CHAPTER 21

Apa yang lebih buruk daripada konflik batin aneh yang tengah melanda Ortiz?

Javier Romano.

Javier memilih untuk kembali mendatangi rumah Ortiz. Dia sempat membuat kegaduhan karena Ortiz memang sudah menyuruh penjaga rumahnya untuk menolak kedatangan siapapun. Adapun Ortiz secara terpaksa untuk membiarkannya masuk dan menganggu ketenangannya.

"Anneliese sedang beristirahat. Jangan berulah."

Seperti biasa, kecuali tadi, Javier bersikap tenang. Agaknya dia tidak ingin gegabah. Ketimbang membalas cepat-cepat, pria tersebut lebih memilih untuk kukuh memerhatikan figur pekerja keras di depannya yang tengah berkencan dengan laptop. Namun, tentu saja kalau kedatangannya ke rumah Ortiz tidak untuk sekadar berbasa-basi atau melihat Ortiz bekerja. "Marigold tidak pernah memaksa untuk berhenti dari pengobatannya."

Ortiz melirik, tertarik akan pancingan tersebut. "Kau membohongiku?" Pria tersebut lepas atensinya dari laptopnya.

Ortiz selalu ingat soal kepergiaan Marigold yang sangat mendadak itu. Dari awal desas-desus, memang sangat tidak normal jika Marigold melakukan cuti hanya karena jengkel kuliah. Lagipula pada saat itu Marigold juga tengah melakukan terapi awal dengan Javier.

Tetapi rupanya kejadian-kejadian itu memang sudah disusun di atas kertas skenario, ya. Wajar jika tempo lalu Marigold kembali dengan kondisi sehat.

Ah, ada yang terlewat? Ortiz Romano memang tahu jika gadisnya sedikit tak waras pada saat itu. Dia banyak berbohong, ingat?

"Kau ini tidak baik untuk kondisi jiwa dan raganya."

"Dan kau?" Ortiz balas ringkas. Dia terkekeh, menyadari kejanggalan besar. Cukup sadar jika dunia mempermainkannya, dia balas sarkas, "Oh, pantas. Mengaku mendapatkan pasien pribadi di Kanada, rupanya itu Marigold. Berani sekali kau mengambil Marigold dariku."

Javier bersandar relaks pada jemala kursi. "Bukan aku yang merawatnya, tapi ..., hei, sadar! Kau ini siapanya Marigold?"

Tidak. Javier Romano tidak melihat Marigold Anneliese dalam pandangan romantis. Dalam sisi formal, dia hanya ingin memberikan tangan pada perempuan tersebut berhubung dia punya kapabilitas dan abilitas. Di sisi lain, dia memang telah menganggap perempuan itu sebagai adik perempuannya. Pada intinya, sungguh, dia berpihak pada Marigold.

Javier sendiri tidak habis pikir dengan permainan tersembunyi yang terancang indah di pikiran adiknya. Setahunya, Ortiz mengincar Rosemary, kendati Javier tidak tahu apakah itu murni sebab cinta, sebab bisnis, atau sebab-sebab lainnya. Marigold bukan perempuan yang penting bagi Ortiz selain hanya menjadi objek permainannya dalam urusan seksual atau sebagai objek agresi atas kemalangan yang Rosemary dan dia sendiri dapatkan. Javier tidak komprehensibel. Namun, dia bisa mengobservasi bahwa relasi Ortiz dan Marigold itu toksik. Lagipula makna "memiliki" bagi Ortiz itu apa?

Ortiz pula terdiam begitu sunyi kendati terlihat ada amarah yang bergejolak.

"Memilikinya untuk menyakitinya karena kau menganggap bahwa Marigold menyakiti Rosemary, begitu? Gadis yang layak dihukum?" adisi Javier, semakin memojokkan. "Tidakkah kau sadar jika keluarga Francise dan Rosemary mencuci otakmu supaya kau membenci Marigold? Mereka mungkin sadar jika kau tertarik pada Marigold, dan jika kalian bersama, itu mengancam Francise. Terlepas dari ketidaktahuan Marigold soal bisnisnya, dia tetap mengancam."

Lagi, Ortiz terdiam konstan.

Marigold menceritakan banyak hal pada Javier, soal keluarganya, soal Rosemary, bahkan soal Ortiz. Meskipun Marigold sebelumnya tidak pernah menyadari alasan eksak tentang gangguan yang terjadi dalam dirinya, tetapi faktanya tiga pihak tersebut merupakan objek besar yang membuat Marigold merasa terbebani. Itu semua jelas. Ada komplikasi besar yang menyakiti hati dan pikirannya, meskipun Marigold yang tulus tetap saja menyisakan ruang afeksi terhadap mereka.

