01. ChitChat
Twit... twit...
Notifikasi dari sebuah aplikasi beberapa kali berbunyi di kala sibuknya lalu lalang pembeli di sebuah restoran seafood tengah kota. Saat itu adalah jam makan siang. Para pelanggan yang kebanyakan orang kantoran tampak antre memesan menu favorit mereka.
Seorang gadis terlihat kewalahan. Meskipun sedang diterpa kesibukan, ekor matanya tak berhenti menyorot ponsel yang ia letakkan di atas lemari pendingin. Ia sudah menantikan seseorang membalas pesannya dari sebuah aplikasi yang akhir-akhir ini trend di kalangan anak muda.
"Hyun-ah, cepat antarkan makanan ke meja nomor 3! Apa yang sedang kau lamunkan?"
"Iya, Ibu!"
Dengan tergesa-gesa, gadis itu pergi membawa baki berisi dua mangkuk jjampong lengkap dengan dua botol air mineral.
Waktu berlalu begitu cepat. Ketika jam makan siang berakhir, restoran seketika sepi. Gadis itu pada akhirnya dapat menghirup udara segar sembari mengelap keringat yang menetes dari keningnya. Buru-buru ia ambil ponselnya dan ia intip pop-up notifikasi.
"Wah, dia mengirim pesan satu jam yang lalu. Aku bahkan tidak sempat membalasnya," ujarnya dengan nada kecewa.
"Sohyun, tolong buangkan ini ke tempat sampah. Setelah itu, bantu antarkan pesanan ini ke alamat yang ibu tuliskan di atas kertas."
Gadis bernama Sohyun itu langsung menutup ponselnya. Ia abakaikan sementara kegiatannya dan segera membereskan pekerjaan yang tersisa. Begitulah kesehariannya selama menjadi pengagguran.
Sohyun hanya lulusan sekolah menengah atas. Meskipun dia murid yang tergolong berprestasi, kondisi ekonomi keluarga tidak memungkinkan dirinya untuk melanjutkan kuliah. Kini sudah genap dua tahun sejak ia memutuskan untuk membantu ibunya menjalankan bisnis restoran kecil-kecilan. Dan benar saja, berkat bantuan Sohyun, restoran bernama KIM'S KITCHEN itu semakin hari semakin ramai.
Dengan kecanggihan teknologi, Sohyun memperluas cakupan bisnis ibunya dengan menambahkan fitur pesan dan antar online makanan. Ia juga mempromosikan restorannya dengan akun instagram yang kini memiliki kurang lebih 2.000 followers.
Dan saat ini, Sohyun harus mengantarkan pesanan ke sebuah apartemen elit terkenal di wilayah Gangnam. Meskipun dengan tampilan sederhana dan cenderung kurang rapi, Sohyun sama sekali tidak malu. Hanya saja, satu yang membuat mentalnya lemah.
"Sohyun? Kim Sohyun, benar kan?"
Begitu pelanggan yang memesan online makanannya muncul di lobby, Sohyun seketika terkesiap. Ia terkejut dan juga mendadak kehilangan rasa percaya diri. Pandangannya kini terfokus ke lantai, ia tertunduk lemas sambil menyerahkan pesanan.
"Jadi kau masih bekerja di restoran kecil itu?"
Sohyun mengangguk tanpa sepatah kata. Pelanggan itu adalah seorang gadis sepantaran, yang merupakan mantan teman sekelas Sohyun di SMA.
"Sooin, kenapa lama sekali? Aku lapar...."
Jantung Sohyun makin berdegup kencang saat ia mendengar suara lain yang begitu familiar.
"Oh, Sohyun? Wah, sungguh kebetulan!" sorak gadis yang baru datang itu. "Ewh, baunya sungguh nggak berubah." Ujarnya sambil mengibaskan tangan di depan hidung.
"Yebin-ah, jangan terlalu kasar," sahut Sooin.
"Apanya yang kasar? Semua teman sekolah kita tahu kalau Sohyun itu selalu bau amis kemana-mana. Makanya dia tidak punya teman, kan."
"Permisi, semua totalnya 20.000 won." Sohyun menyela dengan menyodorkan nota.
Sooin melirik nota tersebut. Keningnya mengernyit dengan ekspresi wajah yang terganggu.
"Siapa yang memesan mandu dengan isian udang? Bukankah aku tadi minta dengan isian ikan?"
"Uh, maaf. Tapi, benar kok, pesanan yang masuk adalah mandu dengan isian udang."
"Yang memesan kau atau aku? Ini jelas-jelas tidak sesuai permintaan. Aku tidak akan membelinya!"
"Tapi...."
Sohyun menghela napas pendek. Tangannya menggenggam kuat untuk meredam emosi. Tidak ada gunanya berdebat dengan anak manja seperti mereka. Mereka hanya tau cara merepotkan orang lain dan mereka tidak punya simpati. Sohyun akhirnya mengambil pesanan yang tidak jadi dibeli itu. Namun, belum sampai ia raih, kantong makanannya jatuh dan isinya berserakan di atas lantai. Seketika, kejadian tersebut menjadi tontonan publik.
"Bukan begini caranya. Kalau kau tidak suka aku membatalkan pesanan, kau tidak perlu melemparkannya ke lantai seperti itu."
Sohyun terperangah mendengar apa yang keluar dari mulut Sooin. Seluruh pasang mata kini tertuju padanya.
"Ya ampun, padahal Sooin sudah berbaik hati mau membantu bisnis mantan teman sekolahnya. Tapi lihat apa yang terjadi? Hanya karena pesanan tidak sesuai dan ia mengembalikan pesanan, kau memperlakukannya seperti ini." Yebin menyulut api. Kedua tangannya sambil sibuk seolah-olah tengah membersihkan sisa makanan yang terciprat ke pakaian Sooin.
