Just Because
Suara ribut yang kembali terdengar di area gedung tinggi yang dinamakan 'sekolah' itu kembali terdengar. Banyak sekali bincangan - bincangan heboh yang mungkin tak berguna dari mulut - mulut para murid. Guru - guru yang lelah karena hanya berlibur sebentar itu mengulas senyum teduh meskipun tampak tak sinkron sama sekali dengan keadaan mereka.
Para murid masih berbondong untuk melihat kelas mereka, tak terkecuali 2J dan juga Renjun yang masih berdiri mencari nama mereka di kertas yang berada di Mading besar tersebut.
"Sepertinya aku sendiri. "Ringis Jaemin seraya mengusap tengkuknya kecewa. Jeno menepuk - nepuk bahu lebar tersebut seraya terus mencari namanya, hingga senyuman merekah di bibir tipisnya.
"Wah~ sepertinya aku akan bersama Mark hyung lagi. "Pekiknya seraya menatap ke arah Jaemin dengan tatapan mengejek yang di balas dengan tatapan malas. Keduanya beralih melihat pemuda bersurai pirang yang berada di antara tubuh besar dan menjulang keduanya. Tubuh mungil itu masih mencari dengan telunjuk yang mengetuk pelan dagunya, membuat kedua J itu menahan gemas yang berlebihan.
"Ah... Aku menemukannya. Aku bersama Donghyuck! "Ucapnya lembut seraya tersenyum kepada sahabatnya. Jaemin mencubit gemas pipi gembil tersebut dengan Jeno yang mengusap surainya hingga berantakan.
"Bagaimana jika kalian masuk ke kelas masing - masing terlebih dahulu? Bel akan berbunyi sebentar lagi! "Suara berat terdengar dari belakang. Ketiga anak Adam itu menoleh lalu menyengir melihat dua orang lainnya. Hyunjin menatap ketiganya dengan satu lengan yang merangkul bahu sempit kekasihnya dan satu tangannya lagi ia masukkan kedalam saku blazernya. Lain lagi dengan Jeongin yang menatap dengan manik monoloid yang berbinar polos dengan tangan yang bersedekap dada.
"Ide bagus! Aku dan Jeongin akan pergi terlebih dahulu kalau begitu. Sampai nanti! "Pamit Renjun, menarik lengan dari teman manisnya itu untuk mengekori dirinya.
Kedua pemuda manis itu berjalan ke arah lorong dimana tangga berada dan mulai menapakkan kaki masing - masing di setiap anak tangga.
"Haechan mana? "Tanya Renjun yang di balas gelengan tak tahu dari Jeongin. "Kemungkinan besar ia telat. "Balas Jeongin dengan kekehan membuat Renjun memukul pelan punggung kecil milik Jeongin.
"Ngomong - ngomong. Kau masuk kelas mana? "Jeongin melirik ke atas, mencoba mengingat - ingat lalu menjentikkan jemari lentiknya. "Aku berada di kelas sastra 12 - B. Kau sendiri? "Balik Jeongin membuat Renjun mendengus malas. "Masih tetap sama hanya saja angka sebelas digantikan dengan dua belas. Dan yah... Aku sekelas dengan Haechan. "Jeongin membelakkan matanya lalu terkekeh dan menepuk bahu Renjun pelan.
Sesampainya mereka di lantai dua Jeongin dengan senyuman melambaikan tangannya lagi untuk sampai ke kelasnya yang berada di lantai tiga. Meninggalkan Renjun yang tenggelam di antara murid - murid yang masih berlalu - lalang di lantai tersebut. Renjun dengan cepat menyerobot menyingkir sebelum menghembuskan nafasnya lega saat maniknya menemukan tanda dimana kelasnya berada. Ia dengan senyuman menaruh tasnya di bangku tengah dan membiarkan sampingnya diisi oleh Haechan seorang saja.
Dengan keras. Bel tanda masuk berbunyi dengan suara yang sangat tidak manusiawi membuat hampir seluruh penghuni sekolah menutup telinga mereka akibat suara memekakkan tersebut dan mencibir ataupun mendengus karena kesal terhadap speaker yang berada di pojok kelas.
