day 6: hugs - mari jangan mengundang pelukan maut [izureiya]
Kasus romantis di antara Niounomiya Izumu dan Himeya Reiya.
.
Sesungguhnya, Reiya sama sekali tidak keberatan dengan kontak fisik.
Tak ada masalah selama tidak kelewatan. Hitoshiki sering merangkulnya (yang ini agak menyebalkan), Jun sering memeluk hingga membuatnya berputar-putar di udara (yang ini agak mengerikan, tetapi sejauh ini dia baik-baik saja), bahkan Houko dan Moeta juga menjadi sasaran empuk untuk kepala dielus (mereka terlalu lucu, dia sendiri yang tidak bisa menahan diri).
Masalahnya adalah di Niounomiya bersaudara.
Baiklah, ralat sedikit. Mari mengaku saja itu hanya Izumu. Reiya tidak keberatan dengan Rizumu yang selalu menghambur ke dekapan ketika melihatnya datang. Terlihat seperti adik perempuan manis yang membuat diri berkenan memanjakannya. Tak mungkin Reiya akan menolak, bukan? Jadi, masalahnya adalah di Izumu.
Maksudnya, kenapa Reiya mesti terus-terusan bertahan begitu saja dengan Izumu yang terus-terusan datang melompat untuk memeluknya dengan kaki? Niounomiya Izumu, kekuatanmu monster. Kau bukan adikmu yang selembut kapas. Ingatlah dirimu sebagai seorang Nomor Satu yang seisi tubuhmu berupa senjata. Himeya Reiya yang lemah ini tentu akan ambruk. Jangan memeluknya seperti koala―ah, tetapi Izumu tidak menggunakan tangan. Ular? Melata, mencekik mangsa sebelum sungguhan disantap. Um. Benar. Ular.
"Apa kau berniat meremukkan tulangku ...?"
Dan, seperti biasa, Izumu tertawa-tawa saja menduduki Reiya. Nah, Izumu selalu mentertawakan banyak hal, sampai-sampai Reiya juga bingung untuk menjabarkan di mana alasan persis dia tertawa. "Ojou bakal lari terus kalau tidak seperti itu, sih!"
Reiya menahan diri untuk tidak memutar bola mata. "Aku tidak akan lari kalau kau melakukannya dengan normal. Ngomong-ngomong, cepat menyingkir."
"Whoops!" Lalu, Izumu menurut. Reiya akhirnya dapat duduk dengan ringis pelan akibat nyeri di tangan, sementara sang pemuda berjongkok sambil menelengkan kepala. "Nah, tapi aku harus tidak percaya. Ojou jelas-jelas tidak akan menyambutku kalau kulakukan dengan baik dan benar."
Bukankah itu terlalu menghakimi? Reiya ikut menelengkan kepala. "Kesimpulan dari mana itu ...?"
"Kesimpulan dariku!"
Baiklah, oke. Reiya sudah terlalu lelah untuk mencetus argumen. Ujung-ujungnya, dia hanya menghela napas dengan mengucap ringkas―mengalah, "Iya, iya. Aku yang salah. Maafkan aku."
"Ini serius! Mau dicoba?"
Spontan saja, Reiya mengerutkan dahi. Apa lagi rencananya kali ini, adalah pikirannya. Anomali di hadapannya terlalu ajaib, dia jadi terlalu takut untuk menyimpulkan.
Namun, kembali dia membalas lambat, "Oke ...?"
Buktikan saja, Reiya ingin menyambar demikian, jadi keduanya berdiri. Namun, otaknya terlalu lambat untuk memproses ketika Izumu sudah lebih dulu menjatuhkan kepalanya begitu saja di sebelah pundak, hingga tubuhnya berjengit.
Ah.
Anak ini memang lebih tinggi, tetapi Reiya sering tidak menyangka akan terlihat sebesar ini. Mungkin tidak sepantasnya untuk menyamai dengan Rizumu, meskipun mereka memiliki tubuh serupa. Rambutnya menghalau wajah sekali, semoga tidak ada adegan tergigit tanpa sengaja. Itu menjijikkan.
Lalu.
Lalu?
Reiya bungkam. Sebentar. Harus bagaimana sekarang? Langsung membalas saja? Atau ada tahap tertentu untuk sampai ke sana? Atau, um. Apa?
Eh.
Huh.
Eh?
Izumu spontan mundur. "Tuh, kan!"
Lah. Satu kerjap untuk kembali tersadar, lantas Reiya terlalu gelagapan untuk membalas hingga meninggikan suara, "Paling tidak, aba-aba dulu!"
"Dih, tidak percaya," Izumu mencibir. "Lagipula, Ojou itu orangnya malu-malu. Semakin sadar, malah semakin bingung. Terlalu imut bisa habis aku. Kau juga habis, mungkin? Apalah itu, gyahahahah!"
"Hah?!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top