Sohyun tersenyum miris. Sial, dirinya terpojok. Ia benci situasi ini dan rasanya ingin kabur secepatnya. Di saat orang-orang mulai berbisik-bisik membicarakan soal kejadian itu, seseorang datang dan membantu membereskan kekacauan.
"Permisi, Nona-nona. Tapi kalian lah yang menjatuhkan makanan itu ke lantai. Aku adalah saksinya."
"Hei, kalau tidak punya bukti, jangan menuduh sembarangan!" Yebin berteriak.
"Bukti? Jadi kau mau aku menunjukkan rekaman video ini ke seluruh orang yang ada di lobby?" Ancam orang itu sambil mengangkat ponselnya ke depan muka. "Atau bagaimana dengan rekaman CCTV? Lihat... di sana ada, di sana juga ada."
"Shit. Sooin, ayo kita pergi dari sini," bisik Yebin. Alih-alih membalas ajakannya, Sooin langsung meninggalkan tempat tanpa basa-basi dan tanpa menunggu Yebin di belakang. Ia tampak kesal.
"Dasar pecundang!" umpat seorang laki-laki yang baru saja datang bak pahlawan kesiangan.
"Hey, kau baik-baik saja?" Laki-laki itu terus memperhatikan Sohyun yang memunguti dan membersihkan sisa makanan di lantai. "Orang kaya selalu begitu kan? Mereka sombong dan seenaknya," lanjutnya tanpa menunggu respons dari Sohyun.
Orang-orang yang tadinya berkerumun, satu per satu mulai bubar. Kini tinggal mereka berdua di tengah lobby.
"Terima kasih bantuannya, saya harus pergi."
"Hey! Apa?"
Dalam sekejap, Sohyun menghilang. Laki-laki tersebut bahkan merasa heran. Ia membantu dengan tulus, tetapi... Apakah rasa terima kasih saja yang ia dapatkan?
***
Twit... Twit. Sebuah pesan masuk dari aplikasi bernama ChitChat. Aplikasi yang memiliki beberapa juta pengguna dan tengah digandrungi di kalangan remaja muda hingga dewasa. Sebuah aplikasi yang memungkinkan dua orang saling terkoneksi dan menjalin hubungan lebih dalam. Orang-orang biasa menyebutnya sebagai aplikasi kencan. Mungkinkah?
Kalau aku bertemu dengan para pembully itu, aku akan langsung musnahkan mereka semua.
Sohyun tersenyum manis dan sesekali terkekeh mendapat pesan masuk dari pengguna berinisial Kim. Lucu juga. Alasan mengapa pengguna itu hanya menggunakan marganya sebagai username, Sohyun sama sekali tidak paham. Yang jelas, Kim adalah seorang laki-laki yang ia kenal baik selama setahun. Mereka sering mengobrol melalui ChitChat dan bisa dikatakan, mereka sangat akrab seperti saudara. Namun jauh di dalam lubuk hatinya yang terdalam, Sohyun berharap agar ia bisa bertemu dengan Kim suatu hari nanti. Mereka mungkin akan cocok satu sama lain. Membayangkannya saja membuat perut Sohyun tergelitik. Lagi-lagi dia berkhayal. Bagaimana tidak, sejauh ini, belum ada satu pun lelaki yang tertarik pada Sohyun atau yang membuat Sohyun merasa nyaman. Kim adalah yang pertama.
Kim dan Sohyun selalu mengobrol dari pagi hingga sore. Bahkan tak jarang, Kim menemani Sohyun di kala ia tengah sibuk menyiapkan pesanan. Mereka pernah mengirim pesan suara satu sama lain. Dan yang Sohyun tahu, suara Kim sangatlah menawan. Suara dengan nada rendah yang tidak umum dimiliki oleh pria-pria di luar sana.
"Kira-kira seperti apa wajah Kim?" Sohyun bertanya-tanya.
Walaupun mereka sudah cukup mengenal satu sama lain, mereka tidak saling bertukar foto wajah. Uniknya, mereka sama-sama menggunakan foto profil anjing yang lucu. Kim juga tidak pernah memaksa Sohyun untuk mengirimkan fotonya. Mereka saling menjaga privasi dan itu tidak membuat mereka canggung sama sekali.
Kim, apa kau... punya pacar?
"Ah, tidak-tidak! Apa yang aku lakukan?" Sohyun secepatnya ingin menghapus pesan itu, namun belum sempat berhasil beberapa orang karyawan kantoran datang dan mulai memesan makanan. Ya, jam makan siang telah tiba.
Tanpa Sohyun ketahui, pesannya terkirim begitu saja. Dan tak lama kemudian, Kim mengirimkan balasan.
Twit... Twit.
Aku masih single. Kau juga?
***
Tbc
Hi, aku balik lagi. Terakhir ngetik cerita bulan Maret lalu. Wah, udah sekitar 7 bulanan. Sebenernya aku udah nyerah banget ngelanjutin "Love Language". Mungkin karena nggak bakat bikin cerita sad romance😩 Akhirnya dia terbengkalai, dan kalau kalian ngizinin, aku akan unpublish "Love Language" dan menggantikannya dengan cerita yang baru ini.
Untuk sementara, aku belum bisa kenalin cast-nya satu per satu. Nanti kalau cast utama udah pada muncul, baru deh.
Tapi bisa ditebak ya, nanti di sini main casts nya siapa. Baca bab selanjutnya deh hehe. Alurnya masih rahasia. Silakan dinikmati dulu💗
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top