Butuh seribu cara untuk mendapat kepercayaan tapi butuh satu cara untuk menghancurkan kepercayaan; kebohongan.
_____________
"BANG EGA, Milly mau ke toko boneka."
Baru saja melewati pintu masuk mall, Emilly sudah merengek minta ke tempat yang paling malas Regha kunjungi, dia tahu tabiat adiknya, sekali kesana pasti Emilly akan minta dibelikan boneka Barbie dan pasti beli lebih dari satu. Habis sudah uang jajan Regha bulan ini.
"Jangan kesana ya, Milly, kan boneka Milly udah banyak dirumah. Kita ke kedai es krim aja yuk." Rayu Regha, dia menggandeng adiknya ke tangga escalator.
"Nggak mau!" ucap Emilly keras kepala, menarik tangannya dari genggaman Regha, untung saja Regha gerak cepat, kalau tidak adiknya itu akan terjatuh di tangga escalator.
"Milly!" bentak Regha tanpa sadar, rasa kalut bercampur takut tadi membuat Regha kehilangan kontrol.
Mata Milly memerah siap menangis, Regha menyesal tidak seharusnya dia membentak adiknya seperti tadi, tapi ia benar-benar takut, jantungnya bahkan masih berdegup kencang.
Baiklah Regha tidak punya pilihan, lebih baik menuruti adiknya yang keras kepala. "Milly masih mau ke toko boneka?" pertanyaan Regha dibalas anggukan Emilly. "Iya udah kita kesana. Tapi jangan nangis."
Kepala Emilly kembali mengangguk, kaki kecilnya melompat saat tangga escalator telah membawa ke lantai teratas.
Ketika kaki Regha melangkah masuk, dia disambut ramah pegawai toko, pandangan Regha tertuju ke seluruh isi toko, berbagai boneka berada disana, ada boneka besar, boneka mini, robot mainan dan juga boneka barbie kesukaan adiknya. Dia berjalan ke salah satu rak-berjejer rapi boneka-boneka Barbie dalam kotak-semua rambut boneka barbie berwarna-warni.
Saat adiknya masih menatap bingung boneka-boneka itu, ponsel Regha bergetar, merogoh saku celana, nama kak Atar tertera jelas di layar ponsel, Regha berjalan sedikit menjauhi adiknya. Regha menggeser layar lalu menempelkan di telinga.
"Kenapa kak Atar?"
"Gue cuma mau ngasih tau besok ada tujuh anak yang ikut gabung eskul fotografi."
Ada jeda beberapa detik sebelum Atar meneruskan ucapannya.
"Tapi gue nggak bisa dateng besok buat mantau kalian, jadi gue cuma minta ke lu untuk ngejelasin semua hal tentang eskul kita ke mereka yang baru gabung. Lo paham Gha?"
"Paham, Kak." Regha berujar mantap.
Setelah Kak Atar menjelaskan beberapa anak yang akan bergabung, salah satu di antara mereka adalah anak pindahan dari bandung, dan yang lainnya, anak sekolah mereka. Regha tidak bertanya apa-apa lagi, hanya mengiyakan semua perintah Kak Atar. Sambungan pun terputus.
Regha berjalan kembali mendekati adiknya, dan terkejut melihat Emilly yang sudah memegang dua kotak berisi boneka. Dia menaikkan pandangannya, kotak-kotak berisi boneka itu berada di bagian atas rak. Bagaimana Emilly mengambil boneka itu?
Seolah mengerti dengan kebingungan kakaknya Emilly menjelaskan. "Tadi ada kakak cantik yang seumuran Bang Ega ngebantu Milly ngambil boneka ini."
"Maksud kamu pegawai toko?"
Emilly langsung cepat menggeleng. "Bukan, kakak cantik tadi nggak pakai baju kayak gitu." Emilly menunjuk pegawai toko yang berjaga di depan pintu. "Tapi pakai baju dress biru, terus pakai bandana di kepala."
Regha bingung. Sedari tadi dia tidak melihat perempuan sebayanya yang berjalan ke sini. Dia hanya melihat ibu-ibu yang bersama anak-anaknya, mungkin hanya Regha anak remaja yang datang ke toko ini bersama anak kecil.
"Cuma segitu yang kamu mau beli?"
Lagi-lagi Emilly mengangguk, Regha menghembuskan napas pelan, walaupun dalam pikiran Regha bertanya-tanya siapa perempuan yang menolong Emilly, Regha langsung menyingkirkan pertanyaan itu untuk apa memikirkannya.
"Ya udah ayo ke kasir." Regha menarik tangan Emilly menggandeng, dan gadis kecil itu tersenyum riang.
***
Regha turun ke lantai bawah dengan escalator, awalnya Regha ingin naik lift tetapi adik kecilnya ini menolak, katanya lebih seru naik escalator.
Adiknya melompat riang menunjuk-nunjuk restaurant junk food yang berada di lantai bawah. "Milly mau makan di sana, Bang sekalian beli es krim."
Regha berhenti melangkah mengamati Emilly yang masih melompat-lompat. Pintar sekali adiknya setelah merengek meminta boneka lalu ingin es krim, bukankah tadi dia sudah menawarkan tetapi adiknya lebih memilih boneka.
Namun, Regha tidak bisa menolak dan untuk kedua kalinya dia mengalah.
"Bang Ega! Bang Ega!" Emilly kembali berseru menyebut namanya.
"Apa lagi?" Regha kesal menatap Emilly, adiknya jadi sangat bawel.
"Itu Bang, Kakak cantik tadi!" Emilly kembali heboh menunjuk-nunjuk ke lantai dua.
Belum sempat mendongak ke arah yang ditunjuk Milly, tepukan dipundak berbarengan dengan suara perempuan membuat Regha menoleh ke belakang dan berbalik.
