R-R6: Meet Again

Kedekatan seseorang bisa berubah; Dulu sedekat nadi berubah sejauh matahari.

___________

MEMATUNG di ambang pintu, Regha menatap perempuan itu tak percaya, rotasi seperti berhenti berputar, membuat atsmosfer di sekitar Regha seolah menghambat otaknya untuk berpikir, menghentikan semua indranya untuk bergerak. Pikiran Regha buntu hanya terpaku dengan perempuan itu, dia kembali.

Selama dua tahun Regha menunggu, perempuan itu hanya meninggalkan sebuah surat tanpa menemui Regha saat pergi tanpa menunggu Regha untuk menjelaskan. Rasa senang sekaligus rasa penyesalan itu menyerbu Regha. Membuatnya seperti orang bodoh yang hanya diam berdiri di ambang pintu. Apa kesalahan Regha akan termaafkan? Apakah kedatangan perempuan itu untuk memaafkan Regha dan memulai hubungan mereka dari awal?

"Retta?" Rasa lega menyelimuti Regha saat nama itu meluncur dari bibirnya, semua beban seperti terangkat begitu saja.

Sontak perempuan itu menoleh, dan juga seluruh anggota ekskul yang berada di dalam ruangan. Perempuan itu menatap Regha tanpa ekspresi membuat dia sulit menebak apa yang ada di pikiran gadis itu.

Mata cokelat Retta seperti bintang paling terang di kegelapan malam membuat seluruh indra penglihatan Regha hanya terpaku dengan mata cokelat terangnya. Gadis itu berbeda tidak ada lagi kacamata yang menghalangi mata indah itu, rambut cokelat bergelombang yang selalu terkuncir dibiarkan tergerai begitu saja dengan bandana putih.

"Woi, woi fokus." Zion menepuk-nepuk tangannya membuat seluruh perhatian tertuju padanya. "Lanjutin perkenalan nama lo," ucap Zion pada Retta.

Regha masih di ambang pintu, diam memerhatikan.

"Perkenalkan nama gue Asharetta Novita." Mata gadis itu lurus ke depan. "Kalian boleh manggil gue..." perempuan itu ragu. "Retta."

Setelah mengucapkan salam penutupan Retta, bergerak menuju bangkunya. Mata Regha mengekori Retta yang berjalan ke bangku yang berada di bagian belakang.

Seluruh perhatian Regha teralihkan saat Arven menepuk pundaknya dari samping, tersenyum. Dari wajahnya Regha tahu, Arven seolah berkata semuanya akan baik-baik aja, tidak akan ada kejadiaan yang benar-benar Regha takutkan.

Berusaha mengendalikan diri, Regha menghembuskan napas perlahan. Jantunganya berdetak tak karuan. Merangsek masuk ke dalam, Regha berdiri di depan seluruh pasang mata. Sejenak, selama beberapa detik mata Regha kembali terpaku mata cokelat Retta yang menatapnya tanpa ekspresi.

"Halo semuanya!"

Serempak semua membalas sapaan Regha.

"Mungkin untuk anggota baru nggak kenal siapa gue. Nama gue Arfaregha Dalfario, biasa dipanggil Regha. Gue ketual eskul fotografi. Sebenarnya sekarang bukan jadwal eskul fotografi untuk kumpul, kita kumpul hari kamis sampai jam lima sore, tapi karena anggota baru nggak tahu apa aja kegiatan di eskul fotografi, makanya gue akan jelasin sekarang." Regha berdehem melanjutkan ucapannya.

"Pertama eskul kita nggak di wajibkan kalian punya kamera SLR atau DSLR, karena kamera dipakai hanya pada saat-saat tertentu aja, yaitu dokumentasi kegiatan yang di adakan sekolah. Dan sekolah sudah menyediakan kamera bagi yang nggak punya, tapi itu hanya dipakai di sekolah dan dikembalikan lagi."

Regha memasukan tangannya ke saku celana. "Dan yang kedua, setiap dua bulan sekali kita akan berlibur, tapi bukan untuk liburan, kita jalan-jalan untuk memotret objek keperluan mading. Potret-potret pemandangan akan kita tempel di mading beserta review-nya, dan tugas itu dibuat perkelompok sesuai urutan--siapa yang akan lebih dulu mengerjakan tugas itu."

"Gue akan membagikan kelompok untuk anggota yang baru bergabung." Tangan Regha terulur meminta kertas daftar nama pada Zion, cowok itu memberikannya. Regha membaca nama-nama anggota lama dan baru yang tertera di sana.

"Udah ada tujuh kelompok lama--dan pas banget jumlah yang baru bergabung ada tujuh. Gue minta yang baru gabung maju ke depan." Tujuh orang yang baru bergabung menuruti perintah Regha, berdiri dari bangkunya mereka berjalan ke depan, Retta salah satunya.

Jantung Regha bertambah tak karuan, berdetak liar. Saat tubuh perempuan itu melewatinya, wangi harum shampoo gadis itu masih sama seperti dulu. Mencoba mengontrol dirinya, Regha berdiri sambil bersandar di meja depan papan tulis.

