CHAPTER 27

Sesungguhnya, memasuki kawasan rumah Francise bukanlah sesuatu yang baru bagi Ortiz. Sebelum sisi negatifnya terpubliksikan begitu ekstensif, dia merupakan tamu utama yang terkesan sangat dihormati.

Hari ini, untuk menambah memoar baru, Ortiz merepetisi habitual lama tersebut. Berbeda dengan dulu, agaknya eksistensi rival bisnis sejati dari Francise ini menimbulkan sedikit impresi kaotis. Bagi seseorang yang berhasil meninggalkan jejak kotor, sebenarnya wajar saja, Ortiz Romano merupakan penjahat bagi mereka.

Suasananya begitu dingin. Lagi, normal. Francise memang terkesan membosankan. Hanya saja rupanya kedatangan Ortiz membuat konstelasi menjadi dobel menegangkan dan dingin. "Terima kasih telah mengundangku." Dia memandang Jovovich Ivanov, terkesan mengintimidasi, meski dia tersenyum. "Suasananya sangat hangat."

Jovovich Ivanov yang telak menerima perkataan itu refleks membersihkan kerongkongan. Satire singkat dari pria tersebut sudah cukup menunjukkan limit kesabaran pria tersebut. Hendak membalas, memasuki alur diskusi yang harus segera diselesaikan, tetapi sosok Daphne Francise lebih dahulu memberikan agresi, "Mengapa kau mengundang pria berbahaya ini kemari untuk makan malam, Ivanov?"

Ortiz terkekeh.

Sementara itu, Jovovich, yang terasa begitu tertekan, menghela napas. Sulit baginya untuk berafiliasi dengan pria gila seperti Ortiz Romano, hanya saja dia juga tidak bisa seenaknya membatalkan keputusan-keputusan yang telah dibuat. Meski beruntung baginya sebab keputusannya disepakati suaminya sendiri. Russel Francise yang biasa terlalu sibuk, sulit untuk sekadar mengisi bangku utama di meja makan, berakhir dengan keputusannya untuk bergabung. Sama dengan Jovovich, rasa penasaran pria tersebut meningkat, segera ingin mengetahui garis final, bahkan jika artinya mereka harus secara terpaksa berafiliasi dengan rival.

Sepersekian sekon, Jovovich membalas, "Kedatangan Ortiz bermaksud untuk menjawab pertanyaan yang sungguh mengganggu bagiku, bagi Russel, siapapunㅡ" Menjeda, dia memandang Daphne Francise. "Rosemary Cecilia seringkali mengalami kecelakaan."

Tidak menunggu waktu yang lama, Daphne Francise menginvasi suasana tegang ini, lantas mengkonversikannya menjadi layaknya panggung komedi. Gelagatnya nampak normal dan eksentrik dalam satu waktu. "Pertanyaan itu tidak perlu dipertanyakan lagi. Konspirasi itu sudah terjawab dan pria yang kau undang kemari adalah pemilik skenario atas kecelakaan Rosemary Cecilia."

"Atau bukanㅡ" Russel menginterupsi. "Sejauh yang aku ingat, Rosemary sudah mendapatkan itu bahkan sebelum Ortiz datang, meski itu hanya kecelakaan-kecelakaan kecil."

"Marigold. Itu jawabannya," balas Daphne.

Sudah dibilang, Daphne Francise adalah provokator utama.

"Ada buktinya?" tanya Ortiz.

Daphne memincing tidak suka. "Tidak. Namun, siapapun tahu bahwa Marigold cemburu pada Rosemaryㅡ"

"Atau Rosemary yang cemburu dengan Marigold hingga berpikir untuk melakukannya praktek eutanasia."

"Siapa yang memberitahumu?" tanya Russel.

"Aku membenci Marigold, terhasut akan hasutan-hasutan Rosemary dan Francise, mengira bahwa Marigold benar-benar membahayakan saudarinya. Namun, kemudian aku menyadari, orangtua tolol macam apa yang dengan mudahnya menerima saran agar anaknya dibunuh, atau sederhana, dengan mudahnya membenci anaknya sendiri. Barangkali kau bisa menjelaskan alasan apa yang membuat Marigold dicap begitu jahat." Selesai berbicara, Ortiz melirik Russel.

Mengekspektasikan banyak hal menarik, seperti kejahatan gila atau hal semacamnya, sesuatu yang membuat Ortiz merasa wajar jika dia pernah membenci Marigoldㅡterhasut hingga Ortiz menutup mata dan hatinyaㅡ, tapi sayang sekali tidak ada realitas yang begitu memuaskan hati. Mulut Russel Francise yang tertutup rapat-rapat dengan adisi wajah tololnya itu menjelaskan secara ringkas bahwa sebenarnya Marigold Anneliese memang tidak melakukan kesalahan.

"Keluarga gila." Ortiz tertawa indah, begitu puas. "Kudengar identitas Marigold akan diubah, ya?"

