Chapter 20 : Aduan Pedang Saudara dan Saudari
[ Author POV ]
Anatasa Browhite adalah mantan prajurit yang bekerja di Capital bersama Leon tapi Leon...
"Haaa..." teriak Leon seraya menyerang Anatasa dengan pedangnya.
Trang....
Anatasa dengan mudahnya menahan pedang Leon.
Leon melompat mundur ke belakang, kembali menjaga jarak dengan Anatasa.
Benar. Leon tidak mengenali Anatasa, begitu juga dengan Anatasa yang tidak mengenal Leon.
Magic Knight : Sword Slash
Aura biru menyelimuti pedang Leon, dan Leon mengayunkannya ke depan menciptakan tebasan biru yang lumayan besar.
Magic Soldier : Attack Slash
Anatasa tidak tinggal diam, dia menyelimuti katana-nya dengan aura merah pekat. Dan melakukan hal yang sama seperti Leon.
Dhuar....
Ledakan terjadi pada saat kedua tebasan itu beradu.
Anatasa dan Leon diam memperhatikan lawan mereka masing - masing.
""Kau... Siapa??"" tanya mereka berdua bersamaan.
"Teknik tadi adalah Ajaran Capital. Kau siapa?" tanya Leon menatap tajam Anatasa.
"Seharusnya aku yang berkata seperti itu..." sahutnya dingin.
Keheningan terjadi kemudian. Anatasa dan Leon hanya menatap satu sama lain.
"Jangan - jangan..."
"... Dia??!"
Kedua mata mereka terbelalak di saat bersamaan.
""Apa kau.... Sama sepertiku??"" tanya mereka bersamaan lagi.
Anehnya mereka berdua tersenyum kecil dan hawa permusuhan hilang seketika.
"Aku tidak percaya akan bertemu di keadaan seperti ini..." kata Anatasa menurunkan katana-nya.
"Aku juga..." sambung Leon ikut menurunkan pedangnya.
Tap... Tap...
Anatasa dan Leon berjalan santai ke tempat lawan mereka masing - masing kemudian mereka... Berpelukan.
"Maaf..." bisik Leon.
"Aku juga..." lirih Anatasa.
Anatasa dan Leon berpelukan dalam waktu lama, sampai mereka berdua melepaskannya.
"Tapi kau harus mati disini, saudaraku..." cetus Anatasa tersenyum lembut.
"Kau juga, saudariku..." balas Leon ikutan tersenyum.
Aura biru dan merah menyelimuti kuat kedua senjata beda fungsi itu. Satu untuk melindungi, satunya lagi untuk menyakiti.
Magic Knight : Awakening Armor
Aura biru menjalar di badan Leon dan menyebar menjadi pecahan cahaya biru. Seketika pakaian yang Leon berubah menjadi pakaian perang dengan motif biru dan emas.
"Leon Zeroas, Ksatria Zirah Biru..." ucap Leon semangat.
Magic Soldier : Awakening Cloat
Aura merah menjalar disekitar jubah hitam Anatasa, dan merubah jubah itu menjadi jubah tua dengan robek - robek dibagian ekornya, di katana Anatasa terukir badan seekor naga.
"Anatasa Browhite, Prajurit Jubah Naga..." ucap Anatasa sambil tersenyum senang.
Anatasa dan Leon mengangkat pedang mereka di depan dada, tanda jika mereka adalah mantan seorang pejuang.
""Maju""
Dash....
Waktu seperti berhenti bagi mereka berdua, mereka berdua saling mengayunkan kedua senjata mereka yang sudah diselimuti aura masing - masing.
Trang....
Aduan pedang yang menghasilkan hembusan angin yang kuat tercipta saat kedua pedang beda fungsi itu saling beradu.
Anatasa dan Leon saling dorong - mendorong. Tidak ada yang mau kalah walaupun Leon adalah seorang pria.
Anatasa dan Leon saling melepas dorongan, diganti dengan aduan tebasan yang cepat. Kiri - kanan dan kanan - kiri. Sebuah aduan yang membuat lingkungan sekitar tercemar oleh debu.
Sampai ayunan terakhir yang menciptakan tebasan kuat dan mereka berdua saling terpental ke belakang.