Sebelumnya, saat Javier mengurus Rosemary yang memerlukan terapi fisik dan yang "katanya" memerlukan terapi mental juga, Javier diberikan fakta-fakta soal keberadaan Marigold yang dianggap sebagai ancaman yang berbahaya. Katakanlah, a living monster. Rosemary banyak berkonsultasi bahwa Marigold menyakiti fisik dan mentalnya. Pun keluarganya bersikukuh memojokkan Marigold. Memang benar, Marigold banyak menyakitinya. Hanya saja jika ditilik dan dipertimbangkan ulang, untuk mendeklarasikan bahwa Marigold merupakan penjahat utama bukanlah pilihan yang waras. Faktanya, Marigold bukanlah orang yang menjadi penyebab cacatnya Rosemary. Lebih lucunya lagi Rosemary tidak terdeteksi terkena gangguan mental, sehingga tak pantas baginya menyalahkan Marigold dan melihat saudarinya sebagai monster. Rosemary hanya terancam dengan kembarannya sendiri, dan kebetulan dia memiliki ruang sepenuhnya untuk mengontrol keluarganya.

Lagi, memang benar Marigold banyak menyakiti saudarinya. Javier berkali-kali melihat bukti itu. Namun, setelah mengetahui seluruh detail fakta, Marigold bukanlah penjahat, melainkan korban. Javier menyadari konsepsi defensi Marigold yang membuatnya menjadi seorang maniak untuk melindungi dirinya sendiri, baik dengan menyakiti dirinya sendiri atau orang lain. Marigold mendapatkan banyak pola diskriminasi, cemooh, hinaan, begitupula dengan agresi. Katakanlah, Marigold merupakan pihak yang benar-benar tersakiti. Sayang sekali, orang-orang tetap melihatnya sebagai penjahat utama sebab konsepsi defensi Marigold yang terkesen jahat, dan salah satu orang tersebut adalah Ortiz.

Konklusinya, Francise, Rosemary, dan Ortiz adalah monster yang sebenarnya. Namun, yang pasti, Rosemary Cecilia adalah yang paling jahat.

Javier pula terkekeh saat melihat Ortiz masih terdiam. "Mau tahu satu fakta soal Marigold Anneliese yang menurutmu adalah penjahat?"

Diam. Ortiz terdiam.

"Kau mungkin tahu jika dia pernah ditenggelamkan, bermaksud untuk membunuhnya, tapi itu tidak seberapa. Marigold bercerita jika dia nyaris mendapatkan eutanasia sebelum Rosemary meninggal. Benar, orang-orang depresi kadang-kadang menggaungkan kebohongan ekstrem. Namun, faktanya, orangtuanya sendiri mengaku jika rencana itu pernah ada. Francise, termasuk Rosemary yang mencetuskannya, mendukung aksi itu, dengan alasan ingin menyelamatkan Rosemary. Bayangkan, eutanasia, disaat Rosemary sendiri tidak pernah dicelakai oleh Marigold secara ekstrem dan masif. Kaupikir siapa yang jahat di sini?"

Tahu-tahu Ortiz membalas. "Aku tidak sedang berusaha untuk menyakiti Marigold. Sia-sia jika kau berusaha untuk menyudutkanku. Aku mencintai Marigold."

Javier mengangkat alis. Tidak percaya. "Aku tidak peduli soal itu. Namun, jika faktanya kau berbohong, dan faktanya kau masih menyakiti Marigold, kau hanya harus mengingat impak besar yang akan kauterima, dia akan sepenuhnya membencimu atau sepenuhnya mati."

Ortiz menggumamkan diksi kotor. "Jangan mencampuri urusanㅡ"

"Dulu, kau banyak menghukumnya, membencinya begitu kuat, menganggap bahwa Marigold Anneliese layak mendapatkan itu karena kejahatannya pada Rosemary. Namun, bisakah kau berpikir sedikit waras bahwa kau tidak komprehensibel atas masalah mereka? Rosemary itu tidak sebaik yang kaupikirkan, dan Marigold itu tidak sejahat yang kaupikirkan. Kau tidak memahami mereka."

Menolak asumsi, Ortiz merepetisi diktumnya, "Jangan sok paham. Kau juga tidak komprehensibel atas pemikiranku saat ini."

Sementara, Javier Ortiz mulai tertawa puas. "Sungguh, caramu menjawab benar-benar memperlihatkan seberapa busuknya dan gobloknya dirimu."

