Chapter 4 : Salamander Api
[ Iksan POV ]
Aku lempar pisau yang diselimuti petir biru ke matanya, pisau itu menembus tubuh buaya rawa dengan mudahnya dan membuat buaya itu mati seketika.
Disisi kiriku ada Jake yang memenggal kepala buaya rawa lainnya menggunakan axe besarnya berwarna putih yang ada garis coklat di pinggirnya, disisi kanan ada Leon yang menusuk perut ular anaconda sampai mati sementara dibelakangku ada Yumi yang mengamati pertarungan kami. Yumi menutup sebelah matanya karena takut melihat darah - darah yang berterbangan ke seluruh pakaian kami.
"Leon, kau bilang ada Salamander disini tapi hanya ada anaconda dan buaya saja. Apa benar ada disini?" tanyaku tak yakin.
"Tentu saja disini, bocah. Apa kau tidak mempercayai Leon, hah?!" jawab Jake.
"Aku tidak tanya padamu..."
"Iksan ada benarnya. Sedari tadi kita hanya melawan anaconda dan buaya rawa saja. Entah kenapa aku merasakan... Ada yang aneh dengan rawa ini?!" cetus Leon seraya memperhatikan sekitarnya.
"Salamander yang dapat membunuh 20 orang lebih. Apa itu benar Salamander yang kita cari?" tanyaku memastikan.
"Apa maksudmu?" tanya Leon.
"Tidak, hanya saja ada yang mengganjal dibenakku.." jawabku sambil mengambil pisau hitam di dalam air.
"Dan itu??"
"Mungkin Salamander yang kita cari bukanlah Salamander yang sering kita temui melainkan sesosok monster..."
Byuuur.. Byuuur,
Pada saat bersamaan terdengar sesuatu yang bergerak di air.
Aku, Jake dan Leon langsung berada di posisi siap. Tapi....
"........"
"........"
"........"
Hening.
"Suara apa itu tadi?" tanya Yumi tiba - tiba.
"Mungkin seekor anaconda dan buaya rawa..." jawab Jake.
"Atau Salamander?!" sambung Leon.
Tidak ada yang bergerak di antara kami bertiga, kami tetap diam di air sedangkan Yumi ada ditanah atau lebih tepatnya lumpur.
"Hei kalian berdua, apa kalian kepanasan?" tanya Jake yang berkeringat.
"Panas~~" desah Yumi.
Kakiku tiba - tiba bergerak, begitu juga dengan Leon, aku rasa dia memiliki pikiran yang sama sepertiku.
Blue Thunder
Petir biru keluar ditangan kananku dan menyelimuti pisau hitamku.
Aku membalikkan badanku dan berlari ke tempat Yumi. Yumi terlihat terkejut pada saat aku melempar pisau ke arahnya tapi aku tidak melempar ke arahnya melainkan ke atasnya.
Pada waktu bersamaan hujan api jatuh dari atas Yumi tapi Yumi selamat berkat pisau hitamku yang menahan setengah dari hujan api itu, petir dan api saling beradu menciptakan ledakan yang kuat.
Aku melompat ke depan Yumi dan memeluknya. Kami melompat ke depan (sudut pandangku) dan menghindari setengah lagi dari hujan api itu. Aku tarik keluar rapier yang ada di punggung kananku dan aku ayunkan kebelakang dimana tebasan biru beradu dengan sambaran api.
"Yumi, kau baik - baik saja?" tanyaku.
"I - Iya. T - Terimakasih..." jawabnya lemas.
"Berlindunglah dibelakangku!" perintahku, pada waktu bersamaan sesosok bayangan hitam turun (jatuh) dari atas kami dan membuat api menyambar kembali.
Aku tarik katana yang ada dipunggung kiriku dan aku ayunkan ke depan, menghilangkan sambaran api yang ingin membakarku.
"Iksan, Yumi, apa kalian baik - baik saja?" tanya Leon yang ada diseberang.
"Kami baik - baik saja. Yang lebih penting... APA DIA BENAR - BENAR SALAMANDER? KENAPA DIA MEMILIKI TEKANAN AURA?!!" teriaku tidak percaya.
"Jadi kau juga merasakannya ya, Iksan.." seru Leon berkeringat.
"J - Jangan bilang Salamander yang kita buru adalah... Pengendali Alam?!"
Api yang ada di depanku lenyap, air yang ada di depanku juga ikut lenyap. Ditengah sana berdiri seorang pria berambut coklat terang dengan jaket hitam tipis, celana panjang biru yang sudah robek.
"Apa - apaan tangan kanan ITU???" batinku terkejut melihat tangan kanan pria itu yang seperti tangan sesosok iblis.
Pria itu membuka mulutnya dan mengeluarkan asap putih dari mulutnya, kemudian dia... Tersenyum?
"Jadi siapa korban berikutnya?" tanyanya sambil melirik kami berempat, ke kiri dan kanan.
"Siapa kau?" tanya Leon yang sudah bersiap dengan pedang besinya.
"Namaku Wire The Salamander..." jawabnya membuat Leon melebarkan matanya lebar - lebar.
Aku dapat melihat tangan kanan yang memegang pedang itu bergetar sedikit, bukan Leon saja tapi Jake juga terkena efeknya, kedua tangannya yang memegang axe juga ikut bergetar.
"Iksan, Yumi. Kalian pergilah dari sini kami berdua akan mengulur waktu untuk kalian berdua hingga keluar rawa..." perintah Leon.
"Kalian berdua bagaimana?" tanyaku.