"Kelompok sesuai urutan," Regha menatap tujuh orang itu yang berdiri sejajar. "Kelompok satu urutan 1, kelompok dua urutan 2 dan seterusnya."

Baru beberapa detik Regha mengucapkan itu, terdengar seruan perempuan dari bangku belakang.

"Akhirnya... setelah setahun sekelompok gue perempuan sendiri, sekarang gue punya temen sekelompok perempuan, Retta lo sekelompok sama gue, kelompok 5!"

"Berisik lo, Linzy!" Zion melemparkan pulpen di meja, tapi perempuan itu berhasil menghindar.

Linzy melotot. "Terserah gue sih, ribet banget lo pantat anoa! Sekarang lo gak bisa jailin gue lagi, gue punya temen sekutu sekarang!"

"Oh ya?" Zion tersenyum manis, membuat Linzy bergidik jijik.

"Dengerin gue ya Zion, cowok sok kegantengan padahal muka biasa aja." Sekarang Zion yang melotot. "Seharusnya lo itu contoh Arven, dia bijak banget, gak kayak lo oon!"

Zion mencibir kesal. "Dipuji lo tuh," ucapnya pada Arven.

Sayangnya, Arven tak peduli. Dia lebih fokus pada Regha yang memerhatikan Retta diam-diam, gadis itu terlihat tidak peduli dengan tatapan Regha.

Retta hanya diam, tidak bereaksi apapun, sudah jelas-jelas dari ucapan Linzy, menjelaskan bahwa Retta akan satu kelompok dengannya tetapi perempuan itu tidak mengatakan apapun, atau terkejut dengan hal itu. Regha ingin sekali mengetahui pikiran gadis itu, sebenarnya apa yang ada dipikiran Retta?

Tujuh orang yang baru bergabung dipersilahkan duduk kembali, Regha menutup pertemuan mereka, memberikan salam penutupan lalu memperbolehkan mereka pulang. Semua berbondong-bondong keluar ruangan menyandang tas masing-masing.

Regha menyimpan beberapa data eskul ke dalam laci, menaikkan pandangan pada Retta yang belum keluar ruangan-tengah membenarkan tali sepatunya. Regha menyuruh Arven dan Zion keluar lebih dulu, meninggalkan Regha dan Retta berdua di dalam.

Regha berjalan mendekati Retta, mungkin menyadari bayangan yang menutupinya Retta menoleh, mata cokelat Retta tidak mengekspresikan apapun.

"Ada yang mau gue omongin." Kata Regha lugas.

Retta telah selesai membenarkan ikatan tali sepatu, menurunkan kakinya dari atas bangku lalu menghadap Regha. "Nggak ada yang perlu di omongin." Retta berbalik, berjalan cepat meninggalkan Regha.

Regha menyusul langkah Retta, menahan tangan pererempuan itu. "Gue serius, Ta, ada yang harus kita omongin." Regha mempererat genggaman tangannya. "Dua tahun lo ninggalin gue, membiarkan rasa salah gue semakin besar, lo pergi tanpa mendengar penjelasan gue dulu."

Retta menarik tangannya perlahan, tidak ada raut emosi di mata cokelat itu. "Dua tahun lalu, lo cuma anggap gue permainan, bahan bercandaan lo sama temen-temen lo. Lo nggak pernah mikirin perasaan gue, Gha."

Layaknya batu, Regha diam, membisu, menatap Retta tanpa berkedip.

"Hidup itu seperti roda, berputar, Gha." Retta memandang mata hitam Regha lekat. "Benci bisa berubah jadi cinta, dan kemungkinan cinta juga bisa berubah jadi benci."

Regha kembali menarik tangan Retta menggenggamnya. "Lo membenci gue?" Retta menunduk. "Setelah kejadian dua tahun lalu lo jadi benci gue, Ta?"

Mendongak, wajah Retta benar-benar membuat Regha sulit untuk menebak apa yang dipikirkan gadis itu, tidak ada kesedihan, kemarahan atau emosi lain. Seolah-olah Retta tidak memikirkan kejadian itu, membuangnya jauh-jauh.

"Rasa ini lebih dari sekedar benci, Gha. Kebencian diluapkan dengan kemarahan. Sedangkan yang gue rasain cuma bisa dipendam, meninggalkan luka kasat mata. Dan nggak tau sampai kapan bekas luka itu akan hilang."

"Anggap aja kita ini orang asing yang baru saling kenal." Retta terdiam menatap kedua tangannya yang berada digenggaman Regha, menariknya perlahan. "Kita baru dipertemukan dalam satu eskul, hubungan kita hanya sebatas partner kelompok. Hanya itu, Gha."

Setelah mengucapkan itu Retta melenggang pergi melewati Regha yang diam, tidak berusaha mengejar ataupun menahan tangan perempuan itu.

Sesuatu yang Regha tidak pernah harapkan, terjadi sekarang. Mereka berdua hanya orang asing, yang tidak saling mengenal.

TBC(07-09-17)

___________

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK YA
MAKASIH APING🐼

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top