CHAPTER 01: Lost and Fell

Pembicaraan mengenai terbentuknya kartel ilegal yang bertujuan buruk sudah mengambang di permukaan nyaris selama dua puluh dua hari. Ledakan fakta mengenai sakitnya Raja Rolight yang terkesan mendadak adalah hal yang menjadi basis terkuat tumbuhnya opini masyarakat ini. Katanya, bersumber dari yang mendapatkan kehormatan untuk menjenguk Raja Rolight, seperti Hildigard Bungoo si pemimpin kota, bilang, "Raja seperti dikutuk; wajahnya pucat pasi, pandangannya kosong, badannya menggigil, rambutnya yang hitam tiba-tiba memutih dan berantakan, dan dia tidak kapabel bicara apapun selain satu halㅡO Hano¹, Bag-gog." Bahkan tanpa berpikir panjang pun, bukti tersebut secara nyata membenarkan fakta mengenai terbentuknya kartel tersebut. Benar pula hipotesis Hildigard Bungoo kalau Raja Rolight itu dikutuk. Bainah tersebut mengingatkan mereka soal histori redum di ranah Raja Arnius. Bisa jadi, pelakunya sama, yaitu Eros Broomevil, manusia setan yang memilih jalan takdir sebagai penyihir di Daroksus, pengikut setia Arzadon dan Baggog.

O Hano, Bag-gog. Itu frasa sederhana, tidak ada larangan apapun untuk menyebutkan diksi-diksi dari frasa itu. Terkecuali jika memang ada kerusakan dan keimbesilan tersendiri di hati manusia. Maknanya sederhana: The One, Bag-gogㅡberasal dari lingua Therrla, yang memang tidak begitu familier bagi manusia. Jelas kalau hanya pelayan-pelayan Baggog yang berani mengumandangkan frasa itu. Raja Rolight bukanlah budak hitam yang siap menjilati api-api Amanum. Dia murni dan bersih sehingga hipotesis Hildigard Bungoo terkesan masuk akalㅡkeadaan yang patut dicurigai.

Sementara itu, adik Raja Rolight, namanya Aguilabby, dia berpendapat bahwa kemungkinan besar kakaknya itu memang benar-benar sakit biasa, tetapi dia tidak mampu menyebut apapun tentang jenis penyakit yang menjangkiti Raja Rolight. Ia menolak anggapan jika Raja Rolight disihir atau dikutuk laiknya Arnius. Frasa tersebut barangkali keluar sebab imajinasi buruk yang menakut-nakuti beliau, bukan berarti mengikuti kegelapan. Walakin jujur saja, Aguilabby juga nyaris serupa seperti Raja Rolight, seluruh ciri-ciri yang disebutkan Hildigard Bungoo berada dalam diri Aguilabby. Kecuali soal abilitas untuk berbicara, Aguilabby masih mampu. Begitu pula denga kebugaran diri yang nampak baik-baik saja.

Hari ini, sesuatu yang menjadi denotasi buruk, yang sesungguhnya menjadi ketakutan seluruh warga Hebsor terjadi, yakni dipanggilnya Raja Rolight oleh Illuna. Bukan hanya Padraenam, seisi Oninubis gelebah. Beberapa peri dari Evaron dan beberapa kurcaci dari Dushmin dikabarkan akan menghampiri ranah kelabu. Bukan hal yang lengkara, walaupun perjalanan dari Evaron menuju Hebsor membutuhkan empat hingga enam hari perjalanan tanpa istirahat atau delapan hari perjalanan tanpa istirahat dari Dushmin, walaupun nampak sia-sia karena mereka tidak akan pernah melihat wajah Raja Rolight, mereka akan sangat berdosa jika tidak melakukan itu, sebab Raja Rolight adalah bukti nyata representasi dari jiwa Arnius.

