CHAPTER 06
Saat Marigold menyambangi keluarga Francise, Marigold selalu semakin menyadari jika dia memang tak dibutuhkan atau dicintai. Katanya, keluarga adalah rumah yang paling hangat, tapi tidak dengan keluarganya sendiri.
Andai saja dulu Marigold juga ikut mati setelah dia tahu Rosemary meninggal.
Andai saja.
"Tidak ada yang menyayangimu, Marigold. You're too innocent and stupid if you think the whole family loves you."
Rentetan hela napas menjamu atmosfer tatkala satu memori muncul dalam memori yang bodohnya masih menyimpan data tolol seperti itu. Daya vitalitas Marigold berada dalam level yang semakin terancam sehingga dia seperti itu. Melihat dia duduk di depan keluarganya sebagai Rosemary, tiba-tiba memori itu muncul begitu saja, seolah saudarinya itu ingin ikut merundungnya.
Marigold memandang seluruh anggota keluarga, meski sebenarnya dia lebih banyak terdiam tolol menatap makanannya sendiri yang sudah nyaris habis. Seperti biasa, seperti sudah menjadi reaksi alamiah, Marigold seolah tidak kapabel mendengarkan apapun. Atau, pada dasarnya dia mencoba untuk tidak menerima sensor suara di mana orang-orang memujinya sebagai Rosemary. Dia membuat telinganya seolah malfungsi.
Selama di situ, perempuan itu menghitung banyak angkaㅡsatuan, belasan, hingga puluhan. Itu cara yang efektif untuk membuat Marigold tetap mengenal identitasnya sendiri dan membuat dirinya tetap waras. Dia tidak harus terbawa suasana sepenuhnya hingga membuat dirinya percaya jika dia adalah Rosemary Cecilia. Meski tetap saja sekali atau dua kali dia bertanya-tanya mengenai satu hal: apa mungkin yang meninggal itu Marigold dan aku adalah Rosemary? Pemikiran aneh, tapi Marigold selalu terperangkap dengan pikiran toksiknya sendiri.
"It is final that in three months, Rosemary Cecilia will be announced as the heir to this family company. The investors love her so much and we can't hide her anymore."
Keluarga bajingan.
Sebenarnya sejak dulu, Rosemary Cecilia sudah dikenal sebagai penerus bisnis. Namun, semenjak rumor meninggalnya Rosemary, investor mulai mempertanyakan tentang siapa yang sebenarnya meninggal, apalagi seluruh orang keluarga bungkam atau berkata bahwa Marigold yang sebenarnya meninggal atau berkata bahwa tidak ada anak yang meninggal. Jika Marigold yang meninggal, itu tidak akan dipermasalahkan. Orang-orang tidak peduli dengan gadis tersebut. Tetapi jika Rosemary yang meninggal, itu masalah besar karena dia memang memiliki prospek bagus sebagai wajah utama bisnis. Namun, kini, seperti inilah konklusinya, fakta soal meninggalnya Rosemary diperkuat dan diubah bahwa sebenarnya Marigold yang mati dan Rosemary kembali muncul ke publik. Itu menyakiti Marigold, sungguh.
Harusnya Marigold Anneliese tahu. Memiliki kembaran tidak sepenuhnya menyenangkan, kadangkala kembaran hadir hanya sebagai cadangan. Mengingat Rosemary lebih dulu hadir, itu masuk akal.
Dua puluh menit adalah waktu yang cukup ringkas untuk sampai di apartemen. Selama itu pula Marigold mencoba tenang. Perempuan itu mengkhalasi oksigen berkali-kali dengan pikiran liar soal dirinya yang akhirnya bisa melarikan diri dan membangun kehidupan yang dia mau.
"Pergilah. Ini sudah sampai."
"Saya akan pergi saat Nona sudah masuk," sahut Sir John.
"Sekali ini saja. Aku benar-benar akan masuk dan beristirahat. Pergilah."
Seperti biasa, kendati Marigold bukan orang penting, tetapi orang-orang rumah seperti supir atau pelayan takut pada perempuan itu sebab Marigold memang keras dan suka menyakiti, bahkan hanya dengan nada suaranya. Belum lagi, dulu ada insiden di mana Marigold sempat tidak sengaja berbuat kasar pada seorang pelayan rumah hingga pelayan itu dirawat selama tiga hari. Alhasil Sir John pergi sementara Marigold mengambil satu hingga dua menit untuk terdiam di depan pintu.
