Chapter 13 : Secepat Angin

[ Author POV ]

Di suatu malam yang tenang....

Boom!!!!

Ledakan terjadi disalah satu penginapan yang menjadi tempat tinggal Jacke, Miko, Sonia dan Yumi, mereka bertiga diserang oleh seorang lelaki berambut putih susu yang mengenakan pakaian seorang ninja laki - laki atau shinobi.

Jacke maju ke depan membalikkan salah satu ranjang dan dijadikannya sebagai tameng dari serangan kunai - kunai.

One-Hundred Shuriken

Bersamaan dengan itu tiba - tiba muncul beberapa shuriken dikiri dan kanan Jacke.

"SEMUANYA MENUNDUK!!"

Crash....

Semua senjata ninja itu membuat banyak luka disekujur badannya Jacke.

Shinobi itu tiba - tiba telah berada di depan Yumi dan ingin menyerangnya tapi Sonia datang dan malah dia yang terpental terkena tendangan shinobi tersebut. Shinobi itu memukul bagian belakang kepala Miko dan Yumi membuat mereka pingsan seketika kemudian membawa mereka lari.

"Miko, Yumi!!" panggil Sonia yang masih dalam keadaan jatuhnya.

Sonia berdecih kesal, dia bangkit dan mengejar shinobi di atas atap - atap bangunan. Mereka berlarian.

"BERHENTI, SHINO!!" teriak Sonia, pada waktu bersamaan shinobi yang dipanggil Shino itu berhenti.

"Jangan panggil namaku seolah kau mengenalku..." kata Shino yang berhenti. "Dasar Pengkhianat!"

"Aku tidak perduli kau menyebutku 'pengkhianat' atau sebutan lainnya. Aku peringatkan padamu untuk melepaskan mereka berdua, atau kau ingin merasakan dinginnya kodachi lagi..." ancam Sonia dengan kodachi-nya.

Awalnya raut muka Shino terlebih kesal kemudian berubah menjadi senang... Akan sesuatu. Saat itu juga Shino menghilang dan berpindah ke sebuah atap dengan Miko dan Yumi dikedua tangannya yang siap untuk dilepaskan.

"Pilih yang mana?"

"Hah?"

"Gadis kecil ini atau... Remaja perempuan ini?" tanya Shino yang siap menjatuhkan Miko dan Yumi ke atas tanah.

"Jangan... Pernah... Lakukan... Itu!" tatap tajam Sonia, tatapan Sonia dipenuhi oleh kemarahan.

"Pilihlah Gadis Angin, atau mereka berdua akan mati..." kata Shino yang tersenyum sinis dibalik maskernya.

"Bagaimana ini? Tuan Iksan telah mempercayakan semuanya kepadaku! A - aku harus bagaimana?" batin Sonia gelisah.

"1..."

"...2"

"......3"

"Eh?"

Sebuah kunai menancap di punggung Sonia merusak kaos putih yang dia kenakan.

"Hahaha... Menyedihkan sekali! Menyedihkan sekali kau, SONIA!!" tawa Shino lepas. "Betapa tidak bergunanya dirimu yang sekarang ini, lebih baik kau mati saja waktu itu..." maki Shino.

Sonia tergeletak di atas atap rumah seseorang dengan darah segar keluar di punggungnya. Shino melepaskan tangannya membuat Miko dan Yumi jatuh dengan posisi kepala terlebih dulu.

"Selamat tinggal, Sonia..."

.T.H.U.N.D.E.R.

[ Shino POV ]

Aku pergi menjauh dari sana, tidak ada gunanya aku tinggal disana hanya saja aku ingin melihat ekspresi Sonia melihat kedua anak kecil tadi mati.

Aku mendarat disalah satu atap seseorang, aku sengaja berhenti hanya untuk melihat ekspresi miliknya.

"Heh?"


"Mana dia???"

Mataku bergerak dengan sangat cepat mencari Sonia tapi tidak ada, bukan Sonia saja tapi kedua anak tadi juga menghilang.

"Sonia???"

"Kau mencariku?"

Bug...

Sebuah kaki mendarat di sebelah kanan mukaku, aku terpental menghantam atap - atap rumah.

Segera aku bangkit. Betapa terkejutnya diriku melihat seorang gadis berambut ungu dengan rambutnya terbawa hembusan angin malam, noda darah di kaos putih polosnya dan tatapan datar itu.

Dia adalah Sonia yang berasa di mode seriusnya. Entah kenapa aku tersenyum melihat itu. Untuk apa aku tersenyum?

"........"

Benar juga!

Aku telah menunggu - nunggu saat ini tiba. Saat aku membunuhnya.

