Tarararara-O.2
Huang Renjun hanya dapat mengerjap sebelum pada akhirnya terlonjak sedikit saat mendengar kekehan lembut dari sang oknum yang mengajak dirinya berbicara tadinya.
sebuah ekspresi terkejut yang tampak manis terpampang dengan jelas di wajahnya, ia menundukkan badannya. "maafkan saya! saya melamun tadinya, mohon maaf bisa di ulangi perkataan anda tadi? "
lelaki jangkung di hadapannya itu melambaikan tangannya di udara dengan ringan, senyuman manis masih terekat di sana.
"tenang saja, aku tau menjaga anak - anak itu tidak gampang. aku hanya berkata jika nama ku adalah Na Jaemin, ayah dari Na Jisung. dan ngomong - ngomong kau bisa berbicara ku dengan kasual di sini. "ucapnya, tampak sangat lembut dengan tatapan yang meneduhkan. Surai hitam pria itu jatuh kebawah, tak tertata dengan rapi namun malam tampak lebih memikat di mata Renjun.
yang lebih mungil meringis, tangan besar yang sedari tadi menggantung di udara itu pada akhirnya di sambut dengan ramah olehnya.
"Huang Renjun, pengasuh di Day Care milik Na Jisung. "pria Na itu mengangguk, sebelah tangannya ia gunakan untuk menarik pintu toilet yang sejak tadi tertutup.
kepalanya di tolehkan sekilas, digunakan menunjuk ke arah luar toilet seraya tersenyum, "after you. "ucapnya pelan.
pria cantik dengan surai panjang berwarna hitam itu sedikit menunduk, ikut keluar secara bersamaan dengan ayah dari salah satu anak yang ia asuh di Day Care.
"oh ya... aku ingin mengucapkan terimakasih karena telah membelikan Jisung ice cream. aku tidak sempat - sempat membelikannya satu. "Renjun mendongak, sebuah anggukan dan juga kekehan manis ia alunkan dengan lembut.
"tidak masalah, "jawabnya singkat. keduanya berdiri saling berhadapan. perbedaan tinggi keduanya yang cukup ketara tampak menutupi jalan kearah toilet hanya dengan tubuh jangkung Jaemin.
tubuh jangkung tersebut tanpa sengaja menghalau para pengunjung untuk menatap tubuh mungil Renjun, lelaki yang lebih tinggi berdehem sebelum mengangguk.
"senang bertemu dengan mu, Huang Renjun. dan ngomong - ngomong sampaikan salam ku kepada teman - teman mu yang lainnya. "pamit lelaki itu, melambaikan tangannya sebelum meninggalkan seorang Huang Renjun berdiri di tengah jalan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Lee Haruto, anak lelaki manis dengan surai hitam lebat itu menggoyangkan kakinya yang menggantung di sofa besar rumah kakek dan neneknya.
kedua manik bulatnya dengan menggemaskan menatap ke depan, dimana ayahnya tengah berbincang dengan sang paman.
lelaki tinggi dengan wajah datar dan juga yang sedikit lebih pendek dengan surai merah nyentrik yang tampak menusuk mata.
pria dengan surai merah itu menutup mulutnya, mencoba untuk menghalau tawa yang akan keluar jika saja wajah adik bungsunya tidak semakin mengerut dan membuatnya mulai tertawa lepas.
"kak Taeyong diem dulu, Jeno akan semakin merengut jika kau tidak diam. "peringat Jaehyun, mengurut pangkal hidungnya yang pening akibat dari kelakuan si sulung dan juga si bungsu.
"Kak Jaehyun benar, kau tua bangka diam saja. "sebuah tepukan keras di kepalanya membuat Lee Jeno meringis. ia sempat menoleh ke samping saat mendengar kikikan manis dari anaknya.
"beraninya kau berbicara seperti itu kepada ku adek brengsek! baru tau saja kau jika nanti Haruto ku rebut dari mu. "Lee Jaehyun menggeram, dengan kesal ia memukul pundak Taeyong maupun Jeno yang dengan keras mengerang kesakitan.
"sudah diam, ayo kita selesaikan masalah Jeno yang dengan bodohnya mempermalukan nama keluarga kita hanya gara - gara kepanikan bodohnya. "
"hey! aku tidak salah! Haruto anak semata wayang ku! bagaimana jika terjadi apa - apa pada anak semata wayang ku dan juga cucu lelaki pertama di keluarga ini!? "pekik Jeno tak terima, mencoba untuk tidak meninggi kan suaranya agar Haruto yang duduk tak jauh dari mereka tidak takut hanya karena mendengar suaranya.
