two

Satu jam kemudian kami sudah hangat dan sedang meminum cokelat panas di depan perapian. Atau mungkin hanya aku saja. Aku sudah tahu konsekuensi dari membiarkan harapanmu mengambil alih adalah kekecewaan. Tidak mungkin sesuatu terjadi hanya karena percakapan di dalam mobil. Lagi pula barangkali Olly hanya menganggapku sebagai kakak, atau adik, atau saudara.

Kutegak sampai habis cokelat panas itu sampai kerongkonganku terasa terbakar ketika aku mendengar Olly tertawa di ruang sebelah dengan cowok asing yang tidak kukenal. Becky mengatakan bahwa itu Andrew, dan dia sengaja mengajaknya untuk jaga-jaga jika aku tidak jadi ikut dan bisa menghibur Olly. Aku tidak akan menyalahkan Becky. Dia tidak tahu soal perasaanku. Ini bukan salahnya.

"Tapi kau kelihatan hangat," Olly tertawa dengan nada merayu, dan cengkeramanku pada gelas semakin keras. Dia baru saja putus, demi Tuhan. Dia pasti mencari sesuatu untuk melampiaskan kekesalannya.

Emma menghempaskan tubuhnya di sebelahku, kelihatan tidak terlalu mabuk daripada yang sebelumnya kudengar. Dia menatapku simpati, sambil tersenyum minta maaf saat lagi-lagi Olly tertawa. "Aku tidak akan memberitahu soal Andrew pada Becky jika tahu ini yang terjadi."

Aku menelan ludah, mencoba kelihatan tenang. "Bukan apa-apa," kataku."Tidak akan pernah berhasil."

"Dari mana kau yakin?"

"Kau sendiri yang bilang padaku, sahabat akan selalu menjadi sahabat, tidak lebih tidak kurang. Lagi pula aku hanya bodoh. Kami membicarakan sesuatu di mobil itu, dan untuk pertama kalinya Olly membalasku, maksudku, dia tidak pernah merespons, atau yang lebih buruknya menjauh ketika aku mulai menggoda. Tapi malam ini tidak, dan aku sudah menaruh harapan ketika mendengar dia putus dengan Leo."

Emma merangkulkan lengannya di pundakku dan berbisik. "Dengar, kau idiot. Kalimat itu tidak sepenuhnya benar, kau tahu tidak? Aku percaya sahabat akan selalu menjadi sahabat, kau akan selalu bersahabat dengan kekasihmu, iya kan? Kupikir itu sebuah awal. Lagi pula aku dan Ed bukan sahabat lagi sejak aku tahu dia mengkhianatiku. Kau barangkali tidak akan selalu menjadikan sahabatmu pacarmu, atau kekasihmu, atau belahan jiwamu, atau suamimu, sebutkan semua label di sini. Tapi kekasihmu akan selalu menjadi sahabatmu, paham? Dan lagi pula Olly tidak akan begitu saja berhubungan dengan Andrew, maksudku, dia baru putus, benarkan? Dari hubungan sepuluh bulan. Ini cukup lama. Dan kalau kau berani untuk mengungkapkan perasaanmu dan mengatakan yang sebenarnya, siapa yang tahu apa yang terjadi setelah itu? Kau tidak akan disebut berani jika hanya mencoba semua itu di dalam pikiranmu," Emma mencium pipiku, "Kau sekamar dengan Olly, aku sengaja mengaturnya. Pakai waktumu, ok?" kemudian Emma pergi.

Aku masih diam di sana, memikirkan perkataan Emma, dan baru saja akan melakukan seperti apa yang hendak dia sarankan ketika Olly memasuki ruangan. Lengan Andrew melingkar di bahunya dan Olly kelihatan bahagia. "Apa yang kaulakukan di sana, Seth? Ini Natal! Aku dan Andrew akan melihat kembang api, kau ikut tidak?"

"Tidak," kataku dingin, dalam hati merutuki diriku. "Aku ingin tidur." Lalu meninggalkan mereka.