Marigold menekan beberapa digit kunci setelahnya. Namun, ketika pikiran kecilnya yang tolol memerlukan kondisi tenang, Marigold dibuat menguar napas kasar berbarengan dengan perasaan yang melankolis. Di saat itu, masalah datang bertubi-tubi, dan kini masalah itu berasal dari Ortiz Roman, pria itu ternyata sudah ada di dalam apartemennya.
Benar. Marigold berupaya kecil dalam menghindari Ortiz hingga tidak sempat untuk mengganti kunci apartemen. Dari mulai kedatangan Bibi Daphne, dan selanjutnya, dia kelupaan.
Terlihat jika pria itu nampak penuh amarah. Marigold mengenal Ortiz dan seluruh ekspresinya. Tapi tidak lama kemudian, citra ekspresi marah itu berubah. Terdengar sulit dijelaskan, tapi memang ada dua ekspresi marah yang berbeda, dan yang satu ini, dia sedang tidak marah pada Marigold.
Ortiz Romano menarik kursi roda untuk masuk ke apartemen dan menutup pintu. Dia berlutut, meraih dagu kecil Marigold, dan membawa perempuan itu untuk bersitatap. "Seberapa jauh, My Anneliese?" tanyanya.
"Far enough that you may freely see me as Rosemary Cecilia. You may seek forgiveness from my family, show them proof of your change, and marry me as Rosemary."
Ortiz Romano menggeleng. Memperlihatkan kepada Marigold jika dia tidak suka jawaban itu.
"Dan kini kau dapat jawaban jelas tentang mengapa aku meragukan segala hal, termasuk soal dirimu," tambah Marigold.
Ortiz akui, hari ini dia datang untuk menghakimi Marigold sebab ketidaksukaan dan kecemburuannya yang eksesif sebab mahasiswa Scheiffer itu. Dia ingin membuat Marigold paham bahwa dia serius menyayangi Marigold. Namun melihat kondisi ini, itu tidak penting lagi. Marigold memang pernah menyinggung soal dirinya yang dijadikan seperti Rosemary oleh keluarganya, tapi Ortiz tidak pernah berpikir jika Marigold mesti menjadi lumpuh seperti ini.
Itu di luar nalar.
"Apa mereka juga menyuruhmu untuk pura-pura tidak mendengar?"
Marigold tersenyum kendati sulit sebab ia bervibrasi eksesif karena rasa muak dan tertekannya keluar begitu masif. "Bagus, kau sangat mengenal kekasihmu."
"Marigold, Fiore, jangan memulai itu lagi."
"Don't call me Fiore! Don't address me as you address her!"
"My Anneliese."
Setelahnya, Marigold berbicara patah-patah sebab desakan tangisan. Dia tidak menahan dirinya sendiri. "Haruskah aku mencelakakan diriku sendiri sehingga aku lumpuh, tidak bisa mendengar, lantas hilang ingatan sehingga orang lain bisa dengan mudahnya membuatku percaya bahwa aku adalah Rosemary Sia?" Marigold mengawalinya dengan itu. Jeda sedetik, dia lanjut kendati dia tahu bahwa Ortiz nyaris berbicara, "Sekarang kau sepenuhnya tahu, kau pula bebas dan berhak untuk memanggilku sebagai Rosemary. Tidak perlu berpura-pura melihatku sebagai Marigold jika hatimu tidak ingin. Marigold Anneliese tidak ada harga dan nilainya di dunia ini, jadi apa gunanya?"
"My Anneliese." Ortiz Romano kembali memanggil, sekedar menenangkannya sejenak.
"Jangan membuatku berharap. Aku yakin bahwa di dalam hati kau memanggilku Rosemary, apalagi dalam kondisi seperti ini. You do see me as her."
Ekspresi Ortiz semakin menajam. Dia tidak pandai mengontrol dirinya sendiri. "Tidak pernah seperti itu. Kau adalah Marigold Anneliese, dan aku melihatmu sebagai itu."
Rupanya, Ortiz Romano kukuh dengan keyakinannya sendiri. Seluruh kalimat-kalimat Marigold adalah omong kosong besar baginya sehingga dia tidak peduli. Bagi Ortiz, Marigold yang terlampau pasrah terhadap kejahatan keluarganya malah akan semakin menuntun Marigold sendiri pada problematika lain yang lebih besar, dan Ortiz tidak suka itu.