Pintu kelas akan di tutup sebelum seseorang mendobraknya dengan kaki dan dengan cepat masuk ke dalam kelas tanpa rasa bersalah. Pemuda dengan Surai coklat itu melambai ke arah Renjun dan menaruh tasnya di bangku tersebut. Renjun menaikkan satu alisnya seraya terus memasang earphone yang tadinya terlepas akibat terkejut oleh suara keras yang di timbulkan dari manusia menyebalkan di sampingnya ini.
"Aku hampir saja telat jika aku tidak berlari dengan sekuat tenaga. Oh astaga! Kaki ku sakit sekali. "Keluhnya dengan Surai coklat yang menjuntai kesana - kemari itu, basah akan keringat. Renjun memberikan sapu tangannya seraya menunjuk peluh yang berada di dahi Haechan.
"Ada apa kau telat? Biasanya kau yang paling pagi datang lalu tertidur di kelas hingga aku dan Jeongin datang. "Haechan menatap malas ke arah Renjun. "Entahlah. Youngho hyung sepertinya lupa membawa sebuah dokumen penting dari pasiennya. Dan terpaksa mobilnya memutar balik untuk mengambilnya di rumah. Dasar ceroboh! "Ejeknya kesal, memajukan bibir bagian bawahnya beberapa centi membuat Renjun menyentil dahi tersebut.
Sang empu mengerang kesakitan seraya mengusap lukanya tadi dan menatap dengan garang ke arah sang pelaku perbuatan. Renjun dengan senyuman jenaka berkata "apa kau tak sadar kau juga ceroboh? Lihat! Penampilan mu acak - acakan! Blazer mu tak kau pakai. Baju mu juga tidak rapi. Dan... Oh astaga! Kau memakai sepatu berwarna jingga! "Pekik Renjun panik membuat Haechan membeku. Ia dengan takut - takut melirik ke bawah.
Seakan dunianya hancur seketika, dan benar saja. Sepatu yang di pakai bukan sepatu berwarna putih ataupun berwarna hitam dan biru. Melainkan sepatu sneakers berwarna jingganya lah yang melekat di kakinya.
Mati kau Lee Donghyuck!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Ada apa dengan Haechan? Mengapa ia terus cemberut seperti itu? "Tanya Jeno bingung ke arah Renjun. Lelaki mungil itu terjepit di antara tubuh Jaemin dan Jeno yang menatap Haechan dan Mark dengan bingung. Lelaki bersurai hitam itu dengan susah payah menenangkan Haechan yang tengah kesal.
"Dugaanmu benar sekali, Jeno. Ia tadi di hukum karena memakai sepatu berwarna jingga. "Jawab Renjun membuat 2J itu membulatkan mulut mereka seraya mengangguk - angguk.
"Mengapa ia bisa sampai salah memakai sepatu? Bukankah bisanya dia yang kan datang paling pagi. "Renjun dengan terus mengunyah menganguk.
"Seperti itu tadi apa yang ku katakan ke Haechan. Ia tadi telat karena sepupunya lupa membawa dokumen pasien dan terpaksa kembali untuk mengambilnya lagi. "Jawab Renjun. Keduanya kembali menganguk lalu menyeringai. Mungkin ini akan menjadi hiburan yang menyenangkan karena terlihat wajah Mark yang memelas untuk meminta sang ' tunangan ' agar tak merajuk seperti itu.
Keduanya terkekeh membuat Renjun menatap dengan bingung. Sebenarnya apa yang tengah di pikirkan kedua sahabatnya itu sehingga mereka jadi tertawa sendiri seperti ini?
"Ah ya! Ngomong - ngomong bagaimana menurut kalian tentang pelajaran tingkat akhir sekolah? "Tanya Renjun menengahi sekaligus membuat hawa yang sejuk agar Haechan tak kembali merajuk.
"Lumayan. "Ucap Jaemin berbangga diri membuat Jeno dan Mark mencibir. Jaemin hanya menyeringai senang seraya terkekeh jahat.
"Biasa saja. Tidak ada yang menarik. Toh, pelajarannya cuman mengulang kembali dari kelas sepuluh. Iya kan Chan? "Haechan hanya mengangguk menanggapi pertanyaan dari Mark membuat laki - laki itu menghela nafas lega. Jeno ikut menjentikkan jarinya tanda jika ia juga setuju dengan pendapat milik Mark.
