Slenderman : Black Forest Ruling 3
Victor dan lainnya terpaksa untuk berjalan keluar dikarenakan rumah yang mereka tempati telah terbakar, dan juga mereka tidak tahu kapan Slenderman akan menyerang lagi.
"Jaga jarak, jangan sampai terpisah..." kata Jonson paling depan bersama Eliza dan Jack.
"Kenapa kau memilih balok Vic?" tanya Hummels yang berada di paling belakang bersama Alfred.
"Aku ingin memberikan pelajaran kepadanya karena telah membuatku seperti ini...." jawab Victor seraya berjalan sedikit terpincang.
"Kau yakin tidak mau istirahat?" kali ini Alfred yang bertanya.
"Kita tidak punya waktu untuk beristirahat..!" jawab Victor mempercepat langkahnya.
"Semuanya!" panggil Lala seraya berhenti.
"Ada apa, La?" tanya Hummels bingung.
"Hummels. Maukah kau menemaniku ke belakang semak?"
"U - Untuk apa????" tanya Hummels terkejut, wajahnya merah semua.
"A - Aku mau pipis..."
"Apa tidak bisa ditahan, La?" tanya Hummels.
"Sudah kucoba...!"
"Pergilah Hum. Temani dia, aku tidak tega melihatnya seperti itu..." pinta Jonson.
"K - Kenapa harus aku?"
"Kau'kan yang diminta langsung oleh Lala, lho...!" kata Jina menggoda.
"Hummels!"
"Baiklah - baiklah!!!" kata Hummels membawa Lala ke dalam semak yang tidak jauh dari mereka.
"Hey Hum, apa aku boleh ikut?" tanya Victor menggoda.
"Kau pikir aku akan melakukan hal yang seperti itu..." jawab Hummels lesu.
"Hummels. Aku tidak kuat lagi..." kata Lala meminta Hummels untuk cepat - cepat.
"Oke - Oke tahan sebentar lagi..!"
***
"Apa ini sudah cukup jauh?" kata Hummels seraya melihat ke arah belakang.
"Jangan mengintip..." kata Lala sambil masuk ke dalam semak - semak.
"Jangan lama - lama, disini sepi sekali...!
"Apa kau takut sepi?"
"Bukan takut tapi bila suasana seperti ini berarti kita sedang di awasi..." kata Hummels membuat Lala bergidik.
"Aku akan berjalan - jalan sebentar!"
"Hummels!!"
"Tidak jauh kok..." kata Hummels berjalan maju menyusuri semak - semak.
'Srek' 'Srek'
Suara semak - semak yang ada dibelakang Hummels membuat nyali sedikit turun. Dia beranikan diri menengok ke belakang.
"Kau pasti bercanda....." kata Hummels melihat sebuah bayangan jangkung tepat di depannya. Bayangan jangkung itu membuat sebuah senyuman lebar dan memperlihatkan gigi - gigi yang tajam.
"K - Kau bukan....... Argh??!!" tiba - tiba sebuah benda mirip ranting melilit leher Hummels dan menariknya ke atas pohon.
"S - Sial..." Hummels mencoba untuk melepaskan lilitan itu tapi lilitan itu terlalu kuat.
"Hummels!!!" panggil Lala dari kejauhan.
"Jangan kesini, La..."
"Argh! Lilitan ini sangat kuat. Sial!"
***
"Si Hum itu selalu beruntung bila di dekat para gadis...." kata Victor kesal.
"Mungkin suatu hari nanti dia akan mengambil pacarmu, Vic..." kata Jonson.
"Benar!" tambah Jack.
"Hahahahaha...!"
"Apa mereka berdua tidak terlalu lama?" kata Eliza.
"Mungkin sekarang mereka sedang asik berduaan...." cetus Victor.
"Kau cemburu, Victor?!!!" seru Jina.
"Kyaaaaa!!!"
"Hei teman - teman. Bukankah itu suara Lala?" kata Eliza khawatir.
"Ayo Jack..." kata Victor berlari masuk ke dalam diikuti Jack dibelakang.
***
"Lala, dimana kau?" panggil Victor menyusuri semak - semak.
"LALA!!!"
Jack dan Victor terus menyusuri semak - semak hingga menemukan Lala yang sedang melingkupi badannya sendiri.
"Hei La, ada apa? Dimana Hummels?" tanya Victor. Lala mengangkat wajahnya lalu menangis dipelukan Victor.
"Jack...." Victor mengisyaratkan untuk mencari Hummels sendiri.
"La, Ceritakan kepadaku apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Victor seraya mengangkat wajah Lala yang bersimbah airmata itu.
"Hummels.... Hummels, Victor...!!" Lala kembali menangis sementara Victor cuma diam hingga suara Jack memanggilnya.
"Hei Vic, aku menemukan Hummels!!" panggil Jack tidak jauh.
"Hei La, Hei! Aku akan ke tempat Jack, kau diam disini..." kata Victor lalu pergi ke tempat Jack.
"Hummels dimana Jack?"
"I - Itu..." kata Jack seraya menundukkan kepala lalu menunjuk ke atas pohon.
"A - A - Ap?! Sialan itu!" kata Victor kesal melihat sahabatnya itu tergantung di atas pohon, tepat di depan matanya.
***
"Dimana Hummels?" tanya Jonson bingung melihat Jack, Lala dan Victor keluar dari hutan.
"Hei La, Mana Hummels??" tanya Eliza melihat Lala dengan wajah basah.
"Dia pergi! Dia pergi, Eli..." jawab Lala kemudian kembali menangis. Eliza yang tidak pernah melihat sahabatnya sedih seperti itu, dengan cepat memeluk Lala kuat.
"Kau harus kuat La..." kata Eliza mencoba menenangkan Lala yang menangis itu.
"A - Apa yang harus kita lakukan??" tanya Jina gelisah.
"Hei Vic, dimana Hummels berada?" tanya Jonson.
"Di atas pohon, kami berdua tidak bisa menurunkannya. Terlalu tinggi!" jawab Victor marah.
"Jadi apa yang harus kita lakukan?" tanya Alfred. Suasana menjadi hening untuk semantara waktu.
"Aku akan membunuh mahkluk sialan itu...." cetus Victor membuat semuanya menatap ke arahnya.
"Apa kau gila, Vic???" teriak Jina.
"Dia benar Vic. Bagaimana kita bisa membunuh makhluk itu?" tambah Jonson.
"Aku akan membakarnya seperti di rumah itu. Dia terlihat sangat lemah pada api. Aku akan melakukannya..." kata Victor berjalan ke arah rumah.
"Itu sama saja dengan bunuh diri, Vic..." kata Jonson menghentikan langkah Victor dan menggenggam tangannya erat.
"Mungkin kau benar tapi..... Aku tidak bisa membiarkan makhluk itu berkeliaran memburu kita semua, ditambah lagi. Dia telah membunuh sahabatku!!" Victor melepaskan genggaman Jonson dan berlari ke tengah hutan.
"Apa yang akan kita lakukan?" kata Alfred memecahkan keheningan.
"Jack, bantu aku menurunkan badan Hummels, dan Alfred.... Jaga mereka bertiga," kata Jonson masuk ke dalam semak - semak.
"Lagi???!!" kata Jack pelan.
" 'Hiks' Hummels.... 'Hiks'..."
"Tenang La... Tenang!"
"Aku akan menyusul Victor..." kata Jina berlari ke tengah hutan.
"Jaga dirimu!!!"
***
"Jonson benar. Itu terlalu tinggi, mungkin 5 meter..." kata Jonson melihat Hummels yang tergantung di atas.
"Apa kita terbang?"
" 'Plak' bodoh. Mana bisa!!!" kata Jonson seraya memukul bagian belakang Jack.
"Iya - Iya. Aku cuma bercanda..." kata Jack memegangi bagian belakangnya.
"Diwaktu sekarang?"
"Iya aku yang salah. Jadi bagaimana kita bisa menurunkan Hummels??"
"Salah satu dari kita harus naik ke atas sana...!" kata Jonson melirik ke arah Jack.
"Jangan lihat ke sini...!"
"Kau memang tidak berguna, Jack..." kata Jonson mencoba naik ke atas pohon.
"Aku akan jaga bagian bawah...." seru Jack membuat kepala Jonson menjadi merah.
"Akan kubunuh dia nanti...!" geramnya kesal.
%**
"Vic... Hei Vic!!" panggil Jina kepada Victor yang telah masuk ke reruntuhan rumah yang habis terbakar.
"..........."
"Apa yang kau cari?" tanya Jina melihat Victor sedang mencari - cari.
"Kayu!
"Kayu???? Untuk apa?"
"Sudah bantu saja..." potong Victor.
"Baikah..." Jina maju dan ikut mencari.
".............."
"............."
"Aku turut berduka apa yang terjadi pada Hummels!!!" seru Jina.
"Thanks!
"Jadi apa yang akan kau lakukan?" tanya Jina.
"Apa maksudmu?"
"Bagaimana caramu membunuh Slenderman yang hebat itu?!"
"Heh..... Kau akan tahu nanti!
***
"Kenapa mereka berdua lama sekali?" tanya Eliza.
"Aku khawatir pada mereka berdua, Eli...!" kata Lala yang telah berhenti menangis.
"Apa perluku periksa?" tanya Alfred membuat Eliza dan Lala menatapnya.
"............"
"Apa?"
"............"
"Oke - oke aku akan periksa mereka..." kata Alfred setelah melihat Eliza dan Lala menatapnya.
Alfred masuk ke dalam semak - semak yang ada di depannya dan meninggalkan Eliza dan Lala berduaan.
***
"Hei Jonson, apa kau baik - baik saja??" kata Jack yang ada di bawah.
"Akan kubunuh dia nanti..." kata Jonson pelan. Sekarang Jonson berada tepat di seberang Hummels.
