four
"Kau tidak ingin berbagi?" Olly tersenyum jahil, dia menghempaskan tubuhnya di sebelahku dan bersandar di bahuku, "Suapi aku?"
Aku tertawa. "Enak saja. Aku lapar. Becky membuat banyak, aku akan memberitahumu bagaimana cara mendapatkan satu mangkuk sup hangat buatan Becky karena kudengar dia agak galak."
"Siapa, Becky?"
"Yep. Jadi kau mau dengar atau tidak?"
"Tentu."
"Bagaimana jika aku ingin isi mangkuk yang ada di hadapanku? Apakah penjaganya juga agak galak?"
"Oh dia sangat galak," aku nyaris tidak bisa menahan tawa. "Ada banyak hal yang harus kaulakukan jika ingin mendapat perhatiannya."
Olly beringsut semakin dekat. "Kurasa aku sudah dapat perhatiannya," matanya berkedip jahil.
"Oh lihat apa yang kutemukan, Becky!" Emma berteriak penuh antusias begitu memasuki ruangan aku nyaris menumpahkan sup ke pangkuanku. Olly tertawa, wajahnya merah padam.
Aku menunduk, tidak mau menatap Emma. Bahkan tidak mau menatap siapa pun.
"Oh astaga, lihat bagaimana dia bertingkah. Seth kita yang kurang ajar menjadi pemalu!" tawa Emma membuat wajahku memanas.
"Kau belum lihat sisi yang lain," Olly menimpali. "Lebih menggemaskan."
Aku mengerang saat Emma bertanya. "Kau melihat sisi dia yang lain, Olly? Dasar setan kecil! Kau merusak bayanganku akan Seth si pendeta tanpa dosa!"
"Siapa yang tanpa dosa?" Jason memasuki ruangan, dia tersenyum lebar ke arahku, aku dapat membayangkan lelucon apa yang dia buat agar seluruh tim Hoki mengejekku selama satu musim mendatang. Becky mengikuti di belakang, wajahnya tampak cemas, namun dia tersenyum lebar sewaktu melihat kami.
"Sudah kuduga! Sudah kuduga membawa Andrew kemari adalah ide bagus! Aku selalu tahu Andrew adalah pria yang tepat."
Kami semua berkata bersamaan. "Apa?"
"Oh kalian tidak tahu? Kupikir aku sudah begitu jelas."
"Kau sangat tidak jelas seperti kaca kotor sekarang, Becky," kata Emma, setengah serius.
"Diamlah kau, jalang. Aku mendapat ide ini dari Andrew saat kami membicarakan mengenai borgol dan tali."
"Untuk apa kau membicarakan borgol dan tali dengan Andrew?" Olly menyela.
Becky tersenyum penuh arti. "Untuk sesuatu yang menyenangkan. Lalu aku menceritakan padanya bahwa aku kasihan sekali pada sahabatku yang begitu menderita karena perasaannya tak terbalas,"
"Kabar baiknya Olly memberitahuku bahwa dia putus dengan Leo satu jam kemudian! Jadi aku bertanya pada Andrew bagaimana caranya membuat sahabatku yang malang ini jadi tak terlalu malang lagi."
"Aku tidak tahu kalau kau tahu," aku menggumam. Semua orang tertawa kecuali Olly, yang kelihatan sangat nyaman menjadikanku bantal dan tersenyum padaku.
"Kau seperti sebuah buku, Seth. Begitu jelas kalau kau menyisihkan waktu untuk membaca dan memperhatikan apa yang terjadi di sana. Siapa pun yang tidak tahu sudah dipastikan idiot keparat yang tidak peka."
"Hei!" Olly berteriak protes dan kami tertawa.
"Nah, biar aku lanjutkan," Becky duduk di lengan sofa. "Kemudian Andrew menyarankan beberapa hal gila yang sebagian besar kutolak. Aku hanya menuruti sarannya agar membuat kalian pergi berdua ke sini dan membuat Seth cemburu."
"Apa? Kau merencanakan kami terjebak di antah berantah?" alisku bertaut.
"Tidak! Aku tidak tahu kalian akan terjebak di antah berantah, walaupun jaraknya hanya setengah jam dari sini," Becky memutar mata. "Hanya membuat kalian punya waktu berdua lebih lama agar Seth tidak terlalu begitu pengecut dan Olly sadar. Terjebak di badai salju hanya bonus. Dan dengan segala situasi yang ada di antara kalian berdua, menambahkan Andrew ke dalam aksi akan sangat hebat! Aku tahu Olly terkadang akan bersifat sedikit, yeah kalian tahu, seperti itu. Dan sisanya aku serahkan pada semesta. Kulihat semesta sedang berpihak pada kalian."
"Apakah kau berkata padaku aku brengsek keparat?" Olly bertanya, jari-jarinya memainkan telapak tanganku.
"Mendekati, tapi terlalu halus. Aku akan berterima kasih kalau kau punya kata yang sedikit berani."
"Keparat."
Aku tertawa. "Aku ingin menendang bokongmu, Becky. Tapi aku terlalu nyaman di sini."
"Tentu saja kau nyaman di sana," Emma tersenyum, matanya mengatakan 'sudah kubilang', dia menyikut Jason dan berbisik padanya. Aku tahu apa yang akan dia lakukan, pada minggu-minggu awal aku mengenal mereka, mereka adalah penyanyi di kafe-kafe tengah malam. Jason memetik gitar dan Emma bernyanyi.
Begitu Jason pergi mengambil gitar, aku berbisik pada Olly. "Kau yakin ini juga yang kau inginkan?"
Olly tersenyum. "Mengapa kau bertanya seperti itu?"
Aku mengangkat bahu. "Terasa seperti mimpi."
"Berarti kau tidak tahu apa-apa," dia mencium pipiku, kemudian membuat lingkarang-lingkaran di lenganku sewaktu Emma mulai bernyanyi. Di luar salju mulai turun dengan lebat. Api meretih di perapian, menari-nari dalam lantunan suara Emma yang tinggi. Becky membuat tarian aneh dengan kepalanya dan aku tertawa. Aku tertawa dan merasa hangat, Olly bersandar di bahuku, ikut menyenandungkan beberapa lirik dalam suara pelan.
Aku berbisik ke telinganya saat Emma mencapai nada tinggi yang membuat bulu kudukku merinding. "Selamat Natal,"
Olly mengangkat kepala, mata birunya berkilat-kilat. "Selamat Natal," lalu dia menciumku. []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top