Lee Taeyong bersedekap dada, "kau saja yang terlalu panik. kau bersama ayah lainnya kan tadi? apa dia terlihat panik? "
"tidak...? "
Jaehyun bergumam kesal, "berarti itu hanya kau saja yang terlalu panik. "
"oh ya? berbicaralah begitu kepada dua orang pria tertua yang sampai sekarang belum menikah dan memiliki anak. "
"hey!? "pekik Jaehyun maupun Taeyong, baru saja akan memukul kepala si bungsu secara bersamaan sebelum suara melengking dari Haruto mengintrupsi keduanya.
"Daddy kenapa tidak minta maaf saja kepada Kak Injun? sambil bawakan kak Injun ice cream juga? "
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kim Seungmin mengerang, handphone yang sejak tadi ia pandangi dengan tajam itu pada akhirnya ia banting ke atas meja makan. menggerutu dengan malas, membiarkan tatapan kebingungan dari seorang Huang Renjun yang tengah membelakkan kedua maniknya akibat terkejut.
"ada apa sih? kau sejak kedatangan ayah Jeongin tadi begini terus, ingin bercerita? "
"tidak, bukan apa - apa. tidak ada hubungannya dengan Bang Chan. aku hanya tidak mood saja, maaf karena telah mengejutkan mu. "jawab Seungmin. menenggelamkan kembali wajahnya di atas lipatan tangannya.
lelaki dengan surai yang lebih panjang menjulurkan lengannya, mengusap surai lembut milik Seungmin dengan sang empu yang bergumam menikmatinya.
"ingin ku buatkan sesuatu? "
"teh saja kalau boleh, terimakasih banyak Renjun. "
baru saja Renjun akan bangkit, namun sebuah ketukan yang berasal dari pintu rumah kecil mereka berhasil membuat sepasang pria manis tersebut saling berhadapan.
"Bangchan? "
"bangsat, mari kita hentikan membahas bajingan itu. dan tidak, aku tidak memiliki tamu malam ini. "
Huang Renjun menggumam dengan langkah ringan ia berjalan ke arah depan, mengintip sekilas melewati jendela sebelum lada akhirnya membuka pintu.
seorang pria dengan helm berwarna hijau dan hitam, jaket parasut yang khas juga terpampang dengan jelas. pria ojek online itu tampak tengah membaca sebuah tulisan di atas kerdus yang tengah ia pegang.
"kepada Huang Renjun? "
sang empu pemilik nama mengernyitkan keningnya namun tetap mengangguk, "ya? saya sendiri. "
"ah, ini dapat kirimin dari Keluarga Lee. "senyum pria tersebut, memberikan kardus yang entah berisi apa kepada Renjun yang tanpa curiga pun menerimanya.
pemuda manis itu tersenyum, "terimakasih. "kembali menutup pintu rumah mereka dan berjalan kembali ke dapur. menemukan seorang Kim Seungmin yang kembali dengan melototi handphonenya seraya mengaduk sebuah teh di dalam mug kesayangannya.
lelaki itu mendongak, sadar akan atensi lainnya yang saat ini membawa sebuah kardus berukuran sedang berwarna coklat.
"owh... ada paket? dari siapa? "
"keluarga Lee, untuk ku... kau kenal seseorang dengan marga Lee? "Seungmin tampak menerawang sebelum pada akhirnya kembali menatap Renjun dan menggeleng.
"tidak, kau sendiri? "Huang Renjun ikut menggeleng, tetap memakukan tatapannya ke arah kardus tersebut.
sebuah dengusan mencemooh di keluarkan oleh Seungmin, "dan kau menerimanya dengan senang hati tanpa mencurigai apapun isi di dalam kotak tersebut? "
Huang Renjun menatap linglung ke depan, sebuah ringisan jenaka ia tunjukkan.
"kau benar juga, mengapa aku tidak curiga ya? "
to be continued......
##################################
karena beberapa hari kedepan bakalan libur dan aku juga bakalan sibuk banget, dan setelah lebaran aku ada PAS (doakan dapet nilai bagus ya 😭🙏) aku up semua ceritaku Minggu ini—mungkin kalau bisa—jadi stay toon terus^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top