Ortiz refleks berdiri penuh agresi. Javier yang begitu tenang dan cerdik sangat mahir mempermainkan Ortiz. Pria sulung itu terlalu ekspert dalam hal memberi gertakan halus untuk membuat Ortiz merasa sangat bersalah hingga kesulitan merespon dengan cara yang cerdik. Baik mengetahui ceritanya atau tidak, Javier terlalu ahli memaksa pelan orang-orang untuk memberikan eksplikasi yang sesungguhnya. Dia bisa berpura-pura seolah tahu akan suatu isu, padahal itu dilakukan hanya untuk memancing.

Namun, seluruh kekacauan ini dipaksa untuk terjeda. Ortiz yang berdiri penuh amarah tidak benar-benar bisa melanjutkan agresinya. Dia bisa saja mengutuk gila kakaknya sendiri atau kembali melakukan trik pengancaman seperti biasanya karena telah berani mencampuri urusannya. Sial sekali dia dan bahkan Javier terinterupsi secara kompak sebab suara bising di luar.

Kolam. Gemercik air. Bencana.

Karena itu, secara kompak keduanya menuju pada pusat interupsi. Javier Romano mulai berpikiran negatif dan berpikir jika seluruh asumsinya benar, sementara Ortiz Romano mulai berpikir bahwa momentum seperti ini akan membuatnya berakhir. Saat sampai di tempat kejadian, saat itu Ortiz merasa panik hebat dan merasa sangat terancam hingga mendadak kaku, Javier-lah yang dengan sigap membawa Marigold keluar dari sana sebab dia melihat ada yang tidak beres dari perempuan tersebut.

Marigold jelas seolah tengah menenggelamkan diri secara tidak sadar. Atau, barangkali pikirannya memproyeksikan kejadian traumatis saat keluarganya atau Ortiz sengaja melemparkan perempuan itu ke dalam kolam, menimbulkan ketakutan bertingkat, meneror otaknya sendiri, hingga akhirnya bisa seperti itu.

Matanya tidak memejam, melainkan terbuka memamerkan netra karamel cantiknya. Satu, dua, atau tiga kali dia mengedip dengan motion pelan seperti robot kecerdasan artifisial. Biasanya Ortiz tidak mengganggu Marigold dalam keadaan ini. Javier pula menyadari responsibilitasnya untuk tidak mengganggu Marigold sebab dia menyadari kesalahan besar di sini. Meski bodohnya Ortiz yang bersentral pada agresi aneh terlalu terburu-buru hendak mengangkat tubuh Marigold demi mengembalikannya ke kamar, mengangkatnya terlalu kasar, hingga Marigold terganggu.

Ortiz membatalkan niatnya, dan kembali menjatuhkan tubuh Marigold. Dia berbisik. "Marigold, kau tidur berjalan lagi." Ortiz bersuara pelan, berlagak ingin menenangkan kendati pada umumnya Marigold masih sepenuhnya kosong. Agaknya Ortiz berusaha memberikan eksplikasi singkat sebelum Marigold menerka yang tidak-tidak. Misalnya, Marigold mungkin akan berpikir jika Ortiz-lah yang membuatnya seperti itu.

Javier pula refleks melirik Ortiz. Heran.

Lagi?

Beberapa saat tidak ada perubahan hingga situasinya konstan sunyi selama itu. Namun, tidak pada hitungan dua menit selanjutnya, situasi berubah. Marigold sepertinya sudah selesai dengan segala observasinya. Perempuan tersebut menatap Ortiz, dan tahu-tahu dia menyimpulkan kesimpulan negatif. Marigold memberikan agresi, mencoba lepas dari tangan-tangan Ortiz, kendati gagal. Napas perempuan tersebut kembali lolos begitu tidak tenang seolah terserang penyakit pernapasan, karamelnya semakin buram oleh air mata dengan pupil yang terkesan bergetar. Dia bergumam panik dan cemas, "Kolam. Kolam. Kolam. Kenapa tubuhku basah?"

"Anneliese, Sayang, tenang, tenang." Ortiz merespon dengan lakon penuh cintanya.

Fluktuasi menguasai jantung, napas cepat dengan mudahnya bertransformasi menjadi basis tangisan, pun perempuan tersebut masih terus menggumamkan diksi yang sama seperti sebelumnya. Kolam. Rasa takut menghantui, terlebih Marigold pribadi tidak tahu situasi yang sebenarnya. Namun, satu-satunya hal yang Marigold ketahui adalah dia berpikir jika Ortiz menyakitinya lagi. Sebab satu hal yang menghantui pikiran Marigold adalah "ketertarikan Ortiz untuk menyakitinya". Akhirnya, agresinya meningkat dengan pertanyaan yang terbang bebas, "Kenapa melakukan ini lagi, Ortiz?" Nadanya menggambarkan keterdesakan, ketakutan, rasa muak, berikut kecewa. "Aku telah menjadi Rosemary. Kenapa aku dihukum?"

Satu hal, Ortiz mengumpat dalam hati.

