10
Lengannya bergerak-gerak dengan tak nyaman, disusul oleh erangan lemah yang membuat suasana hatinya semakin kacau, (Name) menghela nafas dalam-dalam kala dirinya berjalan melewati salah satu lorong panjang di blue lock.
Mungkin keputusannya untuk bangun lebih awal dari biasanya bukanlah hal yang tepat, lagipula pada akhirnya tidak ada hal penting yang bisa ia lakukan disini. Ia kan hanya sebatas tamu.
Dengan jam tidur yang kurang dimana sang gadis baru bisa tertidur lelap pukul 3 pagi dan sudah membuka mata di jam 6, belum lagi dia membantu Anri dengan beberapa urusan. Harusnya sekarang dia masih bisa bersantai di kamar.
"Apa aku kembali saja? Tapi aku bosan." Gumamnya pelan.
Ingin cari gara-gara dengan Ego, tapi calon korbannya entah berada dimana. Jadilah dia luntang-lantung tidak jelas.
Tak berselang lama, indra pendengarannya menangkap suara langkah kaki beberapa orang dari arah belakang yang membuat (Name) berhenti melangkah dan menoleh ke asal suara.
Dimana ia langsung di suguhkan dengan tim Z yang sudah memakai seragam bertanding mereka dan kini menuju ke lapangan tempat dimana mereka akan bertanding melawan tim V.
Menyadari keberadaan (Name) di tengah-tengah jalan, seseorang dari tim Z tanpa pikir panjang berlari kearahnya dengan senyum lebar. Cengiran yang sudah melekat di ingatan sang gadis.
"(Name)! Kau disini?"
Ya, siapa lagi jika bukan Bachira. Pemuda itu langsung berlari menghampiri (Name) dan berdiri tak jauh dari sang gadis.
Mengangguk singkat, (Name) melihat Bachira sebelum melirik kearah anggota tim Z yang lain.
"Iya, kebetulan lewat."
Dan bukan hanya Bachira, Isagi dan Kunigami juga ikut menyapa sang gadis. Yang tentu dibalas dengan lambaian singkat oleh (Name).
Memperhatikan beberapa laki-laki di depannya, (Name) menatap Isagi sebentar sebelum dia beralih pada Kunigami dan Chigiri yang berdiri di samping Isagi.
"Isagi, di lihat-lihat kau lebih pendek dari teman-teman mu ya... Lucu deh."
Detik itu juga, suasana disana mendadak hening. Hening sekali sampai mereka bisa mendengar suara nafas mereka sendiri. Sedangkan si pemuda yang namanya baru saja disebut, mengedipkan mata beberapa kali mencoba memproses perkataan (Name).
Dia terpaku di tempat. Masalahnya ini bukan pertama kalinya bagi Isagi terkejut dengan kata-kata yang keluar dari mulut (Name).
"Kau bilang... Apa, (Name)?"
"Kau kecil, lucu."
Barulah orang-orang yang ada tim Z reflek menoleh kearah Isagi secara bersamaan dengan berbagai macam tatapan.
"Oh iya, jangan mengecewakan ku di pertandingan nanti ya." Seolah dirinya tak mengatakan sesuatu yang besar, (Name) berbalik sebelum melangkah pergi meninggalkan tim Z. Atau lebih tepatnya meniggalkan Isagi yang harus berurusan dengan reaksi teman satu timnya berkat pujian mendadak dari (Name).
Tanpa ada seorangpun disana yang tau kalau (Name) terseyum tipis saat dia berjalan menjauh. Senyum kecil yang mempunyai banyak arti.
'Gampang banget.'
Mungkin, menambah informasi satu detail kecil untuk digunakan nanti bukanlah masalah besar.
🌸🌸🌸
"Ah anjing lu mah."
"Jaga perkataan mu, cewek bodoh!"
Memutar mata malas, (Name) mundur beberapa langkah saat matanya menatap dengan tidak suka pada laki-laki kekar yang berdiri di depannya.
"Salah mu sendiri bikin kesal, aku mana tau kau ada di belakang ku?" Ujar sang gadis gusar.
"Yang harus disalahkan adalah tinggi badan mu, ku kira kau kuman."
"Bajingan lo dik! Ku laporin ke grup pecinta kucing nih ya!?"
Menggeram kesal, (Name) memilih untuk berbalik arah dan berniat pergi dari ruang makan untuk menghindari keributan yang tidak perlu.
Alasan kenapa (Name) bisa adu mulut dengan pemuda atletis yang memiliki gaya rambut unik ini?
Singkat saja, (Name) tak sengaja menyenggol si korban dan membuat sisa sup di nampan yang sedang dibawa oleh laki-laki itu tumpah mengenai bajunya. Dan siapa sangka orang yang (Name) temui ternyata penggila kebersihan?
