Bagian 1. Linangan

Huda POV

Ruang UKS. 08.15



Angin berhembus meniup kain gorden yang ada di dekat jendela setelah dibuka. Hawa panas tidak cocok untuk ruangan ini dimana para murid diharuskan untuk istirahat tanpa memikirkan apapun, cuma perlu diam dan tak melakukan apapun.

Aku menawarkan diri sebagai anggota UKS. Itu bukan karena tidak ada alasan, tapi karena kakek melarangku untuk bertemu dengan Ikh. Jadinya... Aku galau.

Apa Ikh sering galau juga?

"Ha,..."

Smile...

Tapi sekarang tidak perlu lagi menuruti perintah kakek karena beliau sudah sembuh dari luka yang ia terima saat bertarung dengan Ikh. Jujur saat itu aku sangat khwatir, aku tidak bisa memilih antara keduanya siapa yang mesti aku bela.

"Buang pikiran itu, Huda. Sekarang kakek sudah sembuh dan kau sudah bisa bertemuan lagi dengan Ikh.. "

"Urgh!? " matanya sedikit terbuka, manik jingga itu dapat aku lihat, padahal saat bertemu pertama kali matanya berwarna hitam.

Aku taruh kain basah yang lumayan hangat ke dahi Ikh. Aku di UKS untuk merawat Ikh disini, aku juga sudah mendapat izin dari guru.

"Hu..da? "

"Kau ada UKS. Kau harus menjaga kesehatan, dasar.. "

"M-maaf.. "

"Ingat, kita bersama-sama dalam masalah ini. Kita bergantian menjaga sekolah ini dari roh-roh jahat agar tempat ini tidak menjadi tempat berkumpulnya energi buruk.. "

"Aku sudah menegurnya, tapi lihat betapa keras kepalanya dia.. " sesosok hantu kuntilanak berbaju putih dan memiliki rambut hitam yang sangat panjang.

Dialah si Kunti. Roh Tersesat yang membuat kontrak pertama dengan Ikh.

"K-kau mengagetkanku.. " kata Ikh berkeringat banyak. Aku sudah menegur Kunti untuk tidak muncul tiba-tiba karena tidak sehat untuk jantung, tapi karena Ikh demam kurasa tidak masalah.

Dan di ujung kaki ranjang ada J yang memijat kaki Ikh menggunakan kedua tangannya yang kecil. Walau wajahnya tidak bisa aku lihat menurutku dia lucu sekali.

Brak!?

"Hei bro, masih hidup? " seru Lutfi masuk, membuat Kunti serta J otomatis pergi.

"Jangan berisik, coba?! " kata Bariyah meninju perut Lutfi.

"Argh! "

"Bagaimana keadaannya? "

"Keringatnya banyak keluar. Apa aku sudah benar, Bariyah? "

"Yap. Kau melakukannya dengan benar, Huda.. "

"Ehehe~"

"A-aku mulai membaik. Kalian boleh pergi. A-aku jadi tidak enak melihat semuanya berkumpul disini.. " kata Ikh lemah.

"Oke. Aku akan menjengukmu lagi saat waktu istirahat.. "

"Eh? T-tapi aku belum melakukan semua yang ada di tutorial.. " ucapku menolak.

"T-utorial??! "

"Tutorialnya bisa ditunda. Yang terpenting saat ini adalah kesembuhan Ikh.. " kata Bariyah menekan kedua bahuku.

"B-baik.. "

"T-terimakasih mau mencemaskan aku, Huda.. " setelah mengucapkan itu Ikh mulai menutup matanya kembali untuk istirahat.

"Kumohon cepatlah sembuh, Ikh... "








Kelas. 11.15.
















"Kumpulkan buku yang sudah selesai mengerjakan soal latihannya.. " beritahu bu Husna.

"Sudah! " seru Lutfi pertama kali.

"Saya juga, bu Husna.. " lanjut Bariyah. Keduanya meletakkan buku biologi ke atas meja guru.

"Baiklah. Aku jug--"

"--Permisi, bu Husna." satpam sekolah kami tiba-tiba masuk ke dalam kelas. "Huda, bisa kau ikut bapak?"

"Ada apa, pak? "

"Tadi tetanggamu ada yang nelpon. Katanya kakek dan nenekmu jatuh sakit.. "

"J-jatuh sakit!? Beneran, pak!?"

"Bu Husna, saya izin pulang.. " mohonku.

Aku membereskan semua peralatan sekolah yang sempat aku keluarkan. Membawanya bersamaku dan izin pulang.









Author POV


Rumah Sakit. 12.29.