Sial sekali, ada Javier.

Tidak mungkin bagi Marigold merekayasa semua ini. Tuhan seolah ingin memberikan kesempatan untuk Marigold pergi dari Ortiz supaya Ortiz melakukan kontemplasi hebat atas tindakan gegabahnya dan supaya Marigold bisa sembuh.

Ortiz menggeleng. Secara natural, pria itu menolak asumsi, menyatakan diri bahwa dia tidak bersalah atas insiden ini, hingga berusaha menggapai tangan Marigod untuk digenggam. Namun, riskan, Marigold berada dalam puncak krisis. Marigold berteriak hebat hingga menendangi udara kosong melompong ataupun Ortiz sendiri. Membuat Ortiz goyah, Marigold menyeret diri ke sekitar kursi.

Maka benar, Ortiz finis.

Sementara itu, akhirnya Javier Romano berhasil menyimpulkan banyak hal negatif di sini. Pria tersebut melirik Ortiz, meloloskan banyak kebencian hebat. Tidak peduli dengan protasis lanjutan, Javier Ortiz mengaksentuasikan vokalnya sendiri tatkala merapalkan asma Ortiz. Memanggil tegas tanpa meninggikan suara, itu sudah cukup untuk meloloskan tensi amarah. Di hadapan, Ortiz pribadi seperti terkena denervasi. Ortiz abai pada suara Javier yang menggambarkan ancaman besar, melainkan memilih memerhatikan figur Marigold yang bersimpuh ketakutan seraya menangis, bersitatap sejemang, hingga perempuan tersebut pergi ke dalam rumah dengan tujuan yang entah kemana.

Javier pula mendengus dongkol. Sesuai intuisi hati, harusnya dia membuat adiknya babak belur. Namun, alih-alih melakukan itu, Javier yang terlanjur muak hanya berminat memberikan kesimpulan final saja. "Jangan pernah memunculkan wajah goblokmu lagi di depannya jika pikiranmu hanya mengimajinasikannya sebagai Rosemary. Sejak awal kau tidak menyadari jika kau menyukai Marigold Anneliese yang sesungguhnya, maka kuharap kau tidak akan pernah sadar. Semuanya sudah berakhir."

Rosemary. Marigold.

Ortiz mulai kalap.

Saat Javier beralih pergi hendak mengambil klaim sementara atas Marigold, Ortiz yang belum menyerah malah memaksa Javier untuk tinggal sebab pria itu tahu-tahu merosot untuk bersimpuh secara dramatis. Rahang Javier mengeras, semakin muak atas segala dasar pikiran goblok yang eksis di pikiran adiknya, tetapi dia mencoba untuk memerhatikannya secara seksama. Mustahil bagi seorang Ortiz Romano bersimpuh tolol seperti ini hingga itu menarik atensi Javier untuk tinggal sejemang. Hingga finalnya semuanya masuk akal setelah dia dapati pengakuan gila dari adiknya. Sebab Ortiz mengatakan, keluar dengan nada begitu rendah seolah tiba-tiba melakukan taubat dadakan, bahwa, "Marigold mengalami pregnansi. Jangan pernah sekalipun untuk mengambil Marigold dan anak itu dariku."

Gila, bukan?

Seratus persen gila.

Ada kalanya Javier bingung atas seluruh hal yang dipikirkan Ortiz. Jika pria tersebut menginginkan Rosemary, harusnya sejak lama dia menunjukkan keseriusan pada perempuan tersebut, walaupun sebenarnya Ortiz tahu jika rasa cinta Ortiz pada Rosemary hanya sebatas "hasil cuci otak".

Ortiz bisa berpikir bebas jika Marigold adalah Rosemary. Namun, Ortiz tidak akan pernah tahu perasaan internal Marigold. Terlebih jika perempuan itu menyadari jika dia mengalami pregnansi pada tubuhnya sendiri sementara dirinya diklaim sebagai Rosemary. Bukan hanya menjadi pengganti, tetapi entah-entah rasanya Marigold seperti menjadi penitipan barang. Lebih jahat, rasanya seperti mengekploitasi. Kendati belum pasti juga jika Ortiz berkata benar soal pregnansi.

Tanpa mau memperpanjang segmen debat, Javier pribadi hanya memberikan satu kesimpulan, atau katakanlah kesepakatan umum. Tensi muaknya akan lebih meningkat jika dia harus lebih banyak mendengarkan. "Jangan pernah berharap untuk mendapatkan kesempatan lagi."

dramatis banget dih.

recopedia:

eutanasia: tindakan atau praktik mengakhiri hidup seseorang dengan tanpa menimbulkan rasa sakit yang berlebihan.

Sampai jumpa di bagian selanjutnya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top