[*}

Ketika aku terbangun untuk kedua kalinya malam itu dengan pakaian hangat dan kasur yang nyaman, itu karena seseorang naik ke kasur dan menggoncang tubuhku. Sedetik kemudian, Olly berbisik di telingaku. "Seth, bangun."

Aku mengerjap, setengah mengumpat dan bergeser agar Olly punya ruang untuk berbaring.

"Apa yang kau inginkan?" tanyaku.

"Ini sudah hampir jam tiga. Aku tidak ingin tidur."

Aku berguling memunggunginya. "Kukira kau sedang bersenang-senang dengan Andrew. Dan aku butuh tidur."

"Ayolah, Seth. Andrew tidak mengerti leluconku dan semakin lama dia jadi membosankan. Aku tidak ingin menghabiskan Natal dengan orang membosankan."

Aku mengumpat dalam hati. "Apa yang kau inginkan?" ulangku.

"Kau bisa menemaniku mengobrol. Atau melihat kembang api? Atau menghias pohon Natal? Karena aku yakin Becky tidak pandai melakukannya, dan Emma serta Jason sudah tidur. Atau kita bisa melakukan hal lain, aku hanya tidak ingin tidur."

Aku mendengus. "Kau tidak ingin tidur karena kau takut memimpikan Leo," ucapku sinis, aku mendapat satu kali tinju di punggungku karena itu. "Aw."

"Aku tidak akan memimpikan si keparat itu."

"Terserah. Aku ingin tidur."

Olly mengguncangku lagi. "Kenapa kau jadi menyebalkan? Ayolah. Tidak akan membosankan. Aku janji. Aku bisa menciummu dan--"

"Hentikan Olly," aku menarik napas. "Hentikan, ok?"

"Kenapa? Kupikir kau ingin melakukannya. Kau membicarakan soal itu di mobil dan wajahmu memerah."

"Kau tak mengerti," aku mengumpat. "Sial. Terserahlah. Aku menyukaimu ok? Lebih dari sahabat. Dan jika kau hanya ingin ini untuk mengisi waktu atau mencoba melupakan apa yang Leo lakukan padamu atau apa, aku tidak bisa melakukannya. Aku pasti akan berharap lebih dan tahu kau tidak akan bisa. Jadi hentikan saja, ok? Aku ingin tidur."

Olly terdiam. Jantungku berdetak kencang, membayangkan ejekan apa yang hendak dia lontarkan untuk menutupi penolakan. Sudah kubilang, tidak akan berhasil. Aku tidak tahu rasanya akan sesakit ini. Pasti setelah ini akan canggung dan aku--

Olly menarik bahuku sehingga aku berbaring menatap langit-langit, sedetik kemudian dia sudah di atasku, menciumku cepat sebelum berbaring dan merebahkan kepalanya di dadaku. Aku masih tidak bisa memproses apa yang terjadi sampai dia berbisik. "Tidur, Seth. Kau bilang kau ingin tidur."

Jadi aku memejamkan mata, bertanya-tanya apakah ini mimpi atau tidak.

[*]

"Kau lihat Olly?"

"Yup, pergi setengah jam yang lalu untuk mengurus mobil sewaan yang terdampar di antah berantah," Jason tertawa geli.

"Kenapa dia tidak membangunkanku?"

"Seperti yang kukutip langsung, 'Seth tidur seperti beruang dan aku terus membangunkannya kemarin, tidak ingin dia marah.'"

Alisku terangkat.

"Jadilah berguna dengan panggilkan Emma dan Becky. Setelah itu kita akan membuka kado."

"Membuka kado?" Andrew mendadak bertanya. "Becky tidak bilang ada acara seperti itu dan aku harus pergi sebelum jam delapan. Betapa sial?"

"Kau akan pergi?" aku semakin heran.