"Apa yang kauinginkan, Ortiz?" Russel membalas tegas. "Kau terlalu banyak mencampuri urusan keluarga kami."

"Santai dulu, aku hanya tidak ingin membuat adikmu terpojokkan, atau ... baiklah." Ortiz Romano senantiasa menunjukkan kekuasaannya, bahkan di rumah rivalnya sendiri. Pria itu melirik ke belakang sejemang terhadap dua penjaganya, spesifiknya pada satu orang yang membawa berkas-berkas bukti krusial pasal Daphne Francise, mengenai informasi-informasi apapun yang berkaitan dengan kelakuan munafiknya. "Jawaban sesungguhnya soal Rosemary Cecilia," katanya, melirik Daphne, Ortiz memberi adisi, "Rileks, Daphne. Kau hanya akan masuk penjara, bukan neraka."

Daphne berdiri begitu gusar, kemarahannya tergambarkan jelas. "Untuk apa kalian percaya pada pria gila seperti Ortiz? Pria inilah yang memancing Rosemary untuk mati, dan pria inilah yang membawa kabur Marigold, hingga itu berdampak pada bisnis yang stagnan."

"Kau hanya memikirkan bisnis, ya?" Jovovich menanggapi.

"Aku memikirkan anak-anakmu," balasnya.

Ortiz memperkeruh situasi, "Memikirkan bahwa sesungguhnya Rosemary dan Marigold tidak laik mengurus Francise, dan kau satu-satunya yang pantas. Begitu, bukan?"

Daphne balas nyaris mendedau, "Kau bajingan!"

"Duduk, Daphne, dan jaga sikapmu," suruh Russel. Kemudian, dia melirik Ortiz. "Apa yang bisa kaujelaskan dari semua ini, Ortiz?"

"Sederhana. Aku hanya pebisnis biasa yang selalu tergoda untuk mengetahui aib rival bisnis, dan rupanya aku mendapatkan itu. Bukti-bukti hanya terhitung selama aku menginvasi Francise; bukti transaksi, bukti rekaman, investigasi pribadiku, dan hal semacamnya. Asumsiku berkata bahwa Daphne melakukan itu, menghabisi para pewaris, agar dia bisa menggantikan posisimu."

"Bukti ini harus ditinjau. Itu membutuhkan waktu yang cukup lama," adisi Russel.

Ortiz mengangguk, "Tentu saja. Namun, harus kutegaskan bahwa itu orisinil dan aku tidak menyabotase apapun. Bukti-buktinya relevan dan kuat." Baginya, Russel Francise yang imbesil, yang terlampau sangat mudah terpengaruhi oleh mulut adiknya sendiri, sangat harus mempelajari buktinya dengan detail. "Ingat, Tuan Russel. Orang-orang, terutama Daphne Francise, bisa mencuri berkas itu kapanpun. Walaupun aku menyalinnya banyak, kau harus mengamankannya."

Mendadak setiap diksi, frasa, dan klausa tertahan di kerongkongan. Russel Francise masih perlu memahami banyak hal. Masuk akal jika Ortiz mencurigai Daphne, sebab memang Daphne memang terkenal akan provokasinya yang begitu kuat hingga bisa membuat satu dunia menyembahnya.

"Apa maksud dari semua ini? Kau rival, tidak akan peduli jika bisnisku hancur karena keluargaku sendiri. Kau bahkan mengakui jika kau membenci Marigold, tidak akan peduli jika keluarganya masih merundungnya habis-habisan."

"Koreksi. Pernah." Ortiz memberi koreksi. "Aku memikirkan bahwa sebenarnya kita bisa berkolaborasi sekaligus bersaing secara sehat dan menghasilkan lebih banyak benefit, terlebih Marigold akan menjadi pewaris, jika dia ingin. Dan opsi kedua, bodoh karena aku pernah ikut membenci anakmu, sementara selama ini aku lebih tertarik pada Marigold ketimbang Rosemary. Aku tidak ingin dia merepetisi apa yang terjadi pada Rosemary."

Dan agaknya Russel tertarik dengan itu.

Ortiz menambahkan, "Aku melakukannya untuk Marigold." Menebus kesalahannya, mungkin.

"Marigold hamil." Jovovich memberi tambahan. Berbisik kecil pada Russel. "Ortiz."

Russel yang semula memusatkan atensi pada salah satu berkas kemudian memberikan tendensi lain. Dia menatap lekat pria Ortiz tersebut, hingga tahu-tahu dia disambut dengan senyuman yang mengindikasikan rasa puasa dan kemenangan.

"Marigold belum cukup siap untuk itu."

"Dia dua puluh empat tahun ini," koreksi Ortiz membela dirinya sendiri

"Tetap saja, dia belum siap."

