Chapter 30 : Bertarung Dengan Maid Miko

[ Author POV ]

Tak.. Tap...

Empat piring putih dengan gadis panas di atasnya menjadi hidangan yang tersajikan di restoran ini. Setelah membaca doa, mereka langsung memakan hidangan tersebut.

""Hmm??!"" pekik mereka berempat tanpa suara. ""Enak~~"" sambung mereka.

"Aku tidak menyangka daging Ikan Dourtas seenak ini..." kata Yumi membuka topik.

"Hmm..." Miko mengangguk membenarkan.

"Bagaimana Iki? Enak'kan?" tanya Yuliana yang ada di seberang.

"Daging ikan ini enak, seperti daging ayam saja..." sahut Iksan yang terlihat menikmati makannya di waktu selanjutnya.

.T.H.U.N.D.E.R.

Salah satu anak buah Ardian membuka pintu kantor barunya, dibelakang orang itu adalah seorang pelayan wanita(maid) yang cantik dengan surai hitamnya pony-tail.

"Dari keluarga Akise?" tanya Ardian dan maid itu mengangguk.

"Bagus. Aku ada hadiah untukmu..."

.T.H.U.N.D.E.R.

Tap.. Tap... Tap...

Suara langkah kaki puluhan prajurit menyelimuti ruangan sebesar 10x12 itu. Di lantai atas ada Hellsing yang memperhatikan semua prajurit yang akan bertarung sebentar lagi itu, di samping Hellsing ada Cicie dan Sasa yang diam dalam bayang - bayang kegelapan.

"Master Hellsing, persiapan senjatanya sudah siap..." seru Karamatsu yang ada di lantai bawah.

"Kerja bagus, Karamatsu..." balas Hellsing memuji.

Lalu Hellsing berjalan ke belakangnya. "Siapkan pasukan, kita akan segara menyerang!"

.T.H.U.N.D.E.R.

"Fuih~kenyang-kenyang~" kata Yumi menepuk-nepuk perutnya yang membesar.

"Haha... Sepertinya kau sangat senang, Yumi!" kata Iksan terkekeh.

"Ha'i! Aku sangat senang sekali!" balas Yumi tersenyum.

Di dekat Iksan ada Yuliana sedang menggendong Miko yang kekenyangan.

"Ia. Miko tidak bisa makan lagi..." ngelantur Miko di pundak Yuliana.

"Sepertinya kita harus kembali ke kamar, Miko terlihat sangat kelelahan...." usul Iksan yang melihat keadaan Miko.

"Baik..." sahut Yuliana.

Hanya butuh 15 menit untuk mereka berempat sampai ke kantor gubernur Kota Band, di sanalah telah menunggu seorang pelayan wanita bersurai hitam yang cantik. Dibelakangnya ada beberapa pria berjas hitam.

Iksan berhenti. "Kalian mencari siapa?" tanyanya.

Maid itu melirik ke arah Miko, saat bersamaan Yuliana mendekat.

"Iki, kurasa mereka datang untuk Miko..." bisik Yuliana.

Saat Iksan ingin membalas, Maid itu memotongnya terlebih dulu.

"Benar. Kami semua datang untuk Miko-sama..." potong maid itu.

Saat yang sama juga Miko bangun.

"Aree? Ama-nee?? Kenapa Ama-nee ada di sini??" tanya Miko setelah bangun.

Maid itu mengulas senyuman. "Kami datang untuk menjemput Miko-sama kembali ke rumah..." jawab Ama membuat Miko tersentak.

"Miko tidak mau!" tolak Miko membuat Ama shok.

"M - Miko-sama??" tanya Ama bingung. Ekspresi Ama berubah menjadi takut.

"Miko tidak mau berpisah dengan Onii-chan!" teriak Miko menguatkan pelukannya ke Yuliana.

"Heh? Aku??!" batin Iksan memekik.

Aura hitam keluar dari badan Ama, dan Ama menatap dingin Iksan.

"Jadi kau?" tunjuk Ama ke Iksan.

"I - Ini mungkin hanya salah paham saja..." kata Iksan takut-takut.

Ama menggenggam erat kedua tangannya. "Aku menantangmu duel..."

"Heh? HEEEEEH??!"

.T.H.U.N.D.ER.

[ Iksan POV ]

"Haaah..." entah berapa kali aku telah menghela nafas setelah maid bernama Ama itu menarikku ke dalam sebuah duel.