Tidak ada yang tahu mengenai ini; tidak ada yang tahu bahwa tanah kerajaan Olipeleigh akan disesaki oleh tangisan kehilangan yang amat menyayat hati, dan tidak ada yang tahu bahwa hari ini tanah kerajaan Olipeleigh dipenuhi oleh bunga lili dan diselimuti oleh langit yang kelabu. Satu hal yang krusial, tidak ada yang tahu mengenai penyebab mairnya beliau dan tidak ada yang tahu bahwa pembicaraan mengenai opini masyarakat yang membludak absolut berakhir hari ini.

Kalakian, jumantara gelebah, kelabu, tak dihiasi oleh kelamkari.

Kalakian, bumantara gelebah, kelabu, hanya dihiasi oleh lili putih dari tangan-tangan yang bersedih.

Maka tidak aneh, singgasana raja itu kosong.

Sudah nyaris dua menit Lartius memandangi figur Esme Floraㅡputri Raja Rolightㅡyang tengah berdiri laiknya manekin tanpa spirit di depan singgasana Raja Rolight. Faktanya, berdasarkan pengamatan biduanda pribadi, Esme sudah di sana semenjak upacara pemakaman finis. Sanubari Esme laiknya terbawa oleh kepergian Raja Rolight. Poros atau sentral murni bertahan pada perasaan melodramatis yang begitu masif, begitu yang dapat digambarkan oleh pemikiran reflek Lartius. Sebab Lartius tahu betul, sebelum ini terjadi, Esme telah terlampau asyik berkarib dengan redum dan rodan sebab kakaknya menghilang laiknya angin tanpa jejak. Lartius mengingat hari pertama Regios pergi dengan beberapa prajurit Hebsor. Saat itu, terdengar kabar bahwa Eros mengirimkan pasukan orka ke kampung sekitar Harbonear Bayㅡuntuk membunuh mereka tentunyaㅡ, dan Regios final pergi ke sana. Hari itu, Regios pergi, dan kini ia belum kembali, tidak tentu mati, yang pasti menghilang. Lantas kini realita baru menambah gelebah bagi diri Esme; kematian ayahnya sendiri. Lartius barangkali akan mengatakan bahwa visual itu akan lebih menambah redupnya aksis Hebsor, tetapi adam itu mutlak memahami.

Lartius punya banyak hal yang tersimpan, untuk menceritakan kebenaran atau untuk memublikasikan pengetahuan. Lartius cukup mahir untuk memulai, walakin poin tersebut memudar jika ia berhadapan dengan Sang Putri Hebsor. Esme terlihat mala sebab mairnya Raja Rolight, makanya Lartius lenggana dan begitu segan. Itu sebabnya ia begitu stagnan memerhatikan figur Esme Flora. Orang mengatakan bahwa tidak terlalu bijak untuk memberikan banyak indikasi polemik tatkala hati lawan tutur tengah tidak baik. Apalagi pengetahuan yang Lartius punya pun tidak cukup bijak untuk didistribusikan, bahkan kepada kenya tersebut. Dilematis.

Polemik berpusat pada satu hal, telak sekitar seminggu yang lalu, tatkala Lartius mendatangi Nefelune sebab adanya pertemuan yang cukup krusial bersama Raja Aroan untuk suatu diskusi. Bukan tentang diskusi mengenai ihwal percintaannya dengan Nauthriel yang memang seringkali didiskusikan ataupun dipertanyakan, walakin inti sarinya sebab isi dari Siniath. Lartius tidak pernah berpikir pendek, tetapi untuk memercayai bahwa Raja Aroan percaya kepadanya adalah suatu hal yang di luar kepala. Raja Rolight adalah satu-satunya pemilik posisi tersebut. Diskusi pasal isi Siniath yang berkaitan dengan Hebsor sudah pasti akan berada dalam responsibilitas Raja Rolight. Sementara kini, tatkala Raja Rolight menempuh pengalaman gelap yang begitu menyakiti, Lartius Barnabas yang menjadi penggantinya, bukan Aguilabby ataupun Esme Flora sendiri.

