06. Pesona sang Daddy

Selamat Membaca

Jakarta, 2019.

Dua gadis yang memakai seragam putih abu-abu, terlihat sedang menikmati minuman yang mereka sebut Boba. Salah satu minuman yang menjadi favorit para remaja jaman sekarang, tidak terkecuali dengan dua remaja itu.

Seorang gadis dari mereka terlihat sedang mencoret daftar nama pekerjaan, yang kira-kira bisa dia lamar menggunakan ijazah SMA. Karena hanya ada ijazah itu yang bisa dia gunakan sebagai bekal melamar pekerjaan di Jakarta.

Tapi dari semua daftar yang dia buat, belum juga dia berhasil menemukan pekerjaan yang cocok dengannya. Atau lebih tepatnya, dia benar-benar tidak bisa menggunakan skill apa pun.

"Gimana kalo jadi sugar baby?" ucap seorang gadis bernama Belle, setelah meminum minumannya.

Gadis di depannya, meletakkan pulpen yang sejak tadi dia gunakan. "Dari sekian banyaknya pekerjaan, kamu malah nyaranin jadi sugar baby? Jadi pelacurnya aki-aki maksudmu? Apa nggak ada saran lain?" tanya Reina bertubi-tubi.

Secara otomatis tangan Belle menyentil dahi Reina. Hingga Reina mengeluh kesakitan. "Hey! Dengarkan ucapanku sampai selesai dulu, Rein," ucap Belle kesal.

Tangan Reina pun mulai mengusap dahinya yang sudah berubah merah. Sentilan dari sahabatnya sangat terasa perih, padahal tidak berdarah. Kemudian tangannya, mengangkat gelas plastiknya, bibirnya mulai menyesap minuman lewat sedotan.

Reina Agatha Syelen, gadis berusia 17 tahun yang baru saja lulus sekolah. Hari ini, seharusnya menjadi hari bahagia dirinya setelah melakukan konvoi keliling bersama teman sekolahnya. Seperti remaja lainnya.

Namun sayang, kabar dari ponselnya, memberikan dampak yang sebaliknya. Tiba-tiba saja Reina diusir dari rumah, dan hanya diijinkan membawa pakaian seadanya, dan barang-barang sekolah. Seluruh tas branded, perhiasan mewah, kartu kredit, hingga mobilnya, semuanya disita oleh Sang Papa Kejam.

Reina memprotes maksud sikap dari papanya. Tapi, sang papa dan juga mama tirinya, hanya mengatakan bahwa sudah saatnya Reina hidup mandiri tanpa bantuan orang tua. Ditambah lagi, jika Reina ingin mendapatkan hak waris, Reina harus menyandang titel Sarjana Teknik.

Lah terus, uang dari mana Reina bisa kuliah dan hidup di luar? Malang sekali nasib anak yang baru lulus sekolah ini. Akhirnya, Reina pun harus menculik Belle, satu-satunya sahabat yang dapat dia percaya. Untuk mencari solusi atas masalah yang dia alami.

"Nggak semua sugar baby harus menjadi pelacur, Rein. Ada juga kok, sugarbaby yang hanya menjadi teman sugardaddy-nya. Tidak ada seks, karena biasanya, orang dewasa yang membutuhkan sugar baby itu, mereka hanya mencari teman. Itu tergantung dengan kontrak yang mereka gunakan," jelas Bella.

Reina terdiam, mencoba mencerna penjelasan dari Belle.

"Lagian, kamu sendiri kan udah coba lamar pekerjaan. Tapi nggak ada satu pun pekerjaan, yang cocok sama kamu."

"Tau dari mana kamu, soal sugar baby? Aku yakin, bahkan kamu aja nggak pernah menjadi salah satu dari bagian sugar baby." Reina masih tidak yakin dengan informasi yang dikatakan oleh Belle.

"Ya dari salah satu temen kita yang jadi sugar baby lah. Kamu kira semua anak yang sekolah di tempat kita berasal dari orang kaya? Nggak semuanya Rein."

Oh kalau itu, Reina juga tau. Tidak semua murid angkatannya berasal dari orang kaya, apalagi sekolah juga tidak mengadakan beasiswa bagi orang kurang mampu atau siswa berprestasi.

Jadi sumber pembayaran sekolah murni dari orang tua murid. Atau ... murid mencari sponsor dengan menjadi sugar daddy seperti yang dikatakan oleh Belle barusan.

"Tapi, menjadi teman aki-aki? Nggak sekalian aja, aku dijadiin perawat di panti jompo."

