Baik.."
Aku berjalan keluar kamar, lalu Sonia memanggilku.
"Tuan, hati-hati..."
"Kau juga. Jika tidak tahan kau boleh mengenakan pakaianmu, tapi terima sendiri akibatnya, hehehe.."
Petir biruku menjerit di pakaian Sonia yang ia lepas, aku buka pintu kamar dan keluar.
"Selamat malam, Sonia.."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top