"Akan sulit untuk sekadar menuturkan kata-kata," ucap Esme, menginterupsi pemikiran kompleks Lartius Barnabas, seolah ia tahu kalau perwira eminen itu tengah berada di belakangㅡjauh memandang, memerhatikan, dan menunggu. "I am ready to give you a compliment if you tell everything to me, My Lord. Aku tahu kau menyimpan sesuatu, hal atau pikiran, yang begitu besar pengaruhnya untuk Hebsor." Esme bersikukuh mengawali dengan konstruksi kalimat yang begitu mengintimidasi. Dan memang Lartius Barnabas sangatlah memahami kelikat Esme Flora, bukanlah wanodya arogan, bengah, bukan pula wanodya yang tidak peduli atas suatu sirkumstansi. Esme kritis, mudah terhanyut pada situasi hingga ia bisa mudah mempertanyakan atau memberikan sedikit pengetahuannya.

Esme membalikkan daksa hingga gambaran visual surai-surai emas dambaan para pedusi berubah menampilkan citra peroman kuat dan fragil dalam satu layar. Dalam hitungan beberapa sekon itu, Esme mengunci presensi Lartius agar tetap berada di depannya. Walakin Lartius yang paham tidaklah direk memberi penghormatan formal, melainkan hanya bergerak maju satu langkahㅡberhubung sudah jadi kultur dan regulasi internal antara keduanya. "Aku tidak pernah tahu mengapa aku memikirkan ini, tapi aku merasa ada yang disembunyikan olehmu. Lebih dari seminggu lalu, kau melakukan pertemuan dengan Raja Aroan, dan aku yakin itu bukan pertemuan biasa walaupun kau hanyalah prajurit. Apapun yang kautahu, tolong katakan, Tuan Barnabas," katanya.

"Saya sudah biasa dengan pemikiran seperti itu," jawab Lartius dengan prolegomenanya.

Esme barangkali menanggapi demikian sebab tingkat perasaan emosional yang begitu masif. Banyak orang lain yang telah memberikan pemikiran semacam itu pada Lartius. Bahwasanya Lartius Barnabas adalah ksatria biasa-biasa saja yang lantas punya previlese untuk melakukan pertemuan dengan para raja-raja tinggi. Bagi orang lain, teman Lartius Barnabas, seperti Raja Odhano, itu terkesan seperti sarkasme. Previlese bukan soal posisi, melainkan soal esensi kepercayaan itu sendiri. Beruntung Lartius menganggapinya biasa-biasa saja.

"Katakan, Tuan Barnabas." Esme merepetisi lebih tegas.

"Tidak ada yang harus dikatakan selain keputusanmu untuk mengklaim regulasi Hebsor, menginvestigasi kejanggalan yang ada di negeri ini, dan memperkuat defensi." Maka, sebab Lartius belum kapabel memutuskan siapa yang berhak untuk ia ceritakan pas hal-hal esensial yang telah ia ketahui, maka ia berikan opsi paling normal dan umum. Toh, inti sugesti dari diskusi tersebut tetap merujuk pada hal tersebut; bahwa Hebsor yang kosong mesti segera diisi oleh kebijaksanaan.

Tanpa berpikir panjang, Esme menjawab, "Klaim? Hebsor sudah mati."

Lartius menunjukkan kurva tipis sejemang. Esme Flora, Lartius mengenal kenya ini sejak kecil, bahkan dari semenjak wanodya ini baru menyapa Oninubis. Benar bahwa Esme Flora merupakan seseorang dengan sanubari laiknya ksatria yang penuh dengan anugerah Dewa Braevon. Tetapi dalam sisi yang lain, Esme Flora rapuh dan fragil laiknya sayap kupu-kupu. Sekali ia berpikir berjuang atas hidup, seribu kali ia berpikir untuk menyerahkan hidup kepada kekalahan. Keputusannya lebih banyak diambil dari bagaimana ia merasakan situasi. Bahwa kini, tatkala ia merasa bahwa predestinasi tak begitu adil, ia rentan menyerah.