Aku lempar tiga shuriken ke depan, ketiga shuriken itu tiba - tiba terbagi menjadi banyak dan melesat cepat ke tempat Sonia.

Illusion Shuriken

Semua shuriken itu menghujani tempat Sonia tapi tidak ada satupun yang mengenainya.

Sonia melesat di depanku secepat angin, aku hampir lupa bila itu adalah julukannya di Skeleton.

Gadis Angin.

Aku lempar bom asap dibawah kakiku, Sonia menebas asap itu dengan kodachi kesukaannya tapi tebasannya tidak mengenaiku karena aku telah menjauh.

Aku lempar 10 shuriken di sisi kiri Sonia, bukan shuriken saja tapi bensin juga dan terakhir ada bola api kecil yang aku lempar ke tengah - tengah mereka.

Kesepuluh shuriken itu meledak, mereka terbang ke segala arah, menutup jalan keluar Sonia... Ditambah dengan api yang menyelimuti mereka.

Ting...

Aku dapat mendengar suara kodachi Sonia disegala arah tapi Sonia ada di depanku.

Jish.....

Seketika itu juga Sonia ada banyak, aku tidak tahu mereka ada berapa, yang pasti hanya satu... Sebenarnya akulah yang terperangkap.

Ichi no Kase :
Kage no Kase

Bersamaan dengan Sonia menyebut nama tekniknya, seluruh tubuhku terbebas dan kini berwarna merah semua. Kesadaranku mulai menurun dan aku....

.T.H.U.N.D.E.R.

[ Author POV ]

Sonia berada dibelakang tubuh Shino yang tak bernyawa lagi, Sonia terlihat sangat kelelahan kemudian Sonia jatuh tak sadarkan diri. Pada saat bersamaan dua bayangan lelaki mendatangi Sonia yang tak sadarkan diri.

"Hei! Bukankah dia..!?"

.T.H.U.N.D.E.R.

[ Sonia POV ]

Api berkobar adalah pemandanganku di malam itu. Ya... Malam dimana semua yang aku punya direbut dariku.

Aku sendirian sampai Master mengadopsiku, Master mengajariku cara bertarung tapi dia juga yang membuangku seperti halnya benda tak berguna.

Sampai aku bertemu dengannya... Master baruku.

Silaunya cahaya membuat mataku sakit dan terpaksa membangunkanku dari mimpi buruk itu. Aku sangat bersyukur dapat bangun dari mimpi buruk itu... Terimakasih cahaya.

"Oh Sonia, kau sudah bangun?!" seruan ramah terdengar enak ditelingaku.

Seorang remaja laki - laki berambut hitam dengan jaket hitam, celana hitam dan manik hitam abu - abu indahnya.

"Tuan..."

Tuan Iksan mendekat dan memberikan segelas air putih kepadaku.

"Minumlah.." pintanya.

Aku menerima air itu dengan senang hati kemudian aku minum sampai habis tak tersisa.

"Bagaimana? Apa kau sudah lebih baik?"

"Ya, saya sudah baikan, Tuan.." kataku membalas suara ramah Tuan Iksan.

"Baguslah..." tenang Tuan. "Aku ingin pergi menemui Rinka, kau istirahat saja disini," kata Tuan sembari berdiri.

Tuan keluar dari ruanganku, sebelum benar - benar keluar... Tuan mengatakan sesuatu yang membuat mukaku bersemu.

"Aku senang kau baik - baik saja, Sonia..."

.T.H.U.N.D.E.R.

[ Iksan POV ]

Setelah menjenguk Sonia aku pergi ke pusat pemerintahan Kota Band, disana aku berjanji bertemu dengan Nazna dan Rinka. Mereka berdua ingin memperkenalkanku dengan seseorang.

Kira - kira siapa ya?

Kini aku berada di depan pintu gerbang pusat pemeritahan Kota Band, Bario. Di depan gerbang aku langsung dihentikan oleh dua pasang tombak yang di arahkan ke leherku.

"M - Mereka tegas sekali?!" batinku kaget.

"Hentikan!!"

Seruan seseorang membuat kedua tombak itu menjauh dariku, kedua penjaga yang ingin menyerangku tadi kembali ke posisi mereka.

Seorang pria tua berambut coklat dengan sedikit uban dikepalanya datang menghampiriku bersama Nazna dan Rinka dibelakang mereka.

"Aku dengar kalian dari Saint. Kenapa berada dibelakang Band?" tanyaku bingung.

"Ini hanya kontrak sementara..." kata Rinka dingin menjawab pertanyaan.

"Seperti yang Rinka katakan..." tambah Nazna.

Aku mendengus pelan lalu melirik pak tua yang ada dihadapanku yang sebenarnya adalah pemimpin Kota Band dan juga salah satu Saint.

Tulla Ram.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top