Ortiz tersenyum. Hubungannya dengan Marigold memang sangat kontroversial. "Melindungi anakmu, Tuan Russel? Kupikir kau bahkan tidak akan peduli jika Marigold dihamili oleh pria asing di kelab malam atau bahkan oleh penjahat kriminal. Marigold bukanlah gadis kecil, jangan memojokkanku seolah aku mengidap pedofilia." Ortiz tersenyum begitu puas. Suka sekali menyinggung orang lain.

"Aku menerima kerjasama soal bisnis, soal berkas-berkas ini. Namun, jika kau tidak bisa menahan gairahmu, lakukanlah dengan perempuan bordil, jangan merusak anakku."

Amoral, Ortiz menyela. "Secara umum, tidak ada yang merusak di sini. Asal kautau, Marigold sudah tidak virgin saat aku datang."

"Tidakkah kau malu berkata demikian di depan keluargaku?"

Ortiz mengangkat alis, tidak peduli, "Malu apanya? Aku dan Marigold saling mencintai. Seks itu normal," katanya.

Russel mencibir, "Pria ini berengsek sekali."

Dan itulah realitanya, Ortiz Romano selalu bisa membuat orang lain kewalahan. Sebab bagi Ortiz, mengobrak-abrik Francise adalah sesuatu yang terkesan sangat menghibur. Francise itu imbesil dan sungguh kolot.

"Sangat sulit bagiku untuk membiarkanmu bersama Marigold. Ada banyak calon yang memberikanku proposal perjodohan, orang yang lebih baik, ketimbang dirimu."

Ortiz menggeram kecil. Tidak suka. "Belum tentu mereka menerima Marigold seperti aku menerimanya."

"Kau berkata demikian seolah Marigold adalah budak rendahan," balas Russel mencibir kesal.

"Maaf, Tuan Russel Yang Terhormat, haruskah aku mengingatkanmu tentang bagaimana kau memandang Marigold Anneliese? Seorang anak tidak berguna, bahkan seorang pelacur, yang harga dirinya lebih rendah ketimbang pembantu di rumah besarmu ini. Kaulah yang selama ini memandangnya sebagai budak rendahan." Dia menjeda, mengontrol emosi diri sendiri supaya tidak meletup bebas. "Aku, di sini, detik ini, hanya berusaha untuk menyelamatkan Marigold, seorang anak yang kausia-siakan. Aku berusaha untuk melakukan hal yang benar setelah selama ini aku terperdaya oleh hal buruk. Aku mencoba menjadi orang baik di sini."

Russel memejam kosong. Ortiz menyerangnya begitu apik. Sebagai seseorang yang pernah ikut campur atas cerita negatif keluarga, Ortiz tentunya tahu tentang bagaimana Marigold diperlakukan begitu buruk di rumahnya sendiri. Itu merupakan ungkapan penyerangan yang handal.

"Katakan padaku, apa yang membuatmu yakin bahwa kau tidak akan menyakiti Marigold seperti yang kaulakukan pada Rosemary?"

Ortiz balas konfidens. "Cinta dan anak."

"Kau bisa mengkhianatinya sebagaimana kau mengkhianati Rosemary."

"Kesalahpahaman besar," jawab Ortiz. "Aku tidak pernah mengkhianati pasangan-pasanganku sebelumnya."

Alhasil Russel menghela napas begitu kasar. "Fine, sepakat."

Tentu, Ortiz Romano tersenyum begitu puas. Marigold Anneliese sudah benar-benar berada di genggaman tangannya.

"Keputusan baik. Kuharap berkas pasal kejahatan Daphne ditinjau baik-baik," kata Ortiz selanjutnya, Ortiz memandangi Jovovich, "jangan mengkhianati keputusan. Aku tidak akan pernah menerima pembatalan penawaran setelah aku memberikan berkas yang susah payah aku kumpulkan ... dan oh, satu lagi, kematian Rosemary harus dipublikasikan."

"Kau melupakan satu hal," sahut Jovovich. "Di mana Marigold?"

"Aku tidak melupakannya. Kalian terlalu serakah jika aku memberikan penawaranku secara penuh. Lagipula, tepat di depanku, ada seseorang yang mungkin saja tengah memikirkan cara-cara baru untuk memenangkan permainan yang sudah dia rancang sejak lama. Aku akan tetap merahasiakan keberadaan Marigold untuk saat ini." Ortiz berdiri, tendensinya untuk menjadi sangat beradikuasa teraplikasikan secara penuh. Kalau bukan tentang karena dia menyadari kesalahan yang dia buat relevansinya pasal Marigold, dia tak akan sudi melakukan ini. Namun, malam ini, Ortiz puas.

Ah, seandainya Ortiz menyadari lebih awal dan orang-orang memberitakan fakta itu lebih awal, Marigold mungkin sudah bebas dan bahagia sekarang.

pokoknya rosemary ga seindah namanya. bayangin seinsecure, semanipulatif, dan se-psycho apa dia dari kecil sampe keluarganya bisa tercuci otaknya.

ayo support marigold!

Sampai jumpa di bagian selanjutnya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top