Soni 1 : Sonia Memutuskan Pergi
[ Iksan POV ]
Aku dan Sonia telah kembali dari Desa Mayu, kami berhasil merebut desa yang dijajah oleh Skeleton dan membantu para warga evakuasi untuk sementara waktu ini di Kota Band.
Sore harinya kami baru menyelesaikan penggiringan para warga di dekat kantor Walikota Band, dan aku ingin segera cepat-cepat pulang.
"Yumi akan memasak apa ya untuk malam ini?" kataku sengaja agak keras, bertanya kepada Sonia yang ada dibelakangku.
".........." tapi tidak ada balasan darinya.
"Sonia..?" aku berhenti berjalan tapi Sonia terus berjalan.
"Sonia..??" panggilku sekali lagi, Sonia baru sadar jika aku berhenti dan menatap terkejut.
"S - Saya benar-benar minta maaf, Tuan. Maafkan saya.." serunya agak panik.
"Kau tidak berbuat salah, hei.."
Semenjak kembali dari Desa Mayu sifat Sonia berubah dratis. Ia terlihat sering murung dan agak lesu. Apa dia menyesal melawan mantan rekan kerjanya di Skeleton?
"Sonia, apa ada yang terjadi saat kita di desa?"
Sonia terlihat berpikir sebelum menjawab. Ya, itu wajar. Tapi tidak seperti Sonia biasanya. Walau kami baru kenal beberapa minggu. Sonia memutuskan untuk keluar dari Skeleton dan menjadi pelayan serta pengawalku. Sejujurnya aku tidak butuh pengawal tapi pelayan mungkin bisa.
Aku tidak bisa memasak sih.
"Sonia--?"
"--Tidak... Tidak terjadi apa-apa kok, Tuan."
Jawaban Sonia menciptakan lubang yang sangat besar dan juga dalam. Sonia, kenapa kau berbohong kepadaku?
.T.H.U.N.D.E.R.
[ Sonia POV ]
Sreek..
Tadi adalah makan malam yang enak juga. Yumi sangat pandai memasak, dia akan menjadi istri yang baik menurutku.
Tapi...
"........" aku tatap langit malam yang tenang.
Aku berbohong kepada Iksan dan juga aku duduk ditempat dia sukai sekarang. Argh, berapa kesalahan lagi yang harus aku perbuat.
Saat itu aku mengingat apa yang dikatakan Liece kepadaku.
Kembalilah Sonia. Mereka membutuhkanmu.
"Liece, apa maksudmu aku harus kembali?"
Aku lahir di desa terpencil, desa yang berada di atas perbukitan dan dikelilingi jurang yang sangat dalam. Aku terlahir dari keluarga biasa tapi desa kami yang tidak biasa, karena aku terlahir di desa ninja. Desa dimana mereka melatih anak-anak muda untuk menjadi seorang ninja yang hebat. Dan aku salah satunya.
Aku ambil kertas putih yang tersimpan disaku, ini adalah surat. Surat untuk Iksan. Tuan baruku.
Kami sebagai ninja memiliki harga diri yang tinggi, kami akan membalas budi...apapun resikonya dan Iksan telah memberiku kesempatan ketiga yang terasa sangat mustahil. Aku tidak percaya jika aku yang dua kali gagal ini menerima kesempatan ketiga.
Baik, sudah aku putuskan. Aku akan pergi!
.T.H.U.N.D.E.R.
[ Author POV ]
"Selamat malam.."
"Selamat malam, onii-chan..!"
Iksan menepuk kepala Miko dan keluar dari kamar Miko dan Yumi. Diluar kamar ada Yumi yang ingin masuk, Iksan tersenyum dan juga menepuk kepalanya.
"Selamat malam, Yumi.."
"S - Selamat tidur, Kak Iksan.."
Iksan naik ke lantai atas, ke kamarnya setelah bertukar sapa dengan Yumi. Sesampainya di atas ia bertemu dengan Leon yang memasang ekspresi 'sulit'.
"Ada apa?" heran Iksan.
"Sonia.." Leon mengeluarkan surat putih yang di amplop rapi.
"Kau sudah membacanya duluan?" Leon hanya menunduk saat Iksan bertanya.
Iksan mengambil surat itu dari tangan Leon, dan membukanya.
Untuk Penyelamatku-- Iksan Hacim
Maaf Iksan, aku harus pergi tapi aku berjanji... Aku pasti kembali.
Dari ; Sonia
.T.H.U.N.D.E.R.
[ Iksan POV ]
Perasaanku benar-benar menunjukkannya. Perasaan yang selama ini membatasi antara aku dan Sonia. Sonia, kau...
"Kita harus bagaimana?" tanya Leon.
Aku dapat merasakan kehadiran Jacke, kurasa dia memilih untuk tidak keluar.
"Aku yang akan pergi. Kau dan pria berotot itu yang bertanggungjawab selama diriku tidak ada.." titahku.
"B - Bagaimana dengan orangtuamu? Bagaimana jika mereka--"
"--Masih ada 2 minggu sebelum mereka kembali. Kalian pasti baik-baik saja, tapi jaga-jaga juga perlu..? Aku akan menulis pesan untuk menjelaskan kepada mereka.."
"Bicara sih mudah.."
"Lakukan saja. Saat ini kau adalah anak buahku.." Leon tersenyum kecut saat aku berkata seperti itu.
Salah kalian sendiri yang menginap disini, bukan?
Aku segera mengambil jaket yang ada di kamarku, memberikan kertas yang sudah aku tulis untuk orangtuaku kepada Leon. Dan keluar lewat jendela.