Ortiz mengangkat badan Marigold tanpa izin. Persis saat badan kecil perempuan tersebut sudah dalam pengawasan tangan maskulin Ortiz, secara sengaja Ortiz mendorong kursi roda itu secara acak dengan kakinya hingga menabrak tembok. Seandainya bisa, mungkin dia akan membuang benda itu jauh-jauh sebab Marigold memang tidak memerlukannya. Sayangnya dia tidak bisa gegabah begitu saja. Membuang properti semacam itu mungkin bisa membahayakan Marigold. Sebab satu hal yang dia tahu, keluarga Francise sama gilanya dengannya.
Marigold jatuh terduduk di sofa dengan pikiran kosong melompong, sementara pria Romano itu mendatangi pantry hanya untuk sekadar mengambil air untuk Marigold. Detik itu pula, Ortiz mendapatkan konklusi baru. Ortiz tidak tahu tentang apa saja yang dilakukan keluarga Marigold selama setahun belakangan ini, tidak tahu apapun yang didapatkan Marigold selama gadis tersebut benar-benar hilang dari pengawasannya. Namun, yang pasti, Ortiz menebak bahwa itu adalah hal buruk. Perempuan itu sepertinya berusaha untuk didoktrin, tapi tidak cukup berhasil. Hal apapun yang membuat Marigold dibiarkan kembali menjadi Marigold mungkin karena adanya perjanjian tersendiri.
Begini, alasan cuti kuliah hanya karena bosan sangatlah tidak masuk akal, bukan?
"Minum ini, Anneliese." Intruksi sederhana itu menggema mengusir kesunyian.
Dalam satu sekon, Marigold melirik Ortiz dan gelas kristal secara bergantian. "Tidak diberikan obat, kan?"
"Tidak. Kenapa begitu?"
Marigold tidak langsung menjawab selain lebih dahulu meneguk beberapa teguk air. Dia diam merasakan rasa segar beberapa detik, lantas membalas inkuiri pendek tadi. "Aku tidak tahu alasan kau datang ke sini, tetapi tadi, di awal, aku pikir kau sangat marah padaku." Marigold berhenti sejemang hanya untuk minum. "You drug me when you're mad at me."
Ortiz menggeleng. Dia tidak segila dan setolol itu sekarang. Toh, amarah acaknya secara mendadak lenyap sebab kondisi Marigold yang sedang tidak baik. Kalaupun tengah ada rasa marah, dia tidak memikirkan opsi hukuman aneh itu.
Ortiz yang sedari tadi berdiri lantas duduk tepat di samping Marigold. Dia memerhatikan perempuan itu setidaknya nyaris penuh satu menit selama Marigold sendiri menghabiskan air minumnya pelan-pelan. Memang, Marigold kini seperti Rosemary, terutama dandanan dan pakaiannya. Dua saudari itu kembar, tetapi memiliki ciri khas penampilan yang kontras, apalagi jika dibandingkan dengan penampilan baru Marigold yang kini selalu memakai pakaian hitam. Sangat berbeda. Namun, Ortiz Romano mampu menangkal keimbesilannya. Dia mengenal Marigold lebih dari apapun. Namun, memang, tidak semestinya orang lain sadar jika perempuan ini bukanlah Rosemary.
Marigold menyimpan gelasnya hingga menimbulkan suara kecil yang membuat Ortiz mengambil porsi kesadarannya. Perempuan itu meliriknya begitu dalam, tapi tidak lama karena dia segera fokus melenyapkan penampilan Rosemary-nya hingga tidak masalah untuk sedikit telanjang di depan pria itu. "Itu baju santaimu, Ortiz. Mau menginap?"
Yah, ajaibnya, Ortiz Romano pandai menenangkan Marigold. Anehnya.
"Ya, dan aku tidak akan meminta izin."
Marigold menyela. "Seperti biasa," balasnya. "Tidakkah kau lupa jika segala profesimu itu memiliki banyak tanggungjawab yang harus kauperhatikan?"
"Aku punya banyak waktu luang untuk berada di sini, kenapa tidak?"
Marigold menggeleng. Dia mengekhalasi udara pelan seraya duduk, memeluk Ortiz tanpa izin, dan menempatkan kepalanya pada torso tersebut. Dan tiba-tiba, dia kembali sedikit kebingungan. "I think I need someone to encourage me," sahut Marigold berbisik. "Aku Marigold Anneliese, dan kau melihatku sebagai itu, kan?"
"Your My Anneliese, Marigold Anneliese."
