01
"Eh!? Anda pasti bercanda kan! Tidak mungkin!"
"Noona! Kalau Noona pergi secara tiba-tiba begini, para pelanggan pasti akan kecewa!"
"Tidaakkk! Aku belum siap menerima kemarahan orang-orang nanti!"
(Name) menghela nafas panjang melihat beberapa pegawainya mengeluh, bahkan berteriak frustasi. Setelah (Name) memberitahu kalau dia akan pergi selama beberapa bulan kedepan, para pegawai setia yang dia punya terkejut bukan main.
"Kalian ini... Tidak perlu dramatis seperti itu dong. Lagipula aku kan tidak pergi untuk selamanya." Ucap (Name).
"Tapi, bagaimana jadinya toko ini jika Eonnie tidak ada!"
Mendengus geli, (Name) menepuk pundak pegawai perempuan yang baru saja berbicara tadi.
"Karna itu, aku menyerahkan toko ku pada kalian untuk sementara. Karena kalian orang yang paling ku percaya disini."
Detik selanjutnya, teriakan frustasi tadi berganti menjadi tangisan haru. Tidak salah mereka bekerja pada gadis seperti (Name). Meski sering kali ucapannya sangat tidak pantas untuk didengar, tapi dia memiliki sisi yang tak kalah baik. Yah... Walaupun cuman muncul kadang-kadang.
"Baiklah, jika Noona yang meminta."
"Iya, aku juga akan berjuang."
"Baiklah, sudah diputuskan. Kita akan mengambil alih toko Noona sampai dia kembali!"
(Name) menggelengkan kepala heran. Kenapa pegawainya semangat sekali sih? Padahal (Name) saja tidak pernah bersemangat dalam mengelola toko ini.
"Dan jangan panggil aku Noona dong, kalian bahkan lebih tua dari ku."
Dan dengan begitu, (Name) berangkat ke Jepang keesokan harinya dengan ambisi menghajar wajah Ego yang menggebu-gebu.
🌸🌸🌸
"Bang... Bangsat..." Nafasnya terengah-engah dan terasa hampir putus ketika (Name) sampai diatas gunung tempat berdirinya Gedung berbentuk segi lima.
"Gedung aneh apa ini? Blue Lock?" Baru satu hari dia sampai di Jepang, lebih tepatnya sampai di tempat yang kakaknya suruh (Name) datangi. Tapi dia sudah dibuat emosi karna kebingungan yang melanda. Belum lagi tempat yang ia datangi berada di atas gunung dan di kelilingi oleh hutan.
(Name) berdiri tepat di depan gedung segi lima yang memiliki logo aneh, tulisan Blue Lock juga ada di bawahnya. Kenapa tempat ini tersembunyi? Kaya markas narkoba saja.
Menyadari sesuatu, (Name) menjentikkan jarinya. Ini mengingatkannya pada satu kasus di Korea yang pernah melibatkan dia dan teman-temannya juga.
"Ah, jangan-jangan ini sama seperti kasus anak perusahaan di Korea?" Pertanyaan (Name) belum terjawab ketika dia mendengar namanya dipanggil oleh seseorang.
"Selamat datang, Yeon (Name)."
Begitu suara yang familiar baginya memasuki indra pendengaran, (Name) mengulas senyum tipis.
"Ya, aku pulang."
Sungguh tak ada basa-basi. Begitu (Name) melihat targetnya, dia langsung melepas tas yang dibawa dan berlari menghampiri laki-laki berkacamata tak jauh darinya.
"Rasakan ini, dasar bajingan!" Satu tinju yang mengarah ke wajah berhasil di hindari dengan mudah.
"Ya! Sshibal saekkiya! Kau sampai membuat ku melepas tanggung jawab di toko dan datang kesini tanpa tujuan yang jelas! Akan ku bunuh kau!"
Apa? Kalian kira (Name) akan datang dengan pelukan hangat layaknya hubungan kakak adik yang normal?
Dengan wajah datar yang selalu dia pasang, Ego menatap (Name) dalam diam.
"Kau tidak berubah ya."
"Diam brengsek! Kau tak berhak berbicara!"
Keributan keduanya terhenti saat Ego menyuruh (Name) untuk mengikutinya. Awalnya (Name) tidak mau dan memilih pulang ke rumah, tapi begitu Ego memberitahu (Name) kalau di dalam gedung itu banyak hal menarik yang terjadi, (Name) tak ada pilihan lain selain menuruti ucapan Ego.
Diam-diam (Name) kagum dengan isi didalam gedung yang ternyata jauh dari ekspetasinya. Banyak sekali pintu menuju ruangan yang tidak ia ketahui. Rasanya (Name) ingin membuka pintu itu satu-satu.
"Ini proyek yang selalu kau banggakan itu? Sistemnya seperti pesantren ya?" Tanya (Name). Yang sayangnya tak di gubris oleh Ego.
Tentu saja (Name) kesal. Dia sampai memiliki niat memukul kepala Ego dari belakang.
Sayangnya, niat buruk itu harus hilang saat (Name) tak sengaja berpapasan dengan laki-laki yang memakai seragam unik, setidaknya itu menurut (Name).
Iris mata keunguan (Name) melebar, langkahnya terhenti, seperti... Dia merasakan sesuatu yang familiar.
Dan ternyata bukan hanya (Name). Pemuda yang kebetulan lewat itu pun bingung ketika mencium sesuatu yang sangat manis secara tiba-tiba.
'Wangi coklat?'