Hebsor bukanlah negeri yang kecil. Dari sekian banyak negeri, faktanya Hebsor adalah daratan paling luas dengan corak kultural dan masyarakat yang variatif. Dalam pikiran Esme, jika faktanya ia tidak mampu melindungi ayahnya dan kakaknya dari kekejaman, bagaimana bisa ia melindungi Hebsor dan seluruh isinya yang begitu banyak? Maka, ia sebutkan kalau Hebsor telah mati, mati terbawa jiwa dan raga Raja Rolight yang barangkali telah disambut dengan baik di Illunari. Dan Esme Flora yang penuh akan keraguan akan dengan segan menyatakan dan mendeklarasikan kekalahan.

Lagi dan lagi, Lartius memahaminya.

Esme hanyalah wanodya berumur dua puluh dua tahun yang sejatinya masih mencari inti sari dari nilai pribadi dan nilai semesta itu sendiri. Ia masih mempelajari banyak hal, tentang dirinya sendiri, posisinya, previlese yang ia punya, anugerah, semesta, dan sisi-sisi buruk duniawi. Bahkan, bagi Esme sendiri, seluruh pikiran dan dedikasinya lebih banyak tertuju pada keluarga internal dibandingan dengan Hebsor sendiri.

Namun, Lartius memerhatikannya. Ia memerhatikan tentang bagaimana Esme Flora bukan hanya menjadi gadis dua puluh dua tahun yang mencoba belajar sesuai masanya. Bagi Lartius, Esme memiliki lebih banyak spirit dan kebaikan yang lebih banyak dan kuat dari yang Esme ketahui. Bahkan, tidak seperti kebanyakan wanodya seusianya, lantaran memang kondisi terlampau mengandalkannya, Esme Flora sesungguhnya adalah kenya yang tangguh dan cerdas. Lartius pribadi memercayai Esme Flora, terlebih soal Hebsor.

"Satu hal yang kuketahui, saya di sini, tepat tiga puluh lima hari yang lalu, saat Raja Rolight berkonversasi denganmu hingga dengan begitu bangga memberitahukannya kepadaku tentang satu hal, beliau berkata bahwa Esme Flora adalah gadis istimewa yang kelak akan menggantikannya setelah Raja turun atau pergi. Bukan hanya menggantikannya, tetapi bermakna bahwa Raja mempercayaimu, mempercayaimu untuk percaya."

Pada intinya, itu sudah menjadi predestinasi. Esme Flora yang menjadi akan menjadi penguasa Hebsorㅡmenuntun dan mendampingi, bukan mengontrolㅡ, bukan Regios Florence, sebab adam tersebut mendapatkan predestinasi lain untuk menemani Ratu Odhela dalam memimpin Welchye. Raja Rolight sendiri percaya bahwa anak perempuannya yang realitasnya masih harus mempelajari banyak hal kapabel melakukan banyak hal, seperti menggantikan posisinya sebagai Cahaya Hebsor di kemudian hari, saat-saat terkini.

Kalakian ada kesenyapan yang bertamu. Esme terdiam penuh kekosongan. Sesekali memerhatikan Lartius, teman sekaligus pembimbing yang sudah banyak membantu memberikan pelajaran. Namun, memang selalu ada percikan keraguan sehingga Esme memperpanjang porsi kesenyapan, sementara Lartius lebih banyak memahami dan menunggu hingga Putri Hebsor ini kapabel berbicaraㅡmengatakan apapun yang ia simpan dalam kalbu.

Esme Flora, dalam dirinya sendiri, kalbu melakukan konversasi panjang. Wanodya tersebut terhimpit hingga sesak dan pupusnya asa terlampu mendetonasi. Ia terdiam memikirkan pandangan yang terkesan repetitif, untuk percaya. Ia terdiam menyadari tentang bagaimana dirinya sendiri mudah goyah sebab atmosfer. Sehingga kemudian Esme Flora balas dendan bahana yang mengindikasikan beban kompleks, terlalu sulit dikatakan meski harus. "Ini terlalu berat, Tuan."