Rasanya Belle ingin sekali memukul kepala cantik milik sahabatnya yang tak juga mengerti penjelasan darinya. Belle sedang mencari solusi dari masalah milik Reina, juga tetap mempertimbangkan impian Reina yang menjunjung tinggi mahkota wanita.

Tapi Reina justru bersikap sarkas.

"Ya ampun, Reina sayang. Daddy yang ditunjuk, nggak semuanya aki-aki. Kamu bisa milih, rentang usia yang kamu inginkan. Pliss, jangan memandang rendah sugar baby."

Reina memutar bola matanya jengah, dia adalah gadis baik-baik. Hidupnya yang selalu bergelimang harta, melahirkan anggapan menjadi sugar baby adalah hina. Pelacur kelas kakap, yang rela menawarkan tubuh mereka pada kakek-kakek tua, siap meninggal.

Andai Reina tidak diusir, atau setidaknya ada pemberitahuan sejak awal, Reina mungkin bisa mengumpulkan uang dulu sebelum lanjut kuliah. Tapi masalahnya, ini sudah tidak sempat. Dia benar-benar sudah harus bayar biaya pendaftaran masuk.

"Emang kamu tau dari mana sugar baby nggak serendah pelacur? Mereka kan sama-sama dapat uang dari merayu pria lain."

Bella mengambil ponselnya, dia memperlihatkan foto pria tampan yang terlihat dewasa. Reina menatap intens siapa pria yang dilihatnya, dia adalah salah satu pengusaha kaya yang masih melajang.

"Namanya Dirga Jaide Orlando, kalo kamu mau menjadi sugarbaby-nya. Aku bisa membantumu," tawar Bella.

"Berapa usianya?" tanya Reina yang mulai tertarik pada pria itu.

Seolah jebakan berhasil, Bella tersenyum pada Reina. "42 tahun, kamu bisa menganggapnya seperti daddy-mu. Jadi gimana? Minat?"

Reina menimbang lagi tawaran Bella, dia memang sedang butuh uang untuk biaya masuk kuliahnya. Dia yakin, dengan menjadi sugar baby, urusan uang bisa selesai. Masalahnya, apa Dirga mau menjadi daddy-nya tanpa melakukan seks dengan Reina?

"Apa bisa, hubungan sugar baby dengan sugar daddy, dijalani tanpa melakukan seks?" tanya Reina mengutarakan kecemasannya.

"Bisa. Jika itu menjadi kesepakatan kontrak kalian," jawab Bella enteng, walau dalam hati dia meragukan sifat asli Dirga. Tapi daripada Belle harus melihat pamannya gonta-ganti selingkuhan, lebih baik pamannya punya sugar baby. Toh, Reina gadis baik, dengan tampang dan otak encer. Tidak seperti wanita yang disewa pamannya itu.

Jadi, Belle rasa tidak mungkin Paman Dirga akan menyentuh gadis yang baru lulus SMA. Kecuali kalau ada something yang mengharuskan keduanya saling menyentuh. Eh.

"Kalau begitu, kapan kami bisa bertemu, dan membahas kontrak? Aku benar-benar butuh uangnya."

Bella bersorak dalam hati, akhirnya gadis polos yang menjadi sahabatnya itu mau menerima tawaran menjadi sugar baby dari Dirga. Tinggal dia harus merayu Uncle-nya itu, agar mau menerima menjadi sugar daddy.

"Lusa. Aku akan mengabarimu. Eh by the way, nanti jangan lupa dateng ke pesta lulusan kita ya."

"Di mana?"

"Hotel Orlando Luxury."

***

"Demi apa? Baru aja tadi siang aku liat fotonya, sekarang malah ketemu orangnya? Panjang umur sekali calon Daddy-ku," batin Reina.

Tatapan hitam pekat milik sepasang mata indah Reina, tidak bisa dan sepertinya memang tidak akan pernah bisa lepas dengan pemandangan, dari sosok pria kokoh yang melangkah tegap, dipadukan dengan tatapan tajam dari sepasang mata emasnya.

Dirga terlihat melangkah masuk, dia terus berjalan mendekati Reina. Seiring jarak mereka terhapus, entah kenapa jantung Reina semakin terguncang. Dia tidak menyangka, melihat sosok Dirga secara langsung ternyata lebih sulit dibanding hanya melihat di foto.

Bukan lebih sulit untuk menemui Dirga, melainkan lebih sulit untuk mengendalikan diri Reina sendiri. Sungguh, pesona Dirga tidak bisa untuk ditolak oleh logika Reina.