"Benarkah?"
Sementara tangan kanannya merengkuh pinggang Marigold, tangan kirinya mulai membelai rambut pirang perempuan itu. Sesekali penghidunya menciumi raksi harum surai Marigold. "Aku pernah menyukai Rosemary. Sebentar, tidak lama sebab saudarinya lebih-lebih atraktif."
How disgrace.
"Kau tidak loyal."
"Padanya, bukan padamu."
"Bagaimana bisa kau mencintaiku sementara kau memperlakukanku seperti perempuan geladak dan sampah, Ortiz?"
"I'm sorry."
Marigold mendongak. "Dan aku yakin kau tidak mau memberitahukan alasan-alasan konyolmu padaku. Or you just love to hurt a helpless girl?"
"Untuk sekarang, tidak," balas Ortiz tegas, jelas bahwa Marigold tidak perlu susah payah mendesaknya untuk memberitahukan alasan tersebut. Ortiz egois seperti biasanya, dan Marigold selalu terbiasa dengan itu kendati sangat memuakkan.
Marigold mengatupkan bibirnya. Lagi, dia memilih menutup matanya yang baru saja ditatap secara lembut oleh Ortiz. Mungkin, tidak terlalu memikirkan alasan rahasia itu lebih baik daripada memikirkannya secara direk. Sama halnya dengan upaya Marigold untuk menjauhi Ortiz. Itu sia-sia. Ortiz pasti akan memberitahukan basisnya suatu hari nanti atau mungkin Marigold akan tahu dengan sendirinya.
"Ingin jus stroberi?"
"Kenapa?"
"Untuk merasa lebih tenang. Kau suka itu," ujar Ortiz.
Marigold berdeham, tetapi dengan nada tanpa spirit. "Benar. Tapi karena itu kesukaan Rosemary, aku tidak mau. Aku membuang banyak hal yang membuatku sama seperti Rosemary."
"Lantas kini?"
"Apel. Tapi aku kehabisan apel di refrigerator."
"Ada supermarket di depan. Aku akan membeliㅡ"
Marigold menyela dengan penolakan. "Tidak perlu. Aku mau mandi dan tidur. Kau tahu, menghadapi keluarga Francise menghabiskan lebih banyak energi dibanding bersanggama denganmu." Ortiz terkekeh karena itu.
Setelahnya, dengan suara pelan, nyaris canggung dan tidak ikhlas, Marigold rupanya hendak mengakhiri segmen konversasi dengan sederhana sebelum dia pergi mandi dan tidur. "Malam, Ortiz Romano," katanya.
Ortiz terkekeh kembali, menanggapi penutup itu layaknya guyon. "Biasanya tidak sesingkat itu."
Marigold mendelik. Ortiz benar-benar mengenal, memahami, dan mengingat detail relasi aneh mereka. "Biasanya aku merasa seperti dipermalukan. Kau abai dan pergi meninggalkanku tidur sendirian, biasanya seperti itu. Kepercayaan diriku nol, jangan lupa itu."
"Maaf, Anneliese," katanya. "Kita lakukan itu setelah kau mandi."
"Percaya diri sekali kalau aku akan menawarkannya," ejek Marigold, terkekeh.
Tidak, bukan bercinta.
"You always asked me to kiss gently before going to bed, My Anneliese."
"Fuck that habit. I don't trust you." Dia segera pergi ke kamar mandi.
Namun, yang pasti, Ortiz Romano tetaplah orang yang egois dan seenaknya. Pria itu sudah mandi sebelumnya, jadi dia bisa mencegat Marigold. Saat Marigold selesai dengan segala aktivitasnya dan hendak tenggelam dalam tempat tidur putihnya, Ortiz segera merengkuh Marigold dan menciumnya lembut-lembut hingga Marigold lupa diri. Untuk beberapa saat sebelum tidur, mereka benar-benar hanya berciuman, tenggelam pada perasaan-perasaan menggelitik yang terasa sangat manis.
Dan Marigold Anneliese bersumpah, tidak pernah terpikirkan di otaknya jika sosok Ortiz Romano akan seperti itu.
marigold banyak tingkah, ya. dikit-dikit ngelawan, dikit-dikit sok sengsara, dikit-dikit nurut. TT. semakin paham, kan, sama wataknya hiks. karena situasi dan tekanan juga, sih.
sejauh iniㅡ
ortiz marigold atau ajax marigold? hayo.
Sampai jumpa di bagian selanjutnya!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top