"Kami pasti akan mencari cara lain untuk bisa menyusul kalian..." jawab Leon tersenyum kecut.
"Berhentilah berbohong. Kalian tidak bisa melawan dia berdua saja, aku dapat melihat seberapa kuatnya orang ini dari tekanan aura-nya saja..." cetusku seraya melirik Wire.
"Aku tahu tapi... PIKIRKANLAH. Ada Yumi dibelakangmu!" kata Leon dengan suara tinggi.
Aku hanya bisa mendecih menghadapi kenyataan ini. Memang benar ada Yumi, aku takut dia ikut terlibat dalam pertarungan ini dan mendapatkan luka.
Dengan kesal aku menarik tangan Yumi dan membawanya berlari keluar rawa.
"Jangan harap kau bisa lari..." kata Wire yang mengejar kami dari belakang.
Aku berhenti sejenak. Aku membalikkan badanku dan aku ambil mini axe yang ada dibelakang pinggangku lalu memfokuskan aura petirku ke sana.
Thunder Tornado
Aku melempar mini axe itu ke depan membuatnya berputar cepat bersama petir biru. Mini axe itu berputar sangat cepat dan menciptakan angin topan petir.
Dhuar...
Angin topan petir itu mengenai bagian depan Wire dan mendorongnya kebelakang.
Aku membalikkan badanku dan kembali memegang tangan Yumi, membawanya keluar dari hutan rawa.
.T.H.U.N.D.E.R.
[ Author POV ]
Jake dan Leon maju menyerang Wire secara bersamaan dan berhasil membuat luka tebasan yang cukup besar dibagian belakangnya. Wire berteriak kesakitan, Wire membalikkan badannya dan menyerang Jake dan Leon dengan api.
Jake dan Leon berhasil menghindari tali api itu dengan mudahnya lalu mereka berlari di dua arah berbeda. Wire menembakkan bola api kepada mereka secara bergantian.
"Kau salah karena telah melawan kami sendirian..." seru Leon yang mengalirkan aura birunya ke pedang besinya.
"Kami berdua tidak terkalahkan..." tambah Jake yang mengalirkan aura merah di axe besarnya.
Jake dan Leon menyerang Wire di dua arah berbeda, Leon menebaskan secara vertikal sedangkan Jake horizontal.
Burrrrrrnnn...
Dinding api tiba - tiba muncul di depan mereka berdua dan menghalangi target.
Jake dan Leon menebaskan senjata mereka memotong dinding api itu tapi.....
"Dia... Menghilang?" batin Jake dan Leon berkata bersamaan.
Dua cambuk api menyerang Jake dan Leon dari bagian belakang membuat mereka berdua saling berhantaman badan.
"Kalian juga seharusnya menyadari... Jika kalian tidak akan pernah menang!"
Wire terbang di atas Jake dan Leon sambil membuat bola api besar dikedua tangannya.
"Rasakan INI!!!"
Wire melempar bola api besar itu ke bawahnya dan....
Daaaaar....
Jake dan Leon terkena ledakan itu, meraka berdua terjatuh di atas air yang surut dengan luka bakar disekujur tubuh mereka.
Wire mendarat mulus di depan mereka. Tangan kanannya masih mengeluarkan api yang panas dan itu akan dia berikan kepada Jake dan John.
"Dasar lemah...."
Wire mengangkat tangan kanannya ke atas dan membuat bola api raksasa disana. Panasnya membuat lumpur yang dia injak menyusut kecil dan lumut - lumut mengecil kepanasan.
"Ini adalah akhir dari kalia----" kata - kata Wire terhenti setelah sebuah katana & rapier lewat di pundak kiri dan kanannya.
Dan.....
Bzzzzzz.. Dhuar!
Percikan petir yang ada di mata tajam kedua senjata itu saling bertemu di depan mata Wire dan menciptakan ledakan yang cukup membuat Wire terganggu.
Pada saat bersamaan bola api raksasa yang ada di atasnya menghilang (lenyap).
.T.H.U.N.D.E.R.
[ Iksan POV ]
Aku berlari cepat ke depan, aku menginjak akar pohon besar yang ada di depanku dan melompat tinggi ke depan. Tepat di depanku ada Wire yang berjalan mundur dan dia menutup kedua matanya.
Hal itu aku manfaatkan untuk melakukan serangan kejutan. Petir biru terlihat di kaki kiriku. Aku memutar badanku dan melakukan tendangan berputar kaki kiri. Tendanganku berhasil mengenai leher sisi kanan Wire, Wire terpental ke samping kiri menghantam pohon besar yang memiliki akar lumut yang sangat banyak.
"Yumi, sembuhkan mereka berdua..." perintahku.
Pada waktu bersamaan Yumi keluar dari balik pohon, dia berlari ke tempat Jake dan Leon terkapar.
"K - Kenapa kalian k - kembali? B - Bukankah a - aku memerintahkan kalian untuk pergi?" tanya Leon marah.
"Hoi jangan marah padaku, marahlah pada Yumi yang memaksa untuk kembali.." balasku tidak terima dituduh.
"Yumi? K - Kenapa?"
"KARENA AKU TIDAK BERGUNA, MAKA DARI ITU AKU... AKU INGIN MEMBANTU!!" kata Yumi seraya mengeluarkan airmata ketidak berdayaan dirinya.
"Maaf mengganggu momenmu Yumi tapi kau harus cepat karena Salamander mulai marah..." bersamaan dengan perkataanku pohon lumut yang ada di depanku terbakar habis dan menampakkan Wire yang keluar dari kobaran api.
"Atau kita akan berakhir menjadi sate bakar?!!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top