Hush...

Sekarang kami berada di sebuah padang rumput yang luas, hanya aku dan Ama yang ada di sana sementara lainnya ada di sisi hutan.

"B - Begini. A - Aku tidak ingin bertarung, jadi aku mohon padamu untu---"

"---Tidak akan!" potongnya cepat.

"Aku bahkan belum selesai bicara (-_-)"

"Onii-chan, ganbatte..." dukung Miko.

"Kau pasti bisa, Kak..." tambah Yumi.

"Kalian jangan menyemangatiku!!"

"Ama-san, kalahkan bocah kurang ajar itu, jika bisa buat dia lumpuh..." teriak salah satu pria berjas.

Orang itu membuatku kesal.

"Ama-san, Ama-san, Ama-san..."

"Haaah..." aku kembali menghela nafas. "Sepertinya tidak bisa lari dari ini..?"

Ama mengeluarkan sebuah pisau kecil di balik sakunya, beda dengan pisau hitam yang aku bawa. Wajah cantiknya benar-benar berubah saat dia ingin bertarung, begitu dingin.

Hembusan angin menerpa badan kami berdua. Dua detik kemudian kami saling berlari ke tempat lawan masing - masing.

Tring... Tring!

Dua ayunan pisauku berhasil mengenai pisau kecilnya. Awalnya aku pikir tidak bakalan kena karena pisau itu terlalu kecil.

Ama menerjangku dengan pisau kecilnya, aku mengelak ke kiri seraya melancarkan tendangan lutut ke perutnya. Ama menahan lututku dengan telapak kirinya lalu menggerakkan pisaunya ke punggungku, aku segera bangkit mendekat ke wajah Ama, menggerakkan telapak kiriku ke wajahnya tapi di tepis dengan cepat oleh Ama. Aku ayunkan pisauku ke leher Ama dan memotong sedikit surainya karena Ama memilih melompat mundur ke belakang, percikan petir muncul di tangan kiriku, menyambar Ama dan membuatnya tersungkur ke belakang.

Ama terjatuh di depanku bersama pisaunya dan aku mengacukan pisauku ke depannya.

"Mau lanjut?" tanyaku.

Ama mengangkat wajahnya, menatapku dengan ekspresi lelahnya.

"T - Tentu..." Ama segera bangkit dan mengambil pisau miliknya yang tergeletak bebas.

"Aku harus membuatnya pingsan tapi jika aku menang dia akan membenciku, dan jika aku kalah Miko akan ngambek tidak ingin berbicara denganku. Sungguh merepotkan!"

"Hyaaa!" teriak Ama.

Beruntung aku sempat menghindar, jika tidak wajahku akan terluka. Kenapa aku melamun sih?

Serangan Ama barusan menggores pipi kananku. Aku perhatikan dia. Kenapa dia berusaha sekeras ini?

Memikirkannya sekarang tidak ada gunanya, aku akan menyelesaikannya segera.

Bzzzzztttt....

Aura petir menyelimuti tangan kiriku.

"Hoi itu curang..."

"Ya. Kau tidak bisa menggunakan itu....."

"Dasar curang. Huuuu!!"

Sepertinya pendukung Ama memberiku cemoohan yang menyakitkan.

Dasar para pemula.

Kau pikir lawanmu akan memberikan keringanan untukmu apa nantinya. Mereka semua hanya pandai bicara saja, aku tidak bisa membiarkan Miko berada di bawah perlindungan mereka.

"Akan segera aku selesaikan..." cetusku.

Ama mengangkat pisaunya ke depan, sebuah cahaya merah muncul di sana merubah pisau menjadi pedang cahaya. Ama berlari ke tempatku dengan tekad yang dapat membunuhnya.

Yah.. Anggap saja ini pelajaran untuk Ama dan para pendukungnya.

Aku angkat tangan kiriku ke depan dan petir biru menjerit. BZZZT!

Blue Thunder : Breath Distributed

JDAAAR!!!

Gelombang petir biru menghantam Ama dan membuat semuanya terdiam.

.T.H.U.N.D.E.R.

[ Yuliana POV ]

Semuanya terdiam akibat serangan Iki barusan.

Hei Iki, itu terlalu berlebihan!

Yang hanya tersisa di depan kami semua adalah asap bercampur debu yang menutupi Ama.

"Aku harap Ama baik - baik saja..."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top