Chapter 24 : Pertarungan Dua Petir

[ Author POV ]

Ardian dan Iksan saling tatap-menatap sejuah 5 meter disebuah arena pertarungan berdiameter 15 berlantai dua terbuka, yang mana di lantai dua diberi batasan pagar sepanjang 3 meter. Dilantai dua sanalah, semua Saint, Ksatria dan orang - orang penting lainnya akan menyaksikan pertarungan... Adik dan kakak ini.

"Hahaha... Kenapa jadi bahan tontotan?" Ardian tersenyum masam melihat 'gawatnya' keadaan sekarang.

Kemudian maniknya terfokus ke adiknya ; Iksan. "Disaat seperti ini, kenapa kau tersenyum, bodoh?" tanya Ardian kepada Iksan.

"Jangan sebut aku 'bodoh', Kakak Sialan..." sahut Iksan dingin tapi dia tersenyum. "Aku senang dapat memukulmu lagi, itulah kenapa aku tersenyum," lanjutnya.

"Haha... Perkataanmu kasar seperti biasa ya, Iksan..?" kata Ardian yang terlihat 'senang'.

Ram yang mendengar perbincangan mereka hanya sweatdrop. "Bukankah kau yang sering dipukul, Iksan..?"

"Iksan, boleh aku bertanya sebelum pertarungan dimulai?" cetus Ardian.

"Apa? Cepatlah?!" tanya Iksan seraya merenggangkan tangannya.

"Apa... Warna petir itu?"

Iksan mengulas senyuman, Iksan menarik tangan kanannya ke belakang. "Tentu saja... Kuning!"

Blaaar??!

Petir kuning menyambar Ardian setelah Iksan memukul tangan kanannya ke depan Ardian tapi petir kuning Iksan ditangkis oleh petir kuning Ardian.

"Kau bodoh seperti biasa..." bisik Ardian setengah tersenyum.

Bzzzz...

Petir kuning merambat naik dari bawah kaki Ardian dan berkeliling disekitar tubuhnya.

"Seriuslah atau kau akan kalah..." seru Iksan yang tersenyum puas.

Cahaya biru tua menyelimuti kedua tangan Iksan lalu berubah menjadi kumpulan petir biru yang menjerit.

"Ini saja sudah cukup untuk melawanmu..." ucap Ardian yang tersenyum.

Senyuman Iksan pudar menjadi seringaian. "Jangan salahkan aku jika kau MATI..." ancam Iksan sengaja menekan kata 'Mati'.

"Apa dia benar adik Komandan? Perilakunya sangat berbeda?"

"Aku juga berpikiran begitu tapi 'Alam' miliknya adalah Petir..."

Itulah bisikan - bisikan yang Ram dengar dari seberangnya.

"Dasar kumpulan penggosip..." batin.Ram.

Iksan membuat dua pedang petir biru dan dia lempar salah satunya, petir kuning Ardian bergerak sendiri dan menangkis pedang petir yang dilempar itu. Iksan berlari ke samping kanannya menatap tajam Ardian sedangkan Ardian masih diam seraya tersenyum, Iksan menggenggam pedang petirnya sampai hancur setelah melihat senyuman meremehkan kakaknya. Petir biru menjerit ditangan kanan Iksan dan maniknya menyala biru.

"Mata itu?!" batin Ardian agak kaget.

Iksan akhirnya berhenti dan berdiri 4 meter disamping kiri Ardian.

"Kau akan menyesal..." geramnya.

Blue Thunder : Distributed Breath

Gelombang petir biru melesat cepat ke tempat Ardian tanpa ampun.

"Dan itu adalah Teknik Terlarang..."

Ardian tersenyum tipis, Ardian mengangkat wajahnya dan tersenyum membuat Iksan berdecak.

"Sepertinya aku harus serius..." batin Ardian senang(?).

"Apalagi yang aku lawan adalah Iksan..." bisik Ardian sangat pelan.

Ardian mengangkat tangan kirinya ke samping dan muncullah tembok petir hitam yang menahan gelombang petir biru Iksan. Melihat itu Iksan tersenyum tipis.