"Benar. Ibuku sudah menunggu dan dia akan membunuhku kalau tahu aku tidak menghabiskan Natal tahun ini dengannya. Aku hanya mampir semalam karena bosan," dia mengedip padaku. Kemudian mencium Jason di pipi dan melambai ke arahku. "Bungkuskan aku bacon yang paling besar, Jason Sayang," Andrew berteriak saat dia menghilang ke ruangan lain.

Aku menatap Jason tak mengerti. "Jason Sayang?"

Jason tertawa. "Dia merayu semua orang. Ayo, apakah kau ingin menjadi berguna atau tetap menjadi si pemalas Seth?"

Kuputar mata ke arahnya sebelum beranjak ke halaman bekalang. Emma dan Becky sedang mengobrol tentang sesuatu yang membuat mereka tidak bisa berhenti tertawa. Ketika melihatku, Becky menyikut Emma, dan senyum yang mereka berikan padaku kelihatan berlebihan.

"Bacon sudah siap?" aku merasa bingung sampai rasanya semua perkataan yang keluar dari mulutku pagi ini terdengar seperti pertanyaan. Dari kejauhan mobil Jason meluncur ke arah kabin. Aku tahu itu Olly tanpa perlu melihat dua kali. Mendadak jantungku seperti kelebihan energi dan tanganku mulai gemetar. Sial. Aku tak pernah terkena serangan panik. Apakah ini yang selalu dirasakan Olly ketika dia mendapat serangan?

Kusembunyikan tanganku ke dalam saku jaket agar Emma tidak menyadari betapa gugup aku. "Jason sudah menunggu?" Keparat. Apa yang terjadi padamu otak?

Emma tertawa. "Trims, Seth. Ayo Becky, jangan buat Seth mempermalukan dirinya lebih lama."

"Apa?"

Sewaktu Becky dan Emma tertawa semakin keras, aku mengikuti di belakang. Olly memarkirkan mobil, aku dapat mendengar suara pintu dibuka dan menutup. Lalu mobil terkunci. Aku penasaran apa yang hendak dia lakukan, mengabaikanku dan berlagak seolah apa yang terjadi kemarin tidak terjadi atau sebaliknya. Pikirkan kemungkinan terburuk. Oke baik. Tidak usah dipikirkan.

"Seth!" Olly berlari mendekat. Aku melirik Emma dan Becky yang mulai berbisik-bisik sambil menendang jantungku agar jangan bertindak bodoh. Kemungkinan terburuk dari ini semua adalah Olly hanya ingin aku melupakan segalanya. Baik. Aku dapat melakukannya.

"Kau lihat Andrew?"

Oke, ternyata ada yang lebih buruk. Aku mengangkat bahu. " Jika dia tidak ada di kamarnya, berarti dia sudah pergi."

"Pergi?" Olly kedengaran cemas. Bagus. Seberapa cepat dia pulih dari hubungan sepuluh bulan yang hancur? Kudengar itu takkan mudah. Kudengar itu akan meninggalkan traumatis dan hal-hal melankolis yang menyebabkanmu berhenti memikirkan kemungkinan indah.

"Hmm," aku mengangguk. Ingin ini cepat berakhir. Jika Olly dapat berakting seperti biasa—atau bahkan tidak berakting sama sekali—aku juga bisa. Aku masuk lebih dulu, mengabaikan tatapan Emma yang seolah bertanya mengapa aku terlihat masam, lalu membantu Jason menyiapkan makanan. Aku tidak tahu sejak kapan Jason senang memasak, ketika pertama kali bertemu dengannya hal yang paling benci dia lakukan adalah mencari tahu bagaimana bacon buatan Lucy lebih enak daripada bacon di seluruh dunia.

"Kenapa tidak ada yang bilang padaku Andrew pergi secepat itu?" Olly bertanya.

Kutaruh makanan di atas meja, mengeluarkan gelas-gelas kaca dan sebotol wine dari dalam pendingin. "Dia berjanji akan membantuku balas dendam pada Leo akan waktu sia-sia yang kuhabiskan dengannya."