"Saya tahu dan memahaminya."

"Bagaimana bisa?"

Merepetisi, Lartius hanya tersenyum, mengindikasikan banyak hal misterius yang pada hakikatnya terlalu banyak untuk disampaikan, dan tentunya akan memerlukan banyak waktu untuk menyampaikannya.

Sehingga Esme mengangguk pelan, balas memahami. Esme pribadi bahkan sering mengagumi sosok Lartius Barnabas, pria dengan intelektual yang begitu besar. Lartius Barnabas, seorang Quinnier yang rela mendedikasi seluruh hidupnya untuk tinggal di Hebsor, menjadi mayor Hebsor, menjaga perbatasan agar ranah kebaikan tidak diinvasi oleh ciptaan kegelapan yang berkarsa menyelakai. Sungguh menginspirasi. Bahkan sejauh yang Esme tahu, Lartius Barnabas hanyalah orang biasa, tidak berasal dari keturunan bangsawan melainkan orang biasa dengan keturunan atas yang semuanya telah mati, yang kemudian bertahan hidup demi mencari jati diri hingga finalnya menjadi seseorang yang nirmala. Bukan hanya sebab intensi untuk berjuang, tetapi abilitas untuk percaya. Lartius Barnabas telah banyak menyicipi pahitnya hidup.

"Apa kau percaya padaku, Tuan Barnabas?"

Lartius mengangguk, "Tentu saja. Selagi kau berdoa atas nama Illuna."

Momen itu, Esme meloloskan kurva pertamanya setelah sekian lamanya terhipnotis oleh gelebah dan sedih yang mendarah daging. Lartius Barnabas, orang biasa dengan anugerah luar biasa, meski nampak seumuran dengannya atau lebih atas sedikit darinya, faktanya adalah pria dewasa, bahkan lebih atas dari ayahnya, yang begitu bijaksana dan handal bertutur kata baik-baik. Lartius meyakinkannya untuk percaya. Itu adalah fondasi kuat tatkala sanubari nampak mati karena hantaman predestinasi kelam.

Dari linear tersebut, Esme membuat konstruksi-konstruksi kepercayaan secara perlahan, meski masih ada titik-titik keraguan. Kurvanya semakin nampak konfidens, diadisi anggukan gemulai demi menghormati bantuan Lartius Barnabas. Dengan demikian, Esme Flora dengan segan menyingkirkan sedikit impresi ketakutan, kesedihan, kesengsaraan, dan kekalahan yang sejemang mendetonasi sanubari. Ia mulai berkata, walau ia belum benar-benar memiliki otoritas, "Aku Putri Hebsor, meyakini untuk percaya," katanya, menjeda, ia lanjutkan diktum dalam formasi inkuiri dengan secercah karsa dan spirit yanh mulai muncul, "Tuan Barnabas, bisa membantuku untuk menjawab seluruh inkuiri soal atmosfer ganjil ini?"

[TBC]

THERRLA DISION:

¹ O Hano, Bag-gog: The One, Bag-gog.

NOTES:

Yes, it is revised.

Sekedar informasi tentang kenapa Esme memanggil Lartius dengan panggilan Tuan atau Lord sebab diindikasikan oleh beberapa hal. Satu, umur, Esme is 22, meanwhile Lartius is 78ㅡeven though he looks like 26 or something. Dua, meski orang biasa, mayor dari ketentaraan Hebsor, dia dapat privilese untuk hidup lama dari manusia biasa sehingga terkesan istimewaㅡberkaitan dengan umur, but those are just different.

Panduan tambahan: there is a tale di mana pewaris Arnius akan dapat anugerah umur panjang, dan sebagian masyarakat percaya itu. Bagi orang yang percaya, they will respect him so much, bahkan memuja. Yang netral dan tidak percaya, mereka biasa saja atau iriㅡhingga berubah sarkastik, seperti yang disebutkan di salah satu paragraf di bagian ini.

Sampai jumpa di bagian selanjutnya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top