"Menurut mu sendiri bagaimana? Karena ku lihat dari tadi di kelas. Wajah mu santai sekali. "Renjun mengusap tengkuknya malu saat mendengar pernyataan dari Haechan.
"Jika aku setuju dengan Jaemin. Karena aku juga sudah mempelajari nya dulu saat kelas sebelas. "Ketiganya mengangguk membuat Jaemin semakin bangga dan mengundang dengusan kesal dari Jeno.
Lelaki itu dengan cepat memukul kepala sang sahabat yang kembali memekik dan menatapnya tajam. "Berhenti membanggakan dirimu. "Dengus Jeno seraya menatap dengan nyalang ke arah pemuda bersurai sama dengan miliknya itu.
"Setidaknya aku tidak ringan tangan seperti mu. "
Jeno melotot tak terima lalu memukul bahu tegap Jaemin.
"Aku bukannya ringan tangan! Kau saja yang membuat ku ingin selalu memukul mu." Ucap Jeno mendekatkan dirinya. Melupakan jika Renjun yang berada di tengah mereka sekarang tengah terjepit di antara tubuh besar keduanya.
"Berisik! "Balas Jaemin dengan kesal membuat Renjun merentangkan kedua tangannya menjauhkan kedua sahabatnya itu masing - masing dengan tatapan kesal.
"Cukup sudah. Aku ingin makan dengan tenang! "Ucapnya dengan kesal lalu kembali memakan seporsi makan siangnya dengan tenang. Mark menahan tawanya yang dengan cepat mendapatkan tatapan menguliti dari kedua J tadi. Haechan menyikut rusuk milik Mark yang berhasil menghentikan tingkah usil lelaki bermarga Lee itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Ah... Pada hari pertama tetap ada ekskul ya? Bukannya kelas dua belas tidak di perbolehkan ikut? " Tanya Renjun bingung membuat kedua sahabatnya yang memakai Jersey berbeda olahraga itu menyengir bersamaan. Jaemin menepuk pelan kepala milik Renjun.
"Para senior belum sempat menyeleksi, jadi kami terpaksa tetap ikut. "Jawab Jeno dengan menginjakkan kakinya yang sudah berbalut sepatu dengan warna hijau dan hitam itu ke lantai. Jaemin segera merangkul pundak Jeno dan menyuruh Renjun untuk duduk entah di gedung indoor milik basket atau tempat latihan sepak bola. Renjun hanya mengangguk lalu melambaikan lengannya saat melihat kedua tubuh jangkung sahabatnya menghilang di dinding pertama. Ia menghela nafas lalu memilih untuk pergi ke arah kantin terlebih dahulu untuk membeli camilan.
Ia akan melewati gerbang sekolah dan melirik sedikit. Menemukan seorang gadis bersurai hitam dengan bando berwarna merah muda berdiri seraya berteriak dan juga menunjuk - nunjuk lelaki tinggi di depannya. Ia tampak kesal membuat Renjun semakin di buat penasaran. Lelaki tinggi di depan gadis itu akan menoleh membuat dirinya dengan cepat berpura - pura sedang berjalan melewati mereka dan pada akhirnya sampai di lorong menghubungkan dimana kantin berada. Ia memegang dadanya saat dengan samar melihat wajah gadis tadi.
Lami?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Jaemin lihat! Renjun datang! "Jaemin menengok saat mendengar suara milik sahabatnya itu berteriak memanggil pemuda bersurai pirang yang tengah di timpa cahaya sore itu dengan indah. Dirinya melambai pelan membuat Jaemin tersenyum. Jeno meraih tangan milik Renjun dan menggenggamnya, membawa tubuh itu untuk ikut duduk di rerumputan yang berada di taman sekolah. Jarum jam pendek sudah menunjuk di antara angka lima dan angka enam, membuat Renjun memberikan minumannya ke arah Jeno yang tengah kehausan.
"Untuk beberapa hari ini kita akan memakai mobil ku. Mobil Jaemin sedang berada di bengkel. "Ucap Jeno dengan dengusan lega seraya menatap Renjun.
