Chapter 8 : Penyerangan Di Hutan Siant Pur

[ Iksan POV ]

Rinka berkacak pinggang di depanku, dia memandangku dengan ekspresi menahan kesal... Yah.

Dibelakangku ada Miko dan Sonia yang lagi makan masakan Yumi serta Jacke dan Leon yang aku perintahkan untuk mengawasi setiap pergerakan Sonia, dan mereka berdua menerimanya tanpa komentar terutama si Jacke.

"Sekarang apa yang akan kau lakukan... pahlawan?" tanya Rinka geram.

"Hmm..."

"JANGAN BERPURA - PURA BODOH KAU!!!" teriak Rinka tiba - tiba membuat Miko dan Sonia terkejut.

"K - Kak Rinka..." panggil Yumi gemetaran.

"Urgh..."

"Kau tenang saja Rinka Bless, aku yang akan menyelesaikan masalah ini..." kataku seraya beranjak dari dudukku.

"Kau pasti bercanda. Guild yang dikatakan oleh gadis itu adalah salah satu guild villain yang sangat ditakuti di Garuda. Aku tidak habis pikir dengan jalan pikirmu..." kata Rinka bingung atau lebih tepatnya pasrah. "Ditambah lagi mereka mengincar anak itu!" lanjut Rinka seraya melirik Miko.

Miko terdiam setelah Rinka meliriknya.

"Hoi, dia masih kecil. Jangan membuatnya ketakutan.." tegur Leon.

"Baiklah - baiklah. Jadi, kita harus melakukan apa dengannya?" cetus Rinka seraya melirik Sonia.

"Hoi, jika tidak salah namamu... Sonia, bukan?" tanyaku, dan Sonia hanya mengangguk pelan. "Apa yang kau lakukan setelah ini?" tanyaku.

Sonia diam dalam waktu cukup lama sampai membuka mulutnya. "Aku tidak tahu guild sudah membuangku. Aku tidak berguna lagi bagi mereka, aku tidak tahu aku harus melakukan apa..." kata Sonia sedih.

"Hey Iksan biar aku kasih tahu padamu. Kau tidak bisa mengembalikan sampah yang sudah dibuang..." kata Rinka dingin membuat Sonia... Diam.

"Tapi..." kataku sengaja menggantungkan kalimatku. "Aku bisa mengambil sampah itu dan merubahnya menjadi sampah yang berguna dan tidak," sambungku seraya tersenyum kepada Rinka.

"K - Kau.." kata Rinka terkejut melihatku.

"Sonia, apa kau bisa menunjukkan markas kalian kepadaku?" tanyaku.

"A - aku bisa tapi untuk apa?" tanya Sonia balik.

"Aku ingin menemui pria itu kembali, pertarunganku dengan dia belum selesai..." jawabku membuat Sonia terkejut.

"T - Tapi kau bisa mati..." kata Sonia dengan nada khawatir.

"Aku tidak akan mati, setidaknya sampai aku berhasil mengalahkan orang sialan itu!" kataku sangat yakin. "Sebagai gantinya aku ingin kau pergi bersama Jacke, Leon, Rinka dan Yumi pergi ke kota Band untuk mengawal anak itu sampai bertemu dengan ayahnya..." lanjutku.

"Lalu, kau akan ke sana sendirian mencari kematianmu sendiri?" cetus Rinka.

"Lebih tepatnya menjadi 'umpan'..." selaku cepat. "Mungkin aku akan membuat kedua orangtuaku kesusahan sesudahnya," lanjutku sambil tersenyum masam.

"Aku akan ikut bersamamu.." kata Sonia tiba - tiba.

"Heh?"

"Aku akan menjadi perisaimu dan pedangmu. Aku mohon izinkan aku ikut bersamamu..." kata Sonia yang berlutut di depanku.

Tap...

"Eh?" pekik Sonia setelah aku sentuh kepalanya.

"Kau tidak usah memintanya sampai berlutut begitu, dan juga aku sudah memiliki pasangan..." seruku membuat Sonia terkejut.

Pada saat bersamaan pintu kayu yang ada dibelakangku bersuara. "Hei Iksan, kau ada di dalam?" tanya seseorang dari luar rumah.

"Nah tuh orangnya datang. Permisi..."

Aku berjalan ke arah pintu dan membukakan pintu untuk seorang laki - laki berambut coklat yang mengenakan kaos hitam lengan panjang dengan mantel baju vanila susu, celana hitam panjang dan sepatu safety hitam pekat serta sebuah claymore bersarung hitam.

