Ben Drowned : Teror In Game 2
Tomas bangun dari tempat tidurnya dikejutkan dengan suara panggilan pada telepon genggamnya.
"H - halo..."
"..............."
"APA???"
¥Grave¥09.10
Banyak pengunjung untuk memperingati kematian sesorang dan orang itu adalah Tetser.
"Aku tidak menyangka bila dia pergi secepatnya ini..." ujar Jane yang ada di samping Tomas, dia menangis tidak tahan melihat sahabatnya itu telah meninggal. Jane dan Tester telah bersahabat jauh daripada persahabatan Tomas dan Tester, sementara Tomas tidak percaya bila Tester telah meninggal.
"Tega sekali. Apa kesalahan Tester?" tangis Jane.
"Apa maksudmu Jane?" tanya Tomas bingung.
"Malam tadi ada yang menyusup ke rumah Tester dan membunuhnya..." sontak jawaban Jane membuat tubuh Tomas merasa panas, dia mengingat tentang game yang dia mainkan. Lingkungan, tempat dan orang - orang semuanya sama seperti kehidupan nyatanya.
"Tidak - tidak itu pasti kebetulan saja..." ujar Tomas dalam hati tapi ingatan telah membunuh karakter yang sama dengan Tester terus teringat di kepalanya, tanpa sadar Jane telah memanggilnya dari tadi.
"Tomas.."
"A - apa?"
"Kau baik - baik saja. Kau terlihat tidak enak badan..." ujar Jane.
"Aku baik - baik saja..." ujar Tomas tapi keringat di tubuhnya terus berjatuhan.
"Aku akan pulang dulu, Jan----"
"TOMAS"
¥Tomas House¥12.00
"Dimana aku?" ujar Tomas kemudian bangun, sekarang dia berada di dalam kamarnya entah siapa yang telah membawanya kemari.
'krek' pintu kamar Tomas tiba - tiba terbuka dan menampakkan Jane.
"Apa yang kau lakukan disini, Jane?" tanya Tomas bingung.
"Aku yang membawamu kesini..." jawab Jane sambil duduk di samping Tomas.
"K - kau!!!" pekik Tomas.
"Aku tidak sendirian kok."
"Haa. Jangan membuatku salah paham dong..." ujar Tomas.
"Ku lihat orang tua mu tidak ada di rumah, dimana mereka???"
"Kau benar juga dari semalam mereka tidak pulang..."
"Boleh ku nyalakan tv, Tomas?!!!"
"Nyalakan saja..." Jane mencolok kabel dan tv pun menyala, tapi.....
"Tomas, apa kau main game semalam??" Tanya Jane sendikit kesal.
"M - maaf. Akan segera ku matikan..." jawab Tomas lalu menghampiri tv tapi langkah berhenti setelah melihat apa yang ada di dalam tv. "Ini seperti belakang halaman rumahku..." pikir Tomas.
"Tomas ada seseorang di belakang halaman rumahmu...." ujar Jane membuat Tomas terkejut, kenapa tidak? Layar yang ada di dalam sedang menatap seseorang dari balik jendela, ciri - cirinya seperti seorang gadis.
"Hei Tomas apa kau dengar. Ada seseorang dibelakang---" kata Jane terpotong setelah seseorang itu tidak ada di tempatnya, begitu juga dengan ada di tv, layar tiba - tiba mati.
"Tapi aku yakin ada seseorang disana. Percayalah padaku Tomas...." ujar Jane, wajahnya berubah pasi pucat.
"Ayo kita periksa..." ajak Tomas. Mereka keluar ke halaman belakang dan mendapati 2 bayangan disana.
"TIDAAAAK!!!!!" teriak Jane melihat mayat yang menyatu dengan pohon itu, Jane memeluk Tomas dengan sangat erat. Tomas terpana melihat kedua orang tuanya sekarang telah menjadi mayat tepat di depannya.
¥Police¥14.23
"Aku tidak tahu, malam itu mereka berdua tidak pulang rumah dan setelah keesokan harinya aku menemukan menyatu dengan pohon yang ada di halaman belakang..." cerita Tomas panjang selama 2 jam.