"Aku juga mempunyai mobil, mengapa tidak memakai punya ku saja? "Ucapnya membuat Jaemin mengusap Surai lembutnya.
"Tentu Huang! "Ucapnya sebelum membantu Renjun beranjak. Ketiga sahabat itu dengan cepat berjalan ke arah area parkiran. Menuju mobil Jeno yang akan mereka tumpangi untuk pulang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Renjun melambaikan tangannya seraya berucap terimakasih sebelum memasuki rumahnya.
Hening. Itulah yang ada di pikirannya sekarang.
Musim gugur sebentar lagi akan tiba membuatnya mendengus saat mengingat jika kedua orangtuanya akan pergi keluar negeri dengan alasan perkejaan yang membuatnya terpaksa akan mengajak Haechan dan Jeongin untuk menginap selama orangtuanya berada di sana. Ingatkan dia untuk melakukan itu nantinya. Ia juga tak enak hati untuk merepotkan Winwin yang tinggal di depan rumahnya.
Ia membuka pintu kamarnya dan menaruh tasnya dengan pelan. Ia meraih laptopnya dan membukanya sebentar, meninggalkan benda itu hanya untuk sekedar membersihkan diri. Renjun dengan cepat kembali dengan keadaan segar, ia membuka aplikasi Skype dan dengan cepat menunjukkan wajah Jeongin yang tengah tersenyum ke arahnya.
"Hai Renjun. Ada apa kau memanggilku, huh? Untung saja aku sedang mengerjakan tugas sastra tadi. "
Renjun meringis. "Kau taukan jika sebentar lagi akan Musim gugur? "Jeongin dengan cepat membulatkan mulutnya dan mengangguk seraya tersenyum.
"Aku kan melakukannya. Tenang saja. Kalau begitu aku tutup dulu, okay? "
Renjun mengangguk seraya menunjukkan kepalan tangannya di depan camera membuat Jeongin ikut melakukannya dan sama sama menyatukannya lewat layar.
"Terimakasih Jeongin kau memang yang terbaik. Dan maafkan aku jika aku mengganggumu. " Jeongin terkekeh seraya menarik tangannya.
"It's not a problem bro. By the way, kau sudah menghubungi Haechan? " Renjun menggeleng.
"Aku akan menghubunginya setelah menghubungimu. Kalau begitu akan ku tutup, sampai bertemu besok! " Jeongin mengangguk membuat Renjun menghela nafasnya dan beralih untuk menghubungi Haechan.
Renjun membelakkan matanya saat melihat Mark lah yang mengangkatnya.
"Dimana Haechan!? "Pekiknya membuat Mark merotasikan matanya dan memangku benda persegi dengan ukur besar itu. Menunjukkan Haechan yang tengah tertidur di atas meja belajarnya.
"Kau akan membicarakan apa dengannya? "
Renjun mendengus malas lalu berdecak. "Tidak jadi. Aku ingin berbicara langsung dengannya."
Mark mendengus lalu tanpa basa - basi mematikan sambungannya membuat Renjun mengerang tak suka dengan kelakuan Mark yang semena - mena.
To be countinued.....
#############################
HALO HALO GAEZZZ.... YEYE BALIK!!!! ADUH.... AKU TAU PASTI KALIAN RINDU DENGAN KU.... AKU JUGA RINDU DENGAN KALIAN :( *alah lebay kali kau mbak.
AWOKWOKWOKWOKKK apa sih tuhan... Herman... Eh salah... Heran deh gue kenapa diri ku seperti ini. Hehehe... Gimana nih gaez? Kurang... Gimana gitu ya? Maaf deh ya 😓 aku akhir2 ini lagi sibuk karena secara nih... Karena banyak libur aku jadi banyak pr dan juga aku lebih cenderung suka olahraga. Karena itulah aku jadi sering latihan dan bakalan sering sparing.... Jadi.... Maaf ini kalau banyak penghambat... Dan oh ya... Aku sudah buat cerita norenmin barunya! Ehehehhe.... Semoga kalian suka dan menikmati ceritanya. Btw untuk kejelasannya. Besok bakal ku beri pengumuman nya. Wkwkwkwk
Segini dulu lah ya.... Sampai ketemu chapter depan!!!!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top