"Hei Hum, aku akan membantumu turun sekarang...." kata Jonson kepada Hummels. Sebuah gerakan kecil di badan Hummels membuat Jonson terkejut hingga salah pijak, dan membuatnya terjatuh ke bawah.
"Kau hampir saja membuatku jantungan, Jonson..." kata Jack terkejut melihat Jonson jatuh tiba - tiba.
"Akan kupastikan kau kubunuh, Jack...." kata Jonson mencoba berdiri hingga Jack membantunya.
"Apa yang terjadi di atas sana?" tanya Jack.
"Kita harus segera menurunkan Hummels, aku meraskan pergerakan pada Hummels tadi..." jawab Jonson tapi Jack malah diam melongo.
"Hei, apa kau mendengarkanku Jack?" tanya Jonson yang menyadari tingkah Jack.
"Kita dalam masalah, sobat!!!" kata Jack. Pada saat bersamaan keluar bayangan jangkung di belakang Jonson.
***
"Eli, Apa kita perlu menyusul mereka?" Tanya Lala.
"Aku juga lelah menunggu..." Jawab Eliza lalu berdiri bersama Lala. Mereka berdua berhenti setelah melihat sesosok bayangan keluar dari semak - semak.
"Apa yang membuatmu lama sekali, Al?" tanya Eliza tapi Alfred cuma diam dan memandang mereka berdua.
"Eliza!"
"Hmm??"
"Apa kau yakin itu, Alfred??" tanya Lala membuat bayangan itu keluar dari kegelapan. Bayangan itu tinggi, dengan ciri khasnya sendiri tanpa wajah.
***
"Akan aku BUNUH KAU, AKU BUNUH!!!!" kata Jonson ingin memukul Alfred tapi dihentikan oleh Jack.
"A - Apa salahku???" tanya Alfred bingung.
"Kupikir kau adalah Slenderman!!"
"Apa aku terlihat seperti Slenderman?
"Dengan tinggi badan sama...... Ya!" kata Jack seraya melepaskan Jonson.
"..........?!"
"Mana Eliza dan Lala?"
"Mereka berdua ada dibelakang!!!" kata Alfred sambil memasang wajah datarnya.
"................"
"..............."
"Akan kubunuh dia...!" kata Jonson pelan.
"Akan kubantu...!" dukung Jack.
***
Eliza dan Lala terus berlari ke arah dimana Jina dan Victor berada, dibelakang mereka Slenderman sedang mengejar mereka berdua.
"Apa dia tidak lelah?" tanya Lala terus berlari.
"Dia legenda, La..... LEGENDA!!!"
Eliza bisa melihat bekas perumahan di depannya tapi kakinya tiba - tiba tersandung dan gugur.
"Bantu aku, La..." Pinta Eliza.
"Baik tunggu...." Lala membantu Eliza berdiri, tepat dibelakangnya telah berdiri Slenderman.
Slenderman dengan cepat mengangkat Eliza ke atas, dengan Eliza masih menatap ke arah Lala. Lala berusaha melepaskan cengkeraman Slenderman tapi nihil, Lala tidak sekuat dia perkirakan sementara Eliza semakin di angkat, semakin dia susah untuk bernafas. Hingga sebuah hantaman keras dibagian belakang membuat cengkeraman Slenderman terlepas, tepat dibelakangnya telah ada Victor yang bersiap dengan balok kayunya.
"Apa kau kesakitan?" tanya Victor hampir berteriak.
"Dia tidak memiliki mulut, Vic...." seru Jina yang ada dibelakangnya.
"Kita akan tahu nantinya...." kata Victor lalu memukul Slenderman tepat dibagian kepala, membuat Slenderman terjatuh.
"Rasakan ini!!" Victor menyalakan sebuah api di ujung balok itu dan dia tusukkan ke perut Slenderman. Balok itu menembus perutnya dan membakarnya.
"Bagaimana rasanya?
"Dia tidak memiliki mulut, Victor!!!" seru Jina sekali lagi.
"........!"
"Ada apa, Vic?" tanya Eliza yang sedang dibopong oleh Lala.
"Dia bukan Slenderman!" jawab Victor membuat semuanya terkejut.
"Apa maksudmu? Coba lihat wajahnya. Apa yang beda?
"Dia memiliki tinggi badan yang beda, bahkan aku bisa memukul bagian atasnya dengan mudah..!" seru Victor.
"Menurutku sama saja!" kata Lala, hingga sebuah cairan merah keluar di bawah mulut (dagu) Slenderman.
"Tunggu dulu...." kata Victor mendekat.
"Apa yang ingin kau lakukan, Vic?" Tanya Jina melihat Victor mendekatkan tangannya ke wajah Slenderman.
Tangan Victor semakin mendekat ke wajah Slenderman dan sampainya ke puncaknya, Victor lepas sebuah kulit di bagian bawah mulut Slenderman itu yang merupakan sebuah wajah palsu atau topeng. Victor dan lainnya dapat melihat Siapa yang ada di balik topeng itu? Tapi.........
"Siapa Kau?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top