"Jaga rumah ini selama aku pergi.." pesanku sebelum pergi.
Aku melompat turun dari atap rumahku dan berlari ke arah hutan. Sonia adalah ninja, hanya hutan dimana dia dapat bebas. Jujur aku tidak menyangka jika Sonia 'benar-benar' akan pergi.
Almight
Nzzz..!
Kedua manik mataku berubah menjadi biru dan pandanganku juga berubah menjadi biru tua sepenuhnya, aku tidak tahu motif apa yang terukir di manikku tapi kurasa itu keren. Kakak Sialan itu saja punya yang keren, masa aku tidak.
Aku keluarkan surat yang Sonia tinggalkan, aku dapat melihat sulur asap dari surat itu. Itu adalah aura yang tertinggal, ini milik Sonia. Almight-- kekuatan mata yang hanya aku dan Kakak Sialan itu bisa lakukan, katanya ini adalah dari keturunan langsung. Jujur aku tidak peduli tapi ini sangat berguna.
Aku simpan kembali sepucuk surat itu, saat menghadap ke depan aku dapat melihat sulur aura yang memberikan petunjuk pemilik surat. Karena surat baru saja dibuat maka tenggat waktu tak luarasanya masih lama. Itu sudah cukup bagiku untuk menyusul Sonia. Aku alirkan petir dan aura ke seluruh badanku, diriku rasanya seperti di dorong oleh sesuatu yang mengenakkan membuatku merasa senang. Tanpa kusadari aku berhasil mengejar sulur aura sampai ke luar hutan, Sonia memang cepat. Dalam waktu sesingkat ini dia dapat melewati hutan.
Itu tandanya dia sedang terburu-buru.
Dan tepat saat aku berhasil keluar dari hutan 20 meter di depan, di padang rumput hijau aku dapat melihat bekas jalur yang dilewati dan itu masih berlangsung. Aku buat tombak petir ditangan kananku dan aku lempar ke bayangan yang berlari di tengah padang. Bayangan itu berhasil menghindarinya, sesuai dugaanku. Aku terbang dengan bantuan petir biru yang terus menyambar dibawah kakiku.
"Sampai disana... Sonia!" aku mendarat dibelakang bayangan itu, di 5 meter dari tempat Sonia berada.
"Iksan.."
"Hoi-hoi, aku ini tuanmu tahu..? Sopanlah~~"
"Ayo kembali.." ajakku tanpa pamrih.
"A - Aku-- saya tidak bisa!"
"Kenapa? Ceritakan saja. Aku adalah tuanmu, Sonia.."
"Ini urusan saya. Tuan Iksan tidak perlu ikut campur.."
"Itu tidak merubah keadaan, Sonia. Ceritakan saja.."
"Tidak..!"
"!!" aku terkejut saat Sonia mencabut kodachi miliknya. Dia ingin bertarung?
"Sonia... Simpan senjatamu.." perintahku.
Sonia malah berjalan mendekat dan mengangkat senjatanya ke depan, tangan satunya ia simpan dibelakang punggung, bersiap dengan shuriken-nya kurasa.
Sepertinya Sonia membuatku terpaksa menggunakan pilihan darurat. Dan kurasa dia akan serius disini.
"Kau yakin dengan ini?" tanyaku. Sonia memejamkan kedua matanya.
Tidak ada jawaban ya..?
Petir biru menjerit ditelapak kananku dan cahaya biru berada disampingku.
"Baiklah Sonia... Kau yang memintaku. Yang harus aku lakukan adalah 'mendorong'.."
Aku melakukan dash cepat ke depan, Sonia mulai melempar shuriken-nya dari balik punggungnya. Semua shuriken itu dimentalkan oleh pelindung petir biru yang selalu melindungiku dari benda apapun asalkan terbuat dari besi. Pelindung ini selalu aktif setiap kali aku menggunakan kekuatanku dan ini hanya berguna pada besi saja.
Aku tambah kecepatanku dan juga petir biru ditelapak tanganku. Petir biru menyambar dari samping kanan membentuk jaring-jaring. Tanpa rem aku menerjang Sonia dan mengayunkan tangan kananku, Sonia lenyap dari tempatnya sebelum seranganku mengenainya. Dia benar-benar cepat.
Susssssshh...!
Para Sonia tiba-tiba saja mengepung diriku dari segala arah, shuriken Sonia lempar secara bergantian.
Ninja profesional memang beda ya.
"Maafkan aku, Iksan.." suara bisikan Sonia terlepas lewat angin.
"Aku juga minta maaf.."
BZZT..!!
Petir biru menjerit, menari di sekujur badanku. Aku fokuskan ke lengan kanan dan menciptakan pelindung jaring-jaring disana.
Blue Thunder : Wild Claws
Jraaaak...!!
Aku hantamkan kuat tangan kananku ke tanah, tanah retak dan seketika runtuh. Dibawah sudah menunggu air sungai yang sangat deras.
Dari awal aku sudah tahu jika ada jurang dibelakangku dan aku membuat taruhan jika kami berada di ujungnya sekarang. Aku tatap Sonia yang terkejut dengan aksiku. Kerusakan tanahnya mencapai 10 meter dan Sonia tidak akan mendapat pijakan saat ia mendarat.
Ini adalah checkmate.
"Jika kau ingin mengalahkan ninja, kau harus lebih pintar dari mereka.."
Aku rentangkan kedua tanganku ke depan Sonia. "Mari kita jatuh sama-sama, Sonia, hehe.."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top