Chapter 5 : Harapan untuk kehidupan yang baru
HAI!HAI!HAI!
Maaf menunggu lama. Ini adalah chapter terakhir dari cerita Our Destiny ini. semoga suka ya. jangan lupa tinggalkan vote dan komennya ; D
Happy reading loveliest !
^OD^
" Apa yang kau inginkan dalam hidupmu,agasshi ?" seorang pemuda bertanya pada seorang gadis di suatu senja.
Gadis itu tersenyum mendengar pertanyaan dari pemuda yang berdiri disampingnya. Matanya terus menatap kearah matahari senja yang akan kembali ke peraduannya. Tiupan angin sore membelai lembut wajah gadis yang kini sedikit termenung mendengar pertanyaan itu.
" Apa yang kuinginkan ?" ulang gadis itu sambil menghela nafas panjang. " Sesuatu yang paling kuinginkan dalam hidup ini hanyalah bisa hidup bahagia bersama orang yang aku cintai. Membangun sebuah pernikahan yang dilandasi cinta dan bukan untuk mengejar sebuah status tinggi dalam masyarakat." Gadis itu kemudian menoleh kearah pemuda yang berdiri disampingnya. Seulas senyum tersungging diwajah cantiknya.
" Tidakkah keinginan itu terdengar seperti sesuatu yang mustahil, doryeonim ?"
Pemuda itu tertawa kecil dan menolehkan wajahnya pada sang gadis. Seulas senyum tersungging diwajah tampannya ketika menatap wajah paling menawan yang pernah dilihatnya.
" Mungkin bagi sebagian besar orang, mendengar harapanmu adalah sesuatu yang mustahil,agasshi. Tapi, menurutku itu bukanlah sesuatu yang mustahil. Karena akupun memimpikan hal itu. hidup dengan orang yang aku cintai."
Pemuda itu kemudian melirik kembali kearah binyeo yang masih ia genggam di dalam tangannya. Tatapan pemuda itu terlihat sedih karena gadis disebelahnya itu menolak binyeo pemberiannya ini beberapa saat yang lalu.
Pandangan pemuda itu kembali beralih dari binyeo yang ada dalam genggamannya, ke arah wajah gadis disebelahnya. Betapa lukisan langit sore saja tidak bisa menandingin kecantikan gadis disebelahnya itu. Di dalam hatinya, pemuda itu berharap bahwa gadis disebelahnya itu akan menemukan kebahagiaan, sekalipun jika ia harus melepas sang gadis untuk menjadi selir dari calon penguasa negeri ini.
^OD^
Hari besar itu tiba. Seorang pemuda tampak gagah mengenakan dalryeongpo miliknya. Pakaian itu melekat dengan pas ditubuhnya. Meskipun pakaian tersebut membuat pemuda itu terlihat gagah, tapi wajahnya memperlihatkan kesedihan yang mendalam.
Pemuda itu berkali – kali menghela nafas panjang, ketika melihat pantulan dirinya di cermin. Pemuda itu merasa bahwa jubah yang dipakainya saat ini memiliki berat berpuluh – puluh ton. Sekali lagi, pemuda itu menghela nafas panjang sebelum akhirnya mengambil topi hitam yang menjadi pasangan dari jubah yang ia kenakan. Topi yang dikenal dengan nama samo, itu kini diletakkannya diatas kepala si pemuda itu.
Begitu selesai mengenakan samo, tiba – tiba pemuda itu mendengar suara dibalik pintu kamarnya. Merasa bahwa itu tanda agar ia segera keluar, pemuda itu bangkit berdiri dari duduknya. Tanpa menoleh lagi, pemuda itu bergegas keluar dari kamarnya. Pemuda itu segera bergabung dengan kedua orangtuanya untuk bersiap menuju rumah calon pengantin perempuannya.
