SEQUEL
Bunyi deritan pintu di balik punggungnya membuat lelaki dengan Surai berwarna ceria itu membuka matanya. Menatap dua pantulan bayangan dari kedua sahabatnya yang tengah memakai tuxedo ala - ala pernikahan layak semestinya. Huang Renjun, atau mungkin beberapa jam lagi akan berubah menjadi Lee Renjun itu tersenyum. Menunjukkan deretan gigi putih nan rapihnya ke arah Jeongin dan Haechan yang berada di pantulan cermin itu.
Seperti semestinya. Haechan kembali bersama Mark ke tanah kelahiran mereka setelah mendapatkan undangan pernikahan yang di berikan setelah tiga bulan yang lalu dirinya baru saja kembali ke Korea.
Pria cantik yang masih duduk itu mulai beranjak dan berlari secara tiba - tiba. Menubrukan badan mungilnya ke arah kedua sahabat manisnya itu. Mulai menangis tanpa suara.
"Astaga! Renjunie! Kau akan membuat tata rias mu kesal jika menangis! "Pekik Haechan panik segera melepas pelukannya. Menghapus lelehan air mata yang keluar dari manik indah sang sahabat dengan sapu tangan yang berada di saku jas berwarna abu - abu miliknya.
"Kau mengapa menangis huh? "Tanya Jeongin merapikan kembali Surai berantakan Renjun dengan teliti. Membuat lelaki yang akan berjalan di altar itu memberengut kesal.
"Ak-aku hanya terharu dengan ini semua. "Kedua sahabatnya kembali bertatapan. Melempar senyuman manis mereka sebelum tertawa terbahak - bahak, kembali menciptakan rengutan di bibir merah Renjun dan juga kerutan manis di dahi bersihnya.
"Astaga! Ternyata kalian berdua sangat cocok sekali! "Pekik Haechan dengan heboh membuat Renjun mengernyit kan dahinya tak paham dengan kata - kata yang di lontarkan oleh lelaki itu.
"Apa maksud mu? "
"Kau harus tau! Jeno sedari tadi sebelum aku dan Haechan menghampiri mu! Mark dan juga Hyunjin harus menenangkannya yang terus berteriak panik seperti seorang perawan yang akan di lamar! "Lanjut Jeongin saat sadar Haechan tak akan menghentikan tawanya hingga mungkin lima belas menit ke depan. Pria dengan Surai pirang itu ikut terkekeh, ia mengingat berapa lama mereka tak berbincang hingga tertawa selepas ini?
Sebuah ketukan di pintu ruang rias itu di ketuk, menandakan jika seseorang di luar baru saja meminta izin untuk masuk ke dalam ruangan yang masih penuh dengan hawa hangat yang ceria.
"Masuk saja! "Izin Renjun hingga matanya membulat saat melihat sang ibu yang sudah semakin baya itu tersenyum manis ke arahnya. Senyuman yang nampak sama persis seperti yang di miliki oleh Renjun sedari dahulu kala. Jeongin dan Haechan menutup mulutnya lalu masing - masing dari mereka mulai melihat jam tangan yang melingkar manis di tangan mereka. Kembali menatap sang sahabat yang masih tersenyum dengan amat - sangat bahagia.
Jeongin menepuk pundak sempit sahabat manisnya itu, "aku tunggu di tempat duduk! Tunggulah Seonho dan Guanlin yang akan memberi mu kejutan! "Ujarnya di selingi kedipan usil sebelum berlalu bersama Haechan yang masih terdengar kikikan manis khas mereka.
Renjun mengalihkan tatapannya ke arah sang ibu yang menatapnya dengan kagum. Lalu tersenyum sendu saat maniknya menatap manik indah sang anak. Berjalan maju dengan tangan terulur, meraba pipi lembut sang anak sebelum memeluk nya dengan erat.
Renjun dapat merasakan getaran dari bahu sang ibu. Di tariknya wajah sang ibu dari pelukan dan menaruh kedua tangan di sisi masing - masing wajah cantik ibunya meskipun sudah termakan usia yang tak lagi muda. Renjun mengerutkan hidungnya.
"Ibu~ jangan menangis! "Pintanya membuat sang ibu terkekeh lalu menghapus lelehan air matanya dengan tangan dan kembali memegang sisi wajah anak manisnya itu. Dan mengecup seluruh wajahnya.
"Anak ibu sudah besar ya! "Ucap wanita paruh baya itu dengan senyuman khasnya. Nampak sangat bahagia melihat putranya sudah nampak sangat besar dan dewasa.
"Rasanya baru saja ibu melihat mu belajar berjalan kemarin. Mengapa sekarang kau sudah akan menikah saja? "Lanjut nya masih terus menatap wajah putranya yang nampak akan menangis itu.
"Hey! Hey! Anak ibu yang tampan... Jangan menangis! Ibu hanya kagum saja melihat mu sudah amat sangat dewasa. Bahkan ayahmu masih saja mendumalkan kata - kata tak rela untuk melepaskan mu! "Ucap sang ibu terkekeh. Lalu menggenggam jemari - jemari lentik Renjun.
"Renjun... Ibu mau kau harus yakin setelah ini. Kau sudah bukan anak kecil lagi setelah ini. Jadi, ibu berharap kebahagiaan mu dan keberhasilan mu. "Renjun baru saja akan menangis sebelum ketukan di pintu kembali mengganggu suasana yang kembali tercipta. Sang ibu tersenyum bahagia dan mengecup ujung hidung mancung milik anak manisnya dengan sangat lama.
"Ayah mu sudah menunggu di luar. Cepatlah keluar sebelum kau di seret kembali ke dalam rumah. "Canda sang ibu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jeno bagaikan tengah bermimpi, berdiri di depan banyak orang yang menatap ke arahnya yang tengah berkeringat dingin sebelum pintu besar di depannya itu berderit terbuka. Cahaya mentari mulai berebut untuk masuk ke dalam gedung tinggi nan putih, suara piano yang di mainkan oleh Seonho mengalun dengan indah dan tenang. Nampak menunjukkan kebahagiaan dimana seorang Huang Renjun, sahabat tercintanya berjalan dengan santai dan cantik dengan sang ayah mertua yang tengah meremat lengan mungil anak manisnya.
Jeno sudah bersiap untuk menyambut jemari - jemari lentik itu sebelum ayah mertuanya menatap dengan pandangan sedih ke arahnya.
"Jagalah Renjun sebaik - baiknya ya Jeno... Paman memohon dengan sangat kepada mu. Sahabat Renjun yang sangat ia sayangi. "Seraya menyerahkan lengan sang anak semata wayangnya. Jeno dengan senyuman lembutnya mengangguk dan menarik lembut lengan kurus itu hingga berada di sampingnya.
Renjun, dengan Surai pirang yang tertata apik dan juga wajah yang di rias senatural mungkin tengah tersenyum menghadap ke arahnya dan mengangguk pelan.
Janji suci mulai mereka katakan dengan degupan jantung yang tampak akan jatuh ke lambung jika saja organ penting itu tak menempel.
Saat keduanya sudah di perbolehkan untuk saling mencium karena telah menjadi pasangan suami istri dengan sah di mata Tuhan. Jeno memegang sisi wajah masing - masing milik Renjun. Menyatukan kedua dahi mereka dan tersenyum membalas senyuman manis milik Renjun yang terus terukir di wajah cantik nan idahnya.
"Aku akan selalu mencintaimu. "Bisiknya sebelum memangut bibir merah milik sahabat tercintanya dan melumatnya pelan, menyalurkan rasa bahagia yang tak terungkap dari dalam hati terdalam milik Jeno. Pria manis di depannya itu tersenyum dan membalasnya pelan sebelum melepaskannya dan tetap menatap sang sahabat yang baru saja telah menjadi suaminya.
"Aku juga akan selalu mencintaimu lebih dari apa yang kau rasakan. "
Sorakan terdengar riuh setelah itu diikuti dera tepuk tangan ribut serta suara Seonho dan juga Guanlin yang tepat berada di depan mic untuk menyanyikan lagu menyambut kebahagiaan kedua teman dekat mereka.
Tampak dari jauh Jeongin yang menangis di dalam pelukan Hyunjin akibat sebentar lagi mereka akan terpisah dan flat apartemen milik mereka akan kosong. Haechan yang menangis haru di dalam dekapan Mark yang terus menerus mengecup puncak kepalanya dengan penuh kasih sayang.
Renjun dan Jeno yang masih berdiri di altar tersenyum seraya melambai senang sebelum manik indah milik Renjun melirik ke arah pintu gereja di depannya yang masih terbuka. Cahaya matahari masih terus menerangi ruangan itu dengan hawa hangat yang menyelimuti.
Seorang pemuda dengan Surai coklat dan jas putih, di saku dadanya terdapat sebuah mawar putih yang nampak padu dengan setelan yang tengah ia gunakan. Wajahnya masih nampak sama seperti dahulu kala, senyumannya masih seindah dulu mereka selalu bersama - sama.
Lengannya ikut melambai dengan pelan sebelum menarik keduanya di saku celana berwarna putih bersih itu. Cahaya mentari nampak sedikit surut hingga menunjukkan dengan jelas setiap jengkal wajah tampan seseorang yang sangat di tunggu kehadirannya oleh Renjun dan Jeno, meskipun tampak sangat mustahil bagi mereka untuk mengabulkan permintaan itu.
Di sana, bersandar di dinding putih gereja. Nampak seorang Na Jaemin yang tersenyum sebelum berdiri dengan tegak dan melambaikan tangannya pelan, tersenyum dengan sangat manis dan menawan hingga kedua belah bibir itu bergerak. Kaki - kakinya mulai berjalan meninggalkan gedung yang masih riuh, nampak seperti mengikuti cahaya mentari yang berada di luar gedung.
Dan setelah itu Renjun menangis dengan tersedu di pelukan Jeno yang nampaknya ikut melihat kejadian singkat yang sangat mereka tunggu itu. Seorang Na Jaemin yang kembali ke hadapan mereka, melihat hari bahagia milik mereka dengan mengucapkan,
"Selamat! Dan terimakasih... "
The End....
#############################
Iya... Gitu... Gak ngefeel ya??? Maap deh hehehe... Notok banget demi apapun...
Tapi... Untuk semua para pembaca setia ku!!! Terimakasih karena sudah mengikuti cerita pertama ku yang kata - katanya masih ambruladul sana - sini...
Dan untuk kalian semua jangan sediih!!! Aku sudah ngebuat cerita lain dengan judul
Bisa di lihat di histori cerita ku yaaa.... Sekian dan terimakasih!!!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top