"N - Nazna??!" pekik Rinka terkejut.

"Hello Rinka lama tak bertemu.." sapa laki - laki yang bernama Nazna itu.

"Apa aku menganggumu, sobat?" tanyaku kepada teman masa kecilku ini.

"Sedikit tapi aku akan melakukan apa saja untuk teman masa kecilku ini..." jawab Nazna sembari tersenyum kepadaku.

"Terimakasih, Naz.." kataku seraya mengangkat tinju kananku.

"Sama - sama, Iks.." Nazna ikut mengangkat tinju tangannya dan kami pun saling beradu kepalan tinju.

"N - Nazna, kau kenal orang ini?" tanya Rinka ditengah percakapan kami.

"Tentu saja, Rinka. Iksan adalah teman masa kecilku, dia sudah aku anggap seperti keluarga..." jawab Nazna membuat Rinka dan semuanya terkejut.

"Kau terlalu berlebihan, sobat..."

"Hehehhe...."

T.H.U.N.D.E.R.

Kami semua sudah berada di luar desa dengan Rinka dan lainnya berada di gerobak kereta bersama Miko.

"Tunggu kami di kota Band..." pintaku.

"Berisik kau..." sahut Rinka cepat.

"Jangan terlalu dibawa hati, Iks. Rinka memang seperti itu, dia itu baik kok sebenarnya..." seru Nazna membuat muka Rinka memerah. "Ada apa Rinka? Apa kau sakit?" tanyanya.

"T - Tidak..." jawab Rinka cepat.

"Dasar tidak peka.." batinku berkata.

Lalu mataku menatap Sonia yang sedari tadi menatapku juga.

"Aku mengandalkanmu, Sonia..." setelah mengatakan itu Rinka dengan cepat menjalankan gerobak kereta dan tidak memberiku kesempatan untuk melihat ekspresi terkejut Sonia.

"Dasar perempuan..."

"Hei Iks..." panggil Nazna yang ada disampingku.

"Ya aku tahu, kita tidak bisa menyusul mereka..." sahutku tanpa menoleh ke arah Nazna.

"Kau yakin melakukan ini, Iks? Kau tidak akan bertemu dengan kakakmu lagi loh!"

Aku tidak membalas kata - kata Nazna. Aku berjalan ke arah Hutan Saint Pur dimana Skeleton, guild yang menjadi rumah Sonia beberapa tahun lalu berada.

Nazna mengikuti disampingku, kami berdua melompat ke satu dahan pohon lainnya untuk mempercepat perjalanan kami dan juga mungkin banyak perangkap dan jebakan yang sudah disediakan oleh Skeleton di hutan ini. Aku dan Nazna berhenti di satu dahan yang sama, tepat di depan kami ada sekelompok pedagang yang dipaksa berhenti oleh sekumpulan bandit. Aku rasa mereka bukan bandit, itu dikarenakan ada tato tengkorak di lengan kiri mereka.

"Hei Naz, usahakan untuk tidak membunuh mereka..." pintaku kepada Nazna yang tersenyum lebar disampingku.

"M - Maaf, aku tidak bisa menahannya tadi setelah melihat... MEREKA semua," kata Nazna yang kembali tersenyum.

Aku hanya bisa menghela nafasku melihat sifat buruk temanku ini keluar. Aku ambil pisau hitam yang ada di belakang pinggangku sementara Nazna mengenakan kedua gauntlet besinya.

"Jangan bunuh mereka..." kataku seraya meloncat turun dari atas pohon dan Nazna mengikutiku dari belakang.

"Akan aku usahakan, hehehe...."

T.H.U.N.D.E.R.

Aku menendang muka salah satu anggota Skeleton dan membuatnya menghantam keras pohon yang ada dibelakangnya. Aku lempar pisauku ke pipi kirinya dan membuat luka gores serta rasa ketakutan.

"Kau bisa selamat asalkan kau mau menjawab pertanyaanku..." kataku seraya berjalan mendekat kepadanya. "Atau kau mungkin lebih suka bernasib sama seperti temanku..."

Anggota Skeleton itu ketakutan setelah mendengar suara teriakan. Tidak. Jeritan temannya. Tepat dibelakangku ada Nazna yang mengalahkan semua temannya, ada yang patah tangan, kaki, hidung, pinggang dan punggung akibat tinju mematikan Nazna.

"Bukankah ini tawaran yang bagus?" tanyaku lalu berjongkok di depannya. "Dimana markas kalian??"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top