"Apa mereka tahu siapa pembunuhnya?" Tanya Jane yang menunggu sedari tadi.
"Polisi akan menyelidikinya..." jawab Tomas.
"Kau yang sabar ya..." peluk Jane.
"Thanks Jane..."
Setelah berpamitan dengan Jane, Tomas sampai di rumahnya tidak kurang dari 20 menit karena jarak rumah mereka agak sedikit jauh. Tomas masuk ke kamarnya dan langsung merebahkan tubuhnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" pikir Tomas tiba - tiba tv Tomas menyala dengan sendirinya.
"Tomas!!!!" panggil suara seseorang.
"SIAPA???" teriak Tomas lalu dia mendekat ke layar, dia kejutkan dengan sesosok anak laki - laki bersambut pirang yang berpakain serba hijau dan matanya di penuhi darah.
"Siapa kau???" tanya Tomas takut.
"Salam kenal Tomas aku Ben...." ujar Ben.
"Apa maumu???"
"Aku mau kau menyelesaikan game ini..." ujar Ben lalu layar berubah, sekarang layar itu sedang menatap Sebuah rumah tingkat 2 dengan warna biru muda.
"I - itukan rumah Jane..." pekik Tomas.
"Mari Tomas kita selesaikan game ini...." ajak Ben.
"Tidak. Aku tidak ingin menyelesaian game brengsek INI!!!!!" tolak Tomas keras.
"Kalau begitu biar aku yang menyelesaikannya...." ujar Ben menggerakkan karakter dengan sendirinya.
"TIDAK" Tomas bergerak menarik kabel stick game tapi karakter itu tetap bergerak.
"Coba kau selamatkan dia, TOMAS... Hahahahahah*******" ujar Ben tertawa keras.
"JANE!!!!" teriak Tomas berlari ke rumah Jane sekuat tenaga.
¥Jane House¥16.12
'Brak' Tomas mendobrak keras pintu rumah Jane dan berteriak - teriak.
"JANE!!" teriak Tomas.
"Apa yang kau lakukan, Tomas???" tanya Jane terkejut.
"K - kau baik - baik saja..." ujar Tomas tidak percaya.
"A - aku baik - baik saja tapi...... Kenapa kau membawa pisau dapur ke sini???" tanya Jane membuat Tomas terkejut, sejak kapan dia membawanya.
"Tomas?"
"Jane!"
Mari kita selesaikan game ini, Tomas!
Tomas berjalan mendekat ke arah pintu, dia menutup lalu mengunci pintunya.
"A - apa yang kau lakukan TOmas???" tanya Jane sambil berjalan mundur, Tomas mendekat ke arah Jane.
"Percayalah. Tubuhku bergerak sendiri...." ujar Tomas tangan bergetar sangat hebat.
"Tomas"
"Dia yang melakukannya!"
"Siapa Tomas???" pada saat Tomas mau menjawab tiba - tiba dia tidak bersuara, tenggorokan sangat panas.
"Siapa yang melakukannya TOMAS!!" teriak Jane lalu dia meneteskan airmatanya.
"AKU"
EPILOG
"Breaking News; telah terjadi pembunuhan di Raffle Davenport, pembunuh yang bernama Tomas Toksin telah membunuh seorang gadis yang bernama Jane Katson. Tidak cuma itu, dia juga terlibat dalam pembunuh kedua orangtuanya dan Tester Lambert...."
Seorang pria bersetelan putih, sedang mendekat ke arah seorang laki - laki yang sedang dipenjara.
"Apa anda Tomas Toksin???" tanya laki - laki itu."
"Ada urusan apa? Bila kau dari wartawan katakan kepada mereka 'Bukan aku yang melakukannya melainkan....
"........ Ben Drowned..." potong laki - laki itu membuat Tomas terkejut.
"B - bagaimana kau tahu?" Tanya Tomas tapi niatnya terhenti setelah menyadari bila laki - laki yang ada di depannya telah mendapatkan informasi dari para wartawan dan polisi.
"Pergilah Aku tidak mau mendengar jawabanmu...." usir Tomas.
"Kau mau mendengarkan sebuah cerita?" tanya laki - laki itu.