"Sejak kapan kau jadi pria jahat tukang balas dendam, Olly?" Becky menatap Olly seolah kepalanya sudah membelah menjadi tiga bagian yang berbeda. Ketika aku menatap Jason, dia sedang tersenyum padaku. Aneh sekali.

"Sejak aku menyadari sesuatu," Olly duduk di sebelahku, dia mencondongkan tubuhnya ke meja dan berkata dengan nada penuh konspirasi. "Kalian tahu tidak, Andrew punya kenalan tukang jagal dan mafia."

"Andrew juga punya kenalan nenek baik hati dan wanita hamil yang nantinya akan melahirkan tujuh anak kembar," Emma menuangkan wine ke gelas kami, tersenyum dengan wajah berseri-seri ketika berkata. "Aku bisa jatuh cinta dengan Andrew jika dia terus membawakanku wine setiap hari."

"Kau juga bilang kau juga akan jatuh cinta padaku jika aku memijat kepalamu sampai kau tertidur setiap malam," Jason menimpali dan seluruh meja tertawa.

"Oh, Jason. Aku sudah jatuh. Jatuh terperangkap," Emma tersenyum menggoda, yang membuat Jason melemparinya dengan bawang goreng.

Ketika tawa mereda dan kami mulai makan, Olly menyikutku. "Bagaimana menurutmu, Seth?"

Aku menelan, memperhatikan Emma menatapku sabar sebelum menjawab. "Menurutku aku harus dengar bagaimana Becky dan Max putus. Kalian sudah jadian lebih dari sebulan."

Emma tertawa menyemburkan wine dan Jason melemparinya bawang daun. Kami semua memperhatikan wajah Becky yang memerah. Becky adalah yang paling tua di antara kami. Dia sudah hampir menyelesaikan kuliahnya dan akan pergi menjelajahi dunia, barangkali. Dalam setahun terakhir aku mengenalnya, Becky sudah berhubungan dengan lebih dari dua puluh pria dan setiap kali mengenalkannya pada kami, dia selalu berkata, "Yang kali ini serius. Lihat saja."

"Biasa saja," Becky memulai. "Dia mengatakan bahwa Olly dan Seth seharusnya tidak diundang ke Kabin Bersalju. Aku tidak bisa menahan diri untuk menendangnya keluar dari mobil."

Kami tertawa. Tipikal Becky, selalu seperti itu.

Kami membicarakan tentang pekerjaan baru Emma di McDonald yang menurutnya sangat tidak layak dan dia mulai berpikir untuk mendaftar menjadi penjaga pintu bar. Jason dan aku mendiskusikan pertandingan Hoki musim mendatang. Sewaktu makanan sudah habis dan aku menawarkan diri untuk mencuci piring, semua orang segera beranjak menuju ruang tengah. Rasanya menghabiskan Natal seperti ini seakan-akan aku benar-benar punya keluarga. Lucy ibu angkat yang baik, bahkan terbaik, tapi aku jarang sekali bertemu dengannya sejak aku berkata pada suaminya bahwa aku juga suka cowok seperti bagaimana aku suka cewek. Dia selalu mengira aku pengaruh yang buruk bagi anak-anak angkat yang lain.

Olly menyikutku ketika dia kembali. "Hai," entah mengapa dia kedengaran malu.

"Hai juga, kau."

Kami terdiam, mencuci semua piring dan mengeringkannya. Ketika Emma memanggil agar kami cepat dan aku baru hendak beranjak, Olly menatapku seakan dia punya sesuatu untuk dikatakan.

"Ada apa?" aku akhirnya bertanya.

Olly tersenyum, wajahnya memerah. "Aku masih berpikir. Aku akan beritahu nanti," lalu dia pergi menyambut teriakan Emma ketika membuka kado. Meninggalkanku bertanya-tanya.

Tidak bagus sekali Olly. Terus seperti ini dan aku yakin aku akan terkena serangan jantung. []

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top