14
"Eh, serius? Aku juga suka penguin! Cara jalan mereka lucu terus bayi penguin juga imut banget kan!?" Seru (Name) antusias yang dibalas laki-laki di sebelahnya dengan anggukan setuju.
"Kau tau, penguin juga memiliki kecepatan yang luar biasa ketika berada di dalam air." Tambah Yukimiya.
Selama Yukimiya mengantar (Name) kembali ke tempat asalnya, mereka berdua asik sendiri membicarakan tentang banyak hal. Mungkin karna Yukimiya yang memang friendly dan (Name) pun mudah terbawa suasana, ditambah mereka memiliki beberapa kesamaan membuat keduanya mudah akrab.
Sesampainya di tempat yang dituju, (Name) menoleh kearah Yukimiya yang masih setia berada di sebelahnya sebelum ia tersenyum lagi.
"Makasih, Yuki."
Mendengar perkataan sang gadis, pemuda berkacamata di sebelah (Name) membalas balik dengan senyum ramah yang sama.
"Bukan masalah. Kalau begitu aku pergi, ya? Jangan tersesat lagi."
Satu langkah mundur Yukimiya ambil sebelum dia melambai singkat dan membalikkan badan, berjalan pergi dari sana dan akhirnya benar-benar menghilang di kejauhan. Meninggalkan (Name) sendiri di depan ruangan sang kakak.
"Dia baik banget, auranya juga adem... Ku manfaatkan beneran aja kali ya?"
Gumaman kecil lolos keluar dari mulutnya tanpa beban. Seolah dia sudah merencanakan sesuatu di dalam kepalanya yang tak bisa ditebak. Siapa yang tau (Name) akan merencakan apalagi kedepannya.
Merenggangkan lengan ketika berjalan masuk, kali ini (Name) tidak mampir ke ruangan Ego dan langsung masuk kedalam kamarnya. Terlalu menghabiskan banyak energi di luar membuat (Name) harus beristirahat seorang diri untuk mengumpulkan niat berinteraksinya kembali.
"Ahh... Kalau tau akan bertemu orang-orang modelan kaya gini, lebih baik aku ajak Zin biar ga gila sendirian."
Tubuh beristirahat nyaman diatas tempat tidur, pandangannya menghadap langit-langit kamar. Namun tak membutuhkan waktu lama bagi otaknya untuk terpikirkan sesuatu berkat perkataannya sendiri.
"Oh iya, bocah-bocah di Korea itu sedang apa ya sekarang?"
Niat ingin mengambil handphone, rasa malas yang mendominasi tubuhnya menolak untuk bergerak. Jadilah dia tetap terlentang diatas kasur dan memejamkan mata dengan nyaman.
Meskipun hal tersebut hanya mampu bertahan selama beberapa menit karna pikiran (Name) mendadak dihantam satu hal yang baru ia sadari sampai membuatnya terbangun dan duduk diatas kasur.
"Bentar... Akhir-akhir ini kerjaan ku hanya makan dan tidur... Gawat, berat badan ku..."
Tanpa perlu pikir panjang, (Name) beranjak dari kasur dan bergegas keluar kamar hanya untuk pergi ke ruangan lain dimana dia mendobrak pintu dengan sembarang dan buru-buru menggunakan alat timbangan badan digital di sudut ruangan.
Benda yang sakral bagi (Name) karna hanya dengan melihat angka yang akan muncul bisa membuat detak jantungnya berdegup kencang.
Dan benar saja, tak berselang lama setelah ia berdiri diatas timbangan dan melihat berat tubuhnya. Wajah (Name) langsung pucat pasi dan tanpa ragu dia menendang timbangan yang kini malah menjadi korban ke sembarang arah.
Memakai pakaiannya kembali dengan gesit, (Name) berlari ke luar untuk menemui seseorang sambil berteriak panik.
"Abang! Abang! Timbangannya rusak! Masa aku naik tiga kilo!"
Sedangkan orang yang dimaksud hanya membalas dengan deheman pelan di sela-sela kegiatannya. Sudah lelah dengan segala tingkah laku si adik kesayangan.
"Fasilitas doang lengkap tapi alatnya rusak! Timbangan yang kau beli fitnah tuh!"
Perkataan tak di gubris, (Name) melirik kebawah dimana dia melihat perutnya sendiri. Tangan kanan terangkat untuk diletakkan di permukaan kulit yang rata tersebut.
'Kalau benar berat badan ku naik...'
Tidak tidak, (Name) tidak ingin memikirkan bentuk tubuhnya akan jadi seperti apa jika dia terus mengikuti pola hidup barunya di blue lock. Dia harus melakukan sesuatu.
"Kak, di blue lock ada gym kan?"
🌸🌸🌸
Berjalan melewati lorong blue lock yang sepi, suara langkah kaki yang dihasilkan bahkan hampir tak terdengar meski memiliki postur tubuh yang bisa dibilang besar.
Merenggangkan lengan dengan santai, seperti yang biasa ia lakukan malam-malam dimana Kunigami akan menjadi satu-satunya penghuni di ruangan gimnasium.
Namun sepertinya malam ini hal tersebut tidak berlaku. Karna begitu Kunigami membuka akses pintu gimnasium, seluruh tubuhnya langsung kaku ketika sepasang netra orange miliknya mendapati seorang perempuan yang biasanya ia lihat selalu memakai pakaian tertutup kini berdiri di tengah-tengah ruangan dengan memakai pakaian terbuka.
Sedangkan gadis yang ditatap baru menyadari ada orang lain disana, dia menoleh kearah Kunigami dengan handuk tergantung di tangan.
Sial, melihat hal seperti ini sama sekali tak pernah terbesit di kepala Kunigami. Jadi tidak heran jika kini dia masih berdiri kaku dengan wajah yang perlahan memerah. Karna seumur hidupnya, baru kali ini Kunigami melihat pemandangan seperti yang dia lihat sekarang.
What a sight for sore eyes.
Berbeda dengan Kunigami, (Name) yang melihat sang pemuda terdiam malah memiringkan kepala bingung. Kenapa anak itu seperti baru saja tersambar petir?
"Kunigami? Kau datang untuk olahraga juga ya?"
Untungnya pernyataan (Name) menyadarkan Kunigami dari lamunan dimana ia menggeleng singkat sebelum berjalan masuk. Meski entah kenapa kini tangannya mulai gemetar.
"Iya..."
Susah payah laki-laki ini memaksakan diri untuk tidak melihat tato yang tertempel di punggung sang gadis. Siapa yang mengira (Name) memiliki tato seperti itu di tubuhnya. Apalagi kini dengan tengkuk leher yang terpampang jelas.
Mengelap sisa-sisa keringat di dahi, (Name) menaruh handuk lembab di pundak. Segar rasanya setelah sudah lumayan lama tidak bergerak seaktif ini.
"Sayangnya disini tidak ada samsak, sayang sekali padahal aku ingin merenggangkan otot tangan."
Kunigami yang masih terdiam di tempat, meneguk ludah sebelum dia akhirnya bisa berbicara lagi. Meskipun perkataan yang ada di mulutnya harus ia telan lagi karna (Name) berbalik dan menghampiri Kunigami.
"Kunigami, mau sparing ga?"
Sudah berapa kali ya (Name) menanyakan hal yang sama padahal Kunigami selalu menolak karna dia tidak mau kalau nanti (Name) tidak sengaja terluka. Padahal yang seharusnya dikhawatiri bukanlah gadis ini, melainkan lawannya.
"Kau nolak terus, ga seru ah. Sesekali terima dong, lumayan juga untuk latihan mu." Ucap (Name) yang akhirnya memutuskan untuk istirahat sebentar dengan duduk di bench press.
Namun untungnya hal itu tidak berselang lama karna jawaban dari Kunigami kali ini sukses membuat (Name) kembali berdiri dengan semangat.
"Baiklah, hanya untuk kali ini. Tapi aku tidak mau kau memaksakan diri dan berakhir terluka."
Membuang handuk ke sembarang arah, (Name) bahkan sudah memasang kuda-kuda tanpa babibu.
"Tenang saja, kau harusnya mengatakan itu pada dirimu sendiri."
Akhir dari latihan mereka malam itu sepertinya sudah terlihat jelas. Iya, ujung-ujungnya Kunigami yang kewalahan menangani segala tingkah (Name). Sedangkan gadis itu sendiri tak memikirkan hal lain karna akhirnya dia bisa bersenang-senang.
"Tunggu, (Name)! Ini tidak ada di kesepakatan! Taruh barbel nya!"
"Maaf, reflek."
Tbc
❣️Buabye
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top