"..................."
"Dulu ada seorang anak laki - laki bernama Ben, dia tinggal bersama dengan ayahnya yang pemabuk. Suatu hari Ben di dorong oleh ayahnya sendiri hingga meninggal tenggelam, polisi mencari jasad Ben tapi tidak menemukannya. Pada saat memeriksa kamar Ben, mereka menemukan Ben terkapar tepat di depan tv yang sedang memainkan sebuah game..
"...................."
"Legend of Zelda : Major's Mask" ujar laki - laki itu membuat Tomas baru ingat game apa yang dia mainkan dan memiliki nama yang sama.
"Jadi Tomas....." laki - laki itu mendekat lalu berkata, "Dimana kau tinggal???"
¥Tomas House¥20.10
Laki - laki itu masuk ke dalam rumah yang gelap itu sendirian, dia menyusuri seluruh ruangan dan berhasil menemukan sebuah pintu bertuliskan 'TOMAS'. Laki - laki itu masuk, suasana didalam sangatlah sepi dan juga gelap, laki - laki itu menekan sebuah tombol dan lampu pun menyala.
"Ryuto bergegaslah, kami tidak ingin Nona Monica marah kepada kami..." ujar seseorang lewat alat komunikasi ditelinga laki - laki bernama Ryuto itu.
"Diamlah. Aku lebih tahu dari kalian semua..." bentak Ryuto mematikan komunikasinya.
"Jadi dimana sekarang kau bersembunyi...." ujar Ryuto pada saat bersamaan, tiba - tiba layar tv yang ada dibelakangnya menyala dan memunculkan Ben dari dalam. "Disana kau...." ujar Ryuto tersenyum puas.
"Aku tidak tahu kau siapa tapi kau mencari mati bila berhadapan denganku...." ujar Ben menghilang di kegelapan.
"Aku tau betul siapa kau Ben Drowned, Nona Monica yang memberitahuku jadi aku tau seluruh gerak - gerikmu...." ujar Ryuto santai.
"Itu artinya aku harus membunuhmu dengan cepat...." tiba - tiba Ben melesat melewati Ryuto, darah keluar membasahi lantai.
"A - apa yang..."
"Semua petunjuk Nona Monica memang benar...." ujar Ryuto yang telah berhasil menebas perut Ben dengan katana miliknya.
"T - tapi aku..."
"......Sudah mati." potong Ryuto. "Aku tau kau sudah mati Ben maka dari itu aku membawa ini...." tunjuk Ryuto ke arah katana miliknya.
"Ini adalah besi Urban, besi yang dapat menyentuh orang mati maupun memiliki kemampuan orang yang telah mati..." jelas Ryuto. "Kau tenang saja, aku tidak akan membunuhmu! Nona Monica memerlukanmu hidup - hidup..." ujar Ryuto menyarungkan kembali katana.
"Disini Ryuto. Target telah dilumpuhkan!!!" ujar Ryuto kembali menyalakan komunikasinya.
"................."
"Hoi"
".............."
"Tcih. Apa yang sedang mereka Lakukan???" ujar Ryuto mau keluar dari pintu tapi langkahnya berhenti setelah seorang gadis kecil menghalangi jalannya.
"Apa kakak mau bermain denganku???" tanya gadis kecil itu, kepalanya diselimuti banyak darah dan sebuah boneka beruang di pelukannya.
"............." Ben cuma diam tubuhnya tidak bisa bergerak, begitu juga dengan Ryuto. Dia terkejut kedatangan gadis kecil itu.
"Apa yang di LAKUKAN para orang bodoh itu di luar sana??? Apa mereka mati? Dibunuh gadis kecil ini!!!!"
"Namaku adalah Sally, Sally William!" sontak Ryuto pun terkejut mendengar nama gadis kecil itu, entah kenapa tangannya bergerak sendiri lalu melemparkan pisau dan tepat mengenai kepala Sally dan Sally pun jatuh.
"Apa aku membunuhnya????"
"...................."
"Sial. Aku bakal dimarahi Nona Monica..." gerutu Ryuto kesal lalu menghampiri Ben.
"A - apa yang akan kau lakukan??" tanya Ben berusaha berbicara.