Niat awal hanya ingin makan siang dengan damai, kini dia harus berhadapan dengan laki-laki yang menjadi korban sisa sup dari nampan yang tak sengaja mengenai bajunya.
"Merepotkan, kau ingin aku ganti rugi berapa?" Tanya (Name) sebelum dia menyilangkan tangannya di depan dada.
"Berlutut dan meminta maaflah." Jawab sangat lawan bicara tanpa ragu.
"Idih? Mayati dulu langkah ku, mohawk sialan." Ujar (Name) yang sudah berjalan menjauh, mengabaikan seruan laki-laki di belakangnya.
"Aku belum selesai berbicara dengan mu! Kembali kesini!"
"Nyenyenye."
Untungnya keributan singkat itu bisa terhindar karena (Name) memilih mengalah dan pergi ke ruangan tempat kakaknya berada. Sebetulnya salah (Name) juga sih udah nabrak bukannya minta maaf, malah ngatain.
Mengetuk pintu sebelum memasuki ruangan, (Name) disambut oleh gelapnya tempat yang ia datangi. Yang dimana harus membuatnya mencari tombol saklar di tembok dan mendapati kakaknya sudah duduk di depan banyak layar komputer besar. Pemandangan sehari-hari (Name) jika dia ingin menemui sang kakak.
Menatap Ego dalam diam, (Name) mencoba keras mengingat sesuatu di dalam kepalanya yang menurutnya lumayan penting. Namun tak kunjung mendapat hasil, akhirnya dia memilih untuk masa bodo dan mendekati Ego.
"Oppa, kenapa kau tidak memberitahu ku." Tanya (Name) selagi berjalan menghampiri dan berdiri tepat di samping Ego.
Ternyata sebelumnya dia mencoba mengingat panggilan kakak laki-laki dalam bahasa Jepang. Tapi karena tak bisa mengingatnya, jadilah dia memanggil Ego dengan sebutan kakak laki-laki di bahasa Korea. Padahal biasanya gatau sopan santun langsung manggil nama.
'Panggilan kakak di bahasa Jepang apaan dah?'
Tak berselang lama, pandangannya langsung tertuju kearah satu layar yang menampilkan tim Z sedang bertanding melawan tim V. Kedua alis (Name) terangkat ketika dia melihat skor 3-0 dimana tim V sudah memimpin.
'Cepet banget? Aku ketinggalan apa aja?'
Sebetulnya dia datang disaat yang tepat, karena poin yang berhasil diraih oleh tim V tanpa susah payah berhasil membuat atmosfer tim Z menjadi lebih berat oleh rasa putus asa.
"Haha, ekspresi kalian tidak pernah gagal."
Ego yang mendengar tawa singkat (Name) menoleh kearah sang gadis yang masih berdiri di sebelahnya tanpa mengatakan apa-apa sebelum kembali fokus melihat pertandingan.
Di saat tim Z dibalut oleh perasaan kalah yang membuat kedua kaki mereka terasa berat bahkan untuk sekedar melangkah, Bachira muncul dan mampu meraih satu poin seorang diri dengan tekhnik dribbling miliknya.
"Ah... Dia selalu seperti itu. Kau tidak berubah ya, Bachira. Monster mu itu." Gumam (Name).
Aksi dadakan dari Bachira kembali membuat tim Z melawan balik. Satu poin yang di rebut oleh Bachira ternyata menjadi semangat bagi tim Z untuk melakukan perlawanan.
"Hei, aku mau liat data tim V dong." Tangan kanan (Name) terulur pada Ego. Dan tanpa membalas perkataan (Name), Ego memberi (Name) satu tablet yang berisi biodata lengkap dengan kemampuan mereka.
Jari lentiknya menggeser layar tablet di tangan kanannya, dengan seksama membaca semua informasi yang tertera di layar. Ternyata begitu melihat tim lain yang bisa membuat tim Z putus asa dengan cepat, rasa penasaran (Name) tak lagi tertahan.
"Oh? Nagi dan Reo... Mereka dari sekolah yang sama ya? Pantas chemistry-nya bagus." Ujar (Name).
Semakin ia membaca tentang kedua orang itu, semakin (Name) tertarik. Karena dia baru mengetahui di tempat ini juga ada si jenius di bidangnya.
"Orang berbakat memang menyebalkan."
Netra keunguan menatap lekat layar, matanya menyipit sedikit kala kepalanya mencoba menganalisis sesuatu. Meski sempat terkecoh oleh sekelibat ingatan lama.
"Jenius... Tapi menyebalkan. Sshibal, mengingatkan ku dengan seseorang saja.
Selanjutnya keheningan menyapa diantara kakak beradik ini sebelum (Name) menaruh tablet diatas meja dan menatap layar-layar di depannya.
"Tapi, mereka berdua sepertinya juga bisa digunakan."
Tbc
❣️Buabye
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top