"Akhirnya kau serius juga... Kakak Sialan!" ucap Iksan senang.

Sementara ditempat penonton...

"Komandan serius??"

"Kau pasti bercanda??!"

Rombongan Ardian terkaget-kaget kecuali satu orang, begitu juga dengan kelompok Ram, hanya dia saja yang tenang.

"Ini gawat.." gumam Ram berkeringat di pelipis kirinya.

"Tuan..."

"Onii-chan..."

Miko dan Sonia memandang cemas Iksan.

Kembali ke pertarungan...

Jeritan petir biru yang ada disekitar Ardian perlahan menghilang. Dibalik asap Ardian tersenyum senang.

"Aku terkejut melihat kau dapat menggunakan Teknik itu. Kau bertambah kuat Iksan..." puji Ardian.

"Aku tidak butuh pujianmu..!" sahut Iksan kasar.

Percikan petir biru kembali keluar dari badan Iksan. "Soal Teknik itu... Aku bisa menggunakannya... Kapan pun aku mau!"

BZZZZZ?!!

Jeritan petir biru Iksan membesar.

Blue Thunder : Distributed Breath

Gelombang biru kembali menghantam tempat Ardian tapi sama seperti tadi, tembok petir hitam menahannya.

Iksan mulai berlari mengelilingi Ardian sambil menyerangnya dengan teknik yang sama 'Distributed Breath' beberapa kali, dan membuat Ardian harus membuat tembok hitam beberapa kali juga.

"Apa kau yakin akan melakukan itu terus-menerus?" tanya Ardian disela dia diserang.

"Tentu saja. Apapun untuk mengalahkanmu..." balas Iksan senang(?).

"Aku senang kau melakukannya untukku tapi maaf aku tidak akan membiarkanmu 'merusak' dirimu sendiri..." sahut Ardian.

Pada saat serangan berikutnya, Ardian berhasil menebak dan langsung menyerang serta mematahkan teknik Iksan. Ardian melempar tombak petir hitam ke arah Iksan dan berhasil mematahkan alur serangan, dengan cepat tangan kiri Ardian dikelilingi petir hitam.

Dark Thunder : Rain Wave Thunder

Puluhan duri-duri hitam menghujani Iksan.

"Hahaha... Maaf juga, aku tahu kau akan melakukan ini!" seru Iksan yang berhasil menahan semua duri itu dengan petir birunya.

Ardian terkejut melihat langkah Iksan tiba-tiba menjadi cepat, terlihat ada celah di depan Ardian.

"Dan aku juga menahan diriku sedari tadi..."

Iksan menerjang ke atas Ardian dengan kedua tangannya diselimuti petir biru.

"Dengan ini berakhir sud--"

Bruak?!?

Iksan terhempas ke lantai setelah petir hitam Ardian tiba-tiba menyerangnya, petir hitam Ardian berubah menjadi sesosok burung.

"Gah? Apa aku lupa memberitahumu jika aku adalah tipe Create?" cetus Ardian tersenyum mengejek ke Iksan.

Iksan terkapar di atas lantai, dia seperti berlutut di depan Ardian ; kakaknya. Ardian mengangkat jarinya dan menyetrum Iksan sampai bergerak-gerak seperti ikan terdampar di darat.

"Hahahhaha..." batin Ram yang tertawa dalam hati.

Sekitar 15 menit kemudian asap hitam keluar perlahan dari tubuh Iksan.

"Aku menang!" seru Ardian.

.T.H.U.N.D.E.R.

Malam telah datang, Iksan duduk murung di pojokan kamar pinjamannya, dibelakangnya ada Miko yang berusaha membujuk dan Sonia yang lagi keluar dari kamar mencari makanan.

"Aku kalah... Kalah... Dari dia... Lagi?" ucap Iksan bergumam.

"Onii-chan, Onii-chan.!" ucap Miko memanggil-manggil tapi Iksan masih bergumam.

Saat bersamaan Sonia datang bersama Ram, saat masuk Ram langsung sweatdrop melihat Iksan.

"Seperti itu lagi..r" cetusnya sambil menepuk jidatnya.

"Aku kalah lagi?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top