Magic Knight : Earth Dragon Slay
Tebasan lurus ke depan tercipta di depan Leon. Tebasan yang sangat besar.
Magic Soldier : Sky Angel Destruction
Tebasan mendatar tanda kurang(-) diciptakan oleh katana Anatasa, yang besarnya seimbang dengan tebasan milik Leon.
BLAAAR!!
Cahaya hitam dan putih saling bertemu dan membuat gelombang kejutan yang sangat kuat.
Jlek...
Anatasa dan Leon menancapkan pedang mereka disaat yang sama tapi berbeda posisi.
"Dilihat darimana pun, pertarungan ini imbang..." batin Leon berkomentar.
"Aku harus mencari solusi..." kali ini Antasa yang berkomentar.
Gelombang kejut benar-benar telah hilang tapi hembusan angin lanjutan masih tetap ada, membuat mereka berdua susah untuk berdiri dan menyeimbangkan badan.
"Kesempatannya hanya ada satu..."
"... Dan itu adalah.!"
""Tetap maju""
Anatasa dan Leon mencabut pedang yang tertanam di dalam tanah. Mereka melepaskan sihir armor dan menggantinya dengan aura kuat yang dapat melindungi tubuh.
Sekarang titik fokus berada di senjata masing - masing, terlihat dari aliran aura yang keluar dari pedang mereka menciptakan arus dan gelombang aura yang tebal.
Magic Saver Secret Style
Aura biru dan merah menyelimuti arena bertarung mereka berdua.
"Wahai Ksatria Pemberani..."
"Wahai Prajurit Yang Pantang Menyerah..."
Drrrr....
Tanah bergetar dengan sangat kuat saat Anatasa dan Leon mulai menghafalkan mantra mereka.
""Bertarunglah... Bersamaku""
Wssshhh...
Anatasa dan Leon berlari ke tempat musuh mereka dengan aura yang bersatu dengan senjata mereka.
Brave Saver
DLAAAAR!!!
Tsunami debu yang menenggelamkan kota baru saja tercipta membuat... Sakit mata.
.T.H.U.N.D.E.R.
"Argh??!Apa ini??" panik Jack dan Karamatsu saat ingin adu pukulan.
Tapi pertarungan mereka terhenti saat tsunami debu menyerang mata mereka.
""Mataku sakit""
.T.H.U.N.D.E.R.
Iksan membuat penjara petir biru yang mengelilingi dirinya dari serangan debu. Setiap debu yang mendekat akan langsung lenyap.
"Onii-chan..." panggil Miko yang ada di pelukan Sonia.
"Aku baik - baik saja Miko, kau tidak usah khawatir..." sahut Iksan dengan nada serius.
Di depan mereka bertiga ada seorang pria yang dikelilingi oleh puluhan mayat hidup. Semua mayat hidup itu melindungi si pria.
"Ini lebih sulit dari yang aku kira..." batin Iksan mulai berkeringat.
.T.H.U.N.D.E.R.
Sementara ditempat Cicie dan Fushimi....
Tring....
Cicie menangkis satu pisau yang terbang ke tempatnya.
Cicie berada ditengah - tengah tsunami debu karena terlambat berlindung, beda dengan Fushimi yang tidak diketahui keberadaannya.
Fushimi menyeringai didalam kegelapan.
"Ini sangat mudah..."
.T.H.U.N.D.E.R.
Kembali ke tempat Anatasa dan Leon yang kini terbaring di tanah. Mereka sama - sama terluka, darah mengalir deras ditubuh mereka. Dan yang paling parah adalah Leon, yang mana kaki kirinya hampir putus tapi Anatasa tidak kalah parahnya.
Dada tengahnya mengeluarkan banyak cairan merah, yang membuatnya tidak banyak dapat berbicara.
"Kau tahu Anatasa? Jika Komandan Ardian melihat kita menggunakan teknik tadi, dia akan marah besar..." canda Leon ditengah ujung kematian mereka.
Leon tidak bisa melihat ekspresi Anatasa tapi dia tahu bila saat ini Anatasa ingin sekali tertawa. Tapi Anatasa hanya bisa tersenyum tipis.
"Te..rima..kasih"
Leon tersenyum kecil lalu menutup kedua matanya.
"Aku juga Saudariku... Aku menyayangimu!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top