"Aku akan mengikatmu, berjaga - jaga agar kau tidak melarikan diri..." jawab Ryuto lalu mengikat tubuh Ben tapi pergerakannya berhenti setelah mendengar langkah kaki dibelakangnya, refleks Ryuto pun berbalik ke belakang dan dia mendapati Sally telah menghilang.
"Kemana gadis kecil itu pergi?" ujar Ryuto menjauh dari Ben, lalu terdengar langkah kaki berat dibelakang Ryuti bersamaan dengan itu sebuah hantaman keras dari belakang membuat Ryuto terpental menghantam dinding kamar.
"Oh iya kakak, namanya adalah Charles. Dia adalah sahabatku..." ujar Sally yang kini ada di pundak Charles.
"Y - yang benar saja...." ujar Ryuto sambil melihat boneka beruang raksasa di depannya yang habis mematahkan tulang punggungnya.
Boneka beruang itu menatap Sally dan menatapnya, "Kau boleh bermain dengannya kok..." ujar Sally lembut. Pada saat yang sama tiba - tiba mulut boneka beruang itu terbuka lebar dan menampakkan gigi - gigi tajamnya.
"AAAAAAAAA 'KRUK'" boneka beruang itu melahap Ryuto hingga habis dan membuat mulutnya penuh dengan darah. Setelah selesai memakan boneka beruang itu kembali ke bentuk semula, lalu Sally mendekat ke arah Ben dan melepaskan ikatan.
"Thanks Sally..." ujar Ben.
"Your Welcome Ben..." balas Sally tersenyum lebar.
"Sally, apa kau bisa membantuku masuk ke dalam layar yang ada disana....." pinta Ben sambil menunjuk ke layar tv.
"Dengan senang hati..." Sally menggiring tubuh Ben dan dia masukkan ke dalam layar tv.
"Thank you so much, Sally..." ujar Ben yang kini ada di dalam layar.
"Sally senang kok bisa membantu teman...." balas Sally membuat Ben tersenyum.
"Teman ya.." pikir Ben.
"Apa Ben tidak mau berteman dengan Sally??" tanya Sally dengan nada anak - anaknya.
"Tidak. Ben senang bisa memiliki teman sebaik Sally..." jawab Ben. Matanya tertuju ke luar pintu kamar, disana telah berdiri sesosok bayangan besar yang dipenuhi oleh bulu.
"Hmm?!!! Dia Smiley..." ujar Sally tunjuk ke arah bayangan berbulu itu. "Smiley!!!" panggil Sally lembut, bayangan itu keluar dari kegelapan.
"Anjing?!!!" ujar Ben melihat seekor anjing yang besar berbulu merah itu.
"Smiley baik kok...." ujar Sally mengelus bulu Smile dengan lembut, dan terbukti Smile sangat jinak (cuma ditangan Sally).
"Maaf Sally tapi aku harus pergi. Aku berjanji akan membalas kebaikanmu nanti, Sally...." ujar Ben.
"Sally juga harus pergi Ben..."
"Bila kau dapat masalah maka aku akan datang secepatnya..." ujar Ben.
"Good bye Sally"
"Good bye Ben"
¥Outside Tomas House¥ 22.00
Terlihat bercak darah ada dimana - mana, potongan tubuh manusia berceceran dan tempat itu diselimuti bau amis yang kuat.
"Oke Smiley kita pergi ke tempat Paman Slendy..." ujar Sally tapi tiba - tiba Smile menolak dan berubah sifat menjadi ganas.
"Sally janji. Paman Slendy tidak akan menyakiti Smiley kok..." ujar Sally dengan nada lembut sambil mengelus - ngelus bulu Smile, dan Smile pun kembali menjadi tenang.
"Ayo Charles kita pergi..." ujar Sally sambil menaiki punggung Smile, Smile bergerak dengan sangat cepat menembus sunyinya malam.
"Apa Kak Jeffy and Janey tidak marah bila aku tiba - tiba menghilang begitu saja di kamarku...." ujar Sally bicara sendiri.
"Fufufu***, tentu mereka akan marah terutama Kak Jeffy!!!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top