Entah keberanian dari mana, tepat ketika Dirga berdiri di depan dirinya, tangan Reina menarik dasi Dirga. Wajah mereka hanya berjarak beberapa senti saja, Reina bahkan bisa merasakan deru napas pria matang itu.

"Apa yang kau inginkan?" tanya pria itu mencoba menantang keberanian Reina.

Reina mulai mengalungkan kedua tangannya pada leher Dirga. "Aku menginginkanmu, Daddy."

Tanpa aba-aba, Dirga mengecup bibir Reina. Sangat pelan, sampai Reina terkejut dengan sikap manis pria tampan itu. puas dengan kecupan yang tidak Reina hitung, barulah Dirga mulai melumat bibir Reina.

Dirga begitu lihai memainkan ciuman mereka. Kemudian, tidak tinggal diam, tangan pria itu turun menyentuh dada Reina. Reina kira, Dirga akan memainkan dada sintal miliknya.

Tapi salah. Tangan pria itu justru terus turun hingga mengangkat bokong Reina, membuat tubuh Reina menggantung pada tubuh kokoh Dirga.

Tubuhnya membentur dinding lift, mata Reina bisa mengintip dari balik ciuman mereka. Pantulan tubuh Reina yang setengah telanjang, akibat rok mininya terkesiap ke atas. Reina bisa merasakan, ada sesuatu yang keras dibalik celana Dirga.

Itu keras, besar, dan sepertinya tidak muat jika menerobos masuk dalam milik Reina.

Ahhh. Desahan itu muncul, tepat ketika Dirga menghisap leher jenjang Reina. Pria itu memberi banyak tanda kepemilikan di sana. Reina menekan dalam kepala Dirga saat lidah pria itu menari pada cekukan leher Reina.

"Daddy, ini nikmat," desah Reina menikmati kegiatan mereka.

Dirga memberi jarak, tatapan yang penuh gairah bisa dilihat Reina. Reina ingin protes pada pria itu, agar kembali melanjutkan kegiatan mereka. Tapi dia urungkan.

"Ya. Sayangnya, ini bukan kenyataan."

Ucapan itu membuat Reina bingung. "Hah?"

Tiba-tiba Reina bisa merasakan hembusan hangat pada telinganya. "Bangun dari mimpimu, gadis kecil. Dan berhenti menggosokkan pantatmu pada milikku," nada dingin yang begitu menusuk itu menyadarkan imajinasi Reina.

Reina mendongak ke atas, dia bisa melihat wajah Dirga di atasnya, akibat perbedaan tinggi badan mereka. Setelah itu, Reina melihat ke samping dinding lift, dia bisa melihat belahan bokongnya mendarat tepat pada sesuatu yang terlihat menggembung.

"Kalau pun aku bermimpi, tapi aku berhasil membangunkan milikmu, Pria Tua," sindir Reina membalas nada dingin Dirga.

Yap. Sejak tadi ternyata Reina sedang berimajinasi tentang Dirga yang menyukai tubuh seksinya. Jujur saja, Reina benar-benar sedang merasa malu. Dia ingin sekali bersembunyi, jadi pembelaan itu dia buat agar dia tidak begitu malu.

Tangan Dirga memutar tubuh Reina, membuat mereka saling berhadapan. "Ini adalah naluri, gadis kecil. Sekali pun aku adalah Pria Tua, aku tidak memungkiri milikku akan berdiri ketika digesek dengan keras seperti tadi."

Frontal, dan tidak ada filternya. Benar-benar tipikal Pengusaha yang blak-blak, Reina sampai bingung harus merasa malu atau marah atas hinaan Dirga. "Kau---" Ayolah. Cepet naiknya. Aku nggak kuat berduaan dalam satu ruangan sama calon daddy-ku, lanjut batin Reina bingung mau menjawab apa.

Denting pintu kembali terdengar, orang-orang masuk berhamburan sampai tubuh Reina hampir membentur tubuh pria lain. Jika saja, Dirga tidak menariknya dalam pelukan, mungkin Reina akan berdesakan pada kumpulan pria asing.

Reina mencoba menggeser tubuhnya, agar tidak terlalu dekat pada Dirga. Namun pria itu justru mengeratkan rengkuhannya. "Berhenti bergerak, gadis kecil. Aku tidak mau, tubuh ini mendapat sentuhan dari pria lain."

"Apa maksudnya? Bukannya orang ini tidak mau denganku? Kenapa sekarang bersikap posesif seperti ini?" batin Reina bingung dengan sikap Dirga yang berubah-ubah.

Bersambung

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top