Huda pergi ke rumah sakit setelah mendengar kedua kakek dan neneknya mendadak jatuh sakit. Sesampainya di sana yang Huda dapati lebih parah, kedua lansia itu sedang diobati karena mengalami pendarahan.

"Apa yang terjadi? Apa yang terjadi kepada kakek dan nenek saya, suster!? " panik Huda.

"Tenang, dek. Tadi ambulan yang membawa kakek dan nenekmu kecelakaan, bukan mereka saja tapi beberapa rekan kami ikut juga. " jelaskan suster wanita itu.

"H-Huda... "

"Kakek?! "

"H-Huda..pergilah..dari sini. "

"Kakek, sudah jangan bicara lagi.. "

"M-mereka kembali, Huda.. "

"Siapa, kek? " tanya Huda sedih. Kakek Huda mendekatkan telinga Huda.

Mereka yang membunuh keluarga kita!

?!

"Pasien tidak kuat lagi. Pindahkan mereka ke tempat seharusnya. Suster, bawa cucu mereka keluar dari sini.. "

"Baik, dok.. " suster itu membawa Huda yang masih terdiam setelah mendengar ucapan kakeknya.

"M-m-mereka yang!!? "

Huda tidak bisa berhenti gemetaran.

"Ke sini, dek. Biar kakak bawa ke si--? "

Duagh!?

"...? "

Seorang pria asing memukul pingsan suster yang membawa Huda, 2 teman perempuannya muncul disamping kanan Huda dan mengepungnya.

"S-siapa? "

"Bos, target berhasil ditemukan. Dimengerti. Anda cuma butuh darahnya, nyawanya... Habisi saja! "

2 perempuan tadi sontak saja mengeluarkan sepasang pisau lipat. Satu dari mereka menerjang, Huda menghindarinya tapi perempuan yang satunya berhasil mendapatkan darah dengan menggores dekat pergelangan.

"Urgh!? "

"Habisi dengan cepat! "

"" Baik!!""

"Apa aku akan mati? Aku tidak mau mati. Ikh, aku--?? "

Hush!!?

Satu sosok bayangan putih menghajar ketiga orang itu jauh mundur ke belakang dan melindungi Huda.

"Kunti... B-bagaimana bisa? " terkejut Huda.

"Cuma kebetulan. Ikh juga ada di rumah sakit ini... Sebagai pasien. "

"Eh? A-apa?? "

"Tadi Ikh--?! AAAA AAAAA!!? "

"Kunti? Apa yang terjadi padamu?!! "

"Ikh! Ikh---" Kunti lenyap jadi hembusan angin.

"Apa yang sebenarnya terjadi? "

Brrrrrrrrerr..!

HP Huda bergetar kuat. Ia mengaktfikannya lalu menyahut panggilan dari temannya.

"Bariyah? "

"Huda *hiks*. I-Ikh... "

"Apa yang terjadi pada Ikh, Bariyah?? " jantung Huda berdetak sangat cepat menunggu, serta mendengar balasan dari temannya.

"Keadaan Ikh tiba-tiba memburuk saat kau pergi lalu kami membawa Ikh pergi ke rumah sakit, tapi, tapi *hiks*. Kata dokter Ikh tidak dapat diselamatkan lagi dan dokter menyatakan kalau Ikh... Sudah tak bernyawa lagi! "

"........ "

"Aku benar-benar minta maaf, Huda..! "

"Sudahlah. Kau tidak salah, Bariyah.. "

"T-tapi Lutfi---"

Sambungan diputus bersamaan dengan linangan air mata di muka Huda. Ia terisak.

"Apa-apaan sih ini!?"

"Dia tidak memiliki pertahanan lagi. Cepat bunuh dia sekarang! " perintah pria asing itu.

2 perempuan tadi menggunakan mantera perpindahan cepat dan mengurung Huda dari dua arah.

Huda, kau harus lari. Pergilah!

"Maaf, kakek. Aku... Sudah tidak perduli lagi! "

CRUAK!?!!

Darah membasahi lantai rumah sakit, kedua tangan yang ingin mengancam itu hancur.

"Kalau kau mati, aku juga yang repot, gadis manja..! "

"?! " tidak ada rasa takut di mata itu saat menatap ke sosok kecil yang setara dengan tinggi badannya. Hanya ada tatapan kosong dari Huda.

"Siapa kau? "

"Sayang sekali kau melupakanku. Padahal aku ada selama ini di dekatmu, Huda... "

"Siapa? "

"Aku adalah kau, dan kau adalah aku. Kita itu satu!"


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top