"Farah?"
Perempuan yang menyapa Regha, Farah tersenyum. "Lo ada di sini juga? Gue kira lo nggak suka tempat ramai."
Regha balas tersenyum, tangan mungil Emilly menarik kemeja Regha masih terus berseru menyebut "kakak cantik" Tepat saat Regha baru menoleh perempuan yang disebut Emilly pergi berjalan, memperlihatkan rambut panjang cokelat bergelombang. Regha sepertinya pernah melihat rambut seperti itu tapi dimana?
Regha terkejut saat adiknya tiba-tiba bersembunyi di belakang kakinya, menatap Farah dengan mata bulat takut-takut. "Dia siapa Bang?"
"Dia temen sekolah Bang Ega, kenalan dong." Emilly menggeleng-geleng, masih bersembunyi.
Farah berjongkok, mengulurkan tangannya. "Nama Kakak Farah nama kamu siapa?"
Farah tersenyum manis, tetapi Emilly masih takut menatap ke arahnya. Dia tidak berani keluar dari balik kaki Regha. Mengintip takut-takut, adiknya memang seperti ini saat bertemu dengan orang baru, makanya tadi Regha heran saat Emilly mudah sekali menerima boneka yang diambil perempuan yang dia ceritakan.
Farah terkekeh sambil berdiri. "Adik lo kayaknya takut deh sama gue. Jarang banget lho remaja cowok kalau jalan bawa adiknya bukan pacar."
Regha hanya terkekeh mendengar sindiran halus Farah. "Gue kan beda." ucapnya berbangga diri.
"Iya lo beda."
Regha masih bisa mendengar gumaman Farah. "Apa?"
Farah cepat menggeleng, "nggak apa-apa."
***
Masuk ke dalam restaurant pandangan Regha berpendar mencari tempat duduk. Saat ditemukan bangku kosong dekat dengan tempat mengambil saus, mereka berjalan mendekat.
Emilly berbisik meminta dibelikan es krim dan burger. Regha mengangguk menyebutkan pesanan adiknya pada Farah, perempuan itu bilang jika dia saja yang memesan, jadi Regha mengangguk saja, menjawab.
"Lo mau makan apa, Gha?
Regha segera menggeleng. "Nggak usah gue nggak lapar."
"Serius?" Regha kembali mengganguk. "Nggak mau minum?"
Regha akhirnya mengangguk, mungkin dia pesan minum saja. Farah tersenyum lalu melenggang ikut berbaris, mengantri.
Regha menatap meja sebelah, perempuan dengan laki-laki duduk berhadapan, perempuan itu mengomel pada laki-laki di hadapannya karena sudah menjatuhkan buku miliknya ke lantai. Pandangan Regha turun, melihat beberapa buku yang tergeletak di lantai.
Peristiwa ini mengingatkan Regha pada pertemuan keduanya dengan Retta.
***
Kondisi koridor sekolah lengang, masih jam pelajaran walaupun beberapa menit lagi bel istirahat berbunyi. Regha berjalan santai sembari menggulir layar ponselnya, tanpa menatap ke depan hingga dia menabrak seseorang membuat buku yang dibawa orang itu jatuh ke lantai.
Perempuan berkacamata itu mendongak menatap kesal Regha. "Lo?! Lo suka banget sih nabrak orang!"
"Gue nabrak lo? Bukannya lo yang nabrak gue?" tanya balik Regha menatap perempuan itu dengan senyum tersungging.
Gigi Retta bergemelutuk, menahan geraman kekesalan, baru kali ini ada perempuan yang menatap marah dirinya biasanya pandangan memuja yang selalu diberikan pada Regha.
"Jelas-jelas lo yang salah lo yang main hp sambil jalan!"
"Itu hak gue, gue mau jalan sambil terbang kek atau jalan sambil merangkak, itu semua hak gue nggak ada bisa ngatur." Jawab Regha santai sambil melihat wajah Retta semakin memerah. Regha mengabaikan wajah Reta tertawa senang dalam hati lalu melenggang pergi meninggalkan gadis itu.
"Seharusnya cowok sombong kayak lo nggak sekolah di sini!"
Baru beberapa langkah Regha berjalan, ucapan cewek itu membuat langkahnya terhenti. Dia berbalik menatap perempuan itu dengan pandangan bosan. Tepat saat itu jam istirahat berbunyi, anak-anak keluar kelas menatap Regha dan Retta penasaran.
Regha berjalan kembali mendekat ke Retta, menatap cewek itu meremehkan. "Kenapa gue sekolah disini? Karena gue cucu pemilik sekolah ini, gadis cupu." Regha membenarkan kacamata Retta yang miring.
Wajah Retta semakin kesal. Dia mengambil buku-buku yang terjatuh lalu kembali menatap Regha dengan kilatan emosi. Dan tanpa pernah Regha duga cewek itu menginjak kakinya di bawah tatapan seluruh pasang mata anak kelas Sembilan, para perempuan-yang mengaku penggemar Regha sampai ternganga melihatnya. Regha mengaduh kesakitan dia tidak pernah mengira jika Retta akan menginjaknya.
Seluruh lamunan Regha buyar saat Farah menepuk tangannya. "Lo ngelamun?"
Farah menatapnya kebingungan, hampir selama dua tahun ini Regha memang banyak melamun.
Regha tersenyum menggeleng.
Farah pun tidak mengucapkan apapun lagi, dia tengah berusaha mendekati Milly yang masih takut dekat dengannya.
Regha lagi-lagi terdiam, dia bingung kenapa hidupnya selalu dibayang-bayangi masa lalu? Dia tidak menyangka jika pengaruhnya akan sebesar ini.
TBC (30-08-17)
JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top