Dia menoleh kearah pemuda itu. Laki-laki bersurai hitam yang memiliki manik mata berwarna kebiruan.
"Tunggu," Ujar (Name), membuat laki-laki tadi menoleh bingung kearahnya.
"Huh?"
Seringai (Name) melebar. Jadi, ini yang Ego katakan di telefon?
"Kau, siapa namamu?" Tangan kanan (Name) terulur menunjuk pemuda itu.
"E-eh? Aku...?" Kebingungan tercetak jelas diwajahnya. Untuk sekilas, dia melirik Ego yang selama ini hanya bisa dilihat melalui layar, berdiri tak jauh darinya. Orang seperti Ego... Bersama seorang perempuan cantik?
"Isagi... Yoichi."
Kini, senyuman (Name) benar-benar terlihat menyeramkan dimata Isagi. Pertemuan pertama macam apa ini?
"Isagi, jadi kau lah tokoh utamanya disini."
Pemuda bernama Isagi itu tertegun. Tunggu, daritadi sebenarnya apa yang (Name) bicarakan sih? Tokoh utama?
"Kau... Bau putus asa mu lumayan kuat ya, seperti... Kau baru saja mengalami kekalahan."
Isagi sama sekali tak dibiarkan untuk berpikir. Banyak sekali pertanyaan yang memasuki kepalanya tentang gadis ini.
Kesampingkan itu dulu. Sekarang tanpa ada yang menyadari kalau Ego yang berdiri dibelakang (Name) memasang senyum tipis.
Inilah salah satu alasan Ego mengundang (Name) datang ke Blue lock. Karna Ego tau, tempat ini sangat cocok untuk gadis unik seperti (Name).
"Isagi, aku suka kau."
Hening, suasana benar-benar hening untuk beberapa menit. Karena tak ada yang mengira (Name) akan mengatakan hal semacam itu. Sebelum akhirnya deheman Ego memecah keheningan antara mereka.
"Baiklah, cukup sampai disitu perkenalannya."
Mengerti perkataan Ego, (Name) melambaikan tangan singkat sebagai salam perpisahan pada pemuda yang masih terdiam di tempat.
"Sampai jumpa lagi, Isagi."
Rasanya Isagi ingin menghentikan (Name) untuk bertanya apa maksud dari perkataannya barusan. Tapi, memangnya Isagi punya hak apa pada gadis yang baru ia temui?
Berpisah dengan pemuda yang menarik perhatiannya, (Name) kembali mengikuti Ego dari belakang.
Tak membutuhkan waktu lama bagi kedua bersaudara ini sampai di ruang kontrol. (Name) terkejut melihat banyaknya layar komputer di setiap ruangan yang menampilkan kegiatan sehari-hari dari banyaknya laki-laki disana.
"A-apa ini?" Dia beralih pada Ego yang malah menunjukkan wajah datar seperti biasa.
"Kau... Sekarang jadi stalker?" (Name) menatap ngeri kearah Ego. Sungguh, orang yang sayangnya menjadi kakaknya ini benar-benar orang yang tidak waras!
"Kak, aku tau kau agak kelainan. Tapi sampai segininya?" Dengan ragu, (Name) meraih handphone di kantung bajunya dan mengetik beberapa nomor disana.
"Halo, polisi."
"Hentikan itu."
Ego berjalan maju, dia berdiri membelakangi banyaknya layar komputer yang menyala.
"Proyek yang dinamai Blue Lock ini, didirikan untuk mencari striker terbaik di Dunia. Para pemain yang kau lihat di layar itu, salah satu dari mereka akan keluar dari sini dan menjadi striker terbaik."
Tertarik dengan pembahasan Ego, (Name) berjalan mendekat pada satu layar komputer yang menunjukkan struktur bangunan Blue Lock. Tangannya terulur mengusap layar itu.
Dalam sekali lihat saja dia sudah bisa mengerti tujuan dibuatnya bangunan ini serta sistem yang mereka gunakan.
"Blue Lock..." Raut wajahnya seketika berubah. Senyuman yang sudah lama tak dilihat oleh Ego, kini berhasil terukir di wajah (Name).
"Baiklah, sepertinya ini menyenangkan. Tunjukkan lebih banyak padaku."
Tanpa perlu (Name) beritahu pun, Ego sudah tau. Dia juga menyadari sorot mata (Name) terlihat berbeda untuk sesaat.
"Aku tau, dari dulu kau sangat suka melihat seseorang terpuruk. Karena itu, kau bisa memuaskan diri disini."
Selain berkata kasar, (Name) masih memiliki sisi buruk yang lain. Bahkan yang satu ini jauh lebih buruk.
Tingkat kebahagiaannya akan meningkat pesat ketika (Name) melihat seseorang mati-matian berjuang meraih sesuatu yang mustahil untuk mereka dapatkan. Tidak berhenti disitu, tak jarang juga (Name) tertawa melihat orang itu merasa dirinya gagal.
Dengan kata lain, (Name) memiliki hobi aneh yang membuatnya senang saat melihat seseorang merasa putus asa. Orang-orang yang menyerah dan tidak bisa memenuhi keinginan bahkan impian mereka memiliki ekspresi dan perasaan tersendiri yang menarik hasrat (Name).
Satu perasaan yang mampu membuat (Name) melupakan hal lain yang ada di otaknya, dan fokusnya tertuju hanya pada satu kejadian tertentu.
"𝐊𝐞𝐩𝐮𝐭𝐮𝐬𝐚𝐬𝐚𝐚𝐧."
Tbc
❣️Buabye
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top