^OD^
Sementara itu, di salah satu rumah seorang menteri. Tampak seorang gadis tengah dirias begitu cantiknya. Wonsam berwarna hijau sudah membalut tubuhnya dengan anggun. Wonsam itu bukan sembarang wonsam, ada sulaman benang berwarna emas pada pakaian tersebut. Sulaman emas itu yang disebut geumbak, adalah tanda resmi bahwa gadis itu telah masuk sebagai anggota dari keluarga kerajaan. Tak lupa, beberapa hiasan sudah menghias kepalanya. Gadis itu tengah duduk diruangannya menunggu jemputan dari istana tiba.
Meskipun pakaian dan riasan wajahnya terlihat indah dan cantik. Awan mendung tampak menghiasi raut wajah gadis itu. Rasa sesak dan sedih begitu kuat menguasai perasaan si gadis. Ia sama sekali tak menginginkan status tinggi yang akan disandangnya sebentar lagi. Gadis itu memikirkan kehidupannya setelah hari ini. Apakah ia akan bahagia ? Atau ia harus terseret dalam kehidupan istana dalam yang kejam ?
Masih dengan pikiran yang terus melayang setelah hari pernikahannya. Gadis itu menghela nafas panjang. Sampai akhirnya, pintu tempat ia menunggu bergeser. Gadis itu menoleh dan menemukan seorang dayang istana masuk ke dalam ruangannya. Dayang wanita itu melangkah mendekati tempat si gadis duduk menunggu. Dayang tersebut membungkuk untuk memberi hormat pada si gadis sebelum mulai berbicara.
" Mama, tandu dari istana telah siap. Anda diminta untuk segera melakukan upacara penjemputan." Ucap dayang tersebut melaporkan.
Gadis itu kembali menghela nafas berat ketika mendengar pemberitahuan dari dayang istana tersebut. Sekali lagi, gadis itu memperhatikan pantulan dirinya di cermin yang berada tepat di depannya. Matanya menatap lekat pantulan wajahnya di cermin itu. Wajah cantiknya terlihat sendu dan penuh kesedihan. Setelah ini, ia tidak bisa melangkah mundur.
Rasa ragu dan ketakutan kini semakin kuat menguasai hati gadis itu. Ingin sekali rasanya ia menolak dan membatalkan segala rangkaian acara hari ini. Ingin sekali rasanya gadis itu berteriak untuk menolak perintah istana yang menyatakan ia harus masuk istana hari ini. Gadis itu ingin melangkah mundur dari semua ini.
Tapi, gadis itu tidak sanggup melakukannya. Jika ia melangkah mundur sekarang, keluarganya akan mendapatkan rasa malu yang akan menghantui sepanjang hidup mereka. Bukan hanya rasa malu, hukuman karena dianggap mempermainkan perintah istana, sudah menunggu gadis itu dan juga keluarga. Gadis itu sama sekali tak memiliki pilihan lain. Seandainya saja waktu bisa diputar, mungkin gadis itu akan menolak keras semua keinginan orangtuanya ini. Tapi, apa daya ia tak bisa melakukannya.
" Mama, anda harus keluar ruangan sekarang juga. Hamba akan membantu anda melangkah menuju tandu yang menjemput anda." Dayang istana itu kembali membuyarkan lamunan gadis itu.
Dibantu dua orang dayang istana, gadis itu melangkah keluar dari ruangan tempat ia menunggu tadi. Mengenakan wonsam berwarna hijau yang sangat cantik, gadis itu melangkah dengan anggun menuju tandu yang menjemputnya. Tanpa menunggu lebih lama lagi, gadis itu berpamitan pada keluarganya untuk segera masuk istana sebagai selir dari Putra Mahkota.
^OD^
Ketika gadis lain tengah bersiap menuju istana, ada seorang gadis lain yang juga akan mengubah status keluarganya di hari ini. Mengenakan hwarot indah yang dibuat oleh penjahit paling berbakat di kota, gadis itu tampak sangat cantik dan anggun. Tidak hanya tubuhnya yang sudah terbalut dengan pakaian cantik, kepala gadis itupun sudah dihiasi berbagai hiasan kepala yang tak kalah indah.
Sebuah hwagwan tampak menjadi hiasan utama yang terpasang megah dikepala gadis itu. Sepasang ap daenggi menggantung dengan indah di sisi depan kepala si gadis. Tidak lupa, doturak daenggi pun menghiasi bagian belakang kepala si gadis. Sang gadis tampak begitu cantik dan anggun dalam balutan pakaian pernikahannya.
Tapi, kecantikan dan keanggunan gadis itu berbanding terbalik dengan ekspresi yang terpasang diwajahnya. Raut wajahnya memancarkan kesedihan, gadis itu tak pernah menyangka bahwa hari ini akan tiba.
Gadis itu terus menundukkan kepalanya selama menunggu. Hatinya terasa sakit sekali mengingat hari penjemputan ini. Tidak ada sepatah katapun yang terucap dari bibir gadis itu sejak tadi. Gadis itu menutup rapat bibirnya dan sama sekali tak ingin membicarakan acara hari ini. Hatinya terlalu sakit.
Sementara ia menunggu di satu ruangan, tiba – tiba saja telinganya menangkap suara keramaian di luar ruangan. Gadis itu yakin, suara keramaian itu adalah rombongan yang akan segera menjemput dirinya. Gadis itu menghela nafas panjang ketika dadanya terasa semakin sesak. Sebentar lagi, statusnya sebagai seorang gadis akan berubah dalam hitungan detik.
Suara pintu yang bergeser membuat gadis itu menolehkan wajahnya. Seorang pelayan rumahnya masuk ke dalam ruangan tempat si gadis menunggu. Pelayan itu tersenyum ketika melihat nona mudanya terlihat sangat cantik hari ini. Pelayan itu kemudian melangkah lebih dekat untuk memberitahu pesan yang harus disampaikan pada sang nona muda.
" Agasshi, para penjemput sudah tiba. Sudah saatnya agasshi keluar untuk melakukan ritualnya." Ucap pelayan itu sambil tersenyum.
Gadis itu hanya menolehkan wajahnya. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya. Kepala berhias hwagwan itu hanya mengangguk untuk menjawab ucapan pelayannya. Sambil menghela nafas panjang, gadis itu akhirnya bangkit berdiri dari duduknya dan bersiap melakukan ritual yang sedang menantinya. Dibantu pelayannya tadi, gadis itu bangkit berdiri dan melangkah keluar dari kamar.
Baru saja gadis itu melangkah keluar dibantu para pelayannya, seorang wanita bangsawan melangkah mendekati gadis itu. Rona bahagia begitu terlihat di wajah wanita bangsawan itu. Tangannya dengan lembut merapikan letak hwagwan dikepala putrinya.
" Agaya,sebentar lagi kau akan mendapatkana status yang baik didalam masyarakat." Gumam sang ibu sambil merapikan kembali hwarot yang dikenakan putrinya.
Gadis itu menatap sang ibu dengan pandangan nanar. Betapa sakit dan kecewanya hati gadis itu. Gadis itu sama sekali tak menanggapi gumaman sang ibu. Tapi, karena rasa sakit hati dan kecewa yang ia rasakan, setetes airmata akhirnya jatuh dari kedua sudut matanya. hal itu membuat sang ibu terkejut.
" Agaya, kenapa kau menangis ? Ah aemi tahu. Kau pasti sangat bahagia karena hari ini akhirnya tiba juga. Bukan begitu ?" tanya sang ibu sambil mengusap lembut airmata yang tadi jatuh di pipi putrinya.
Gadis itu hanya diam sambil menatap tajam sang ibu. Hatinya begitu sakit. Sakit karena sang ibu benar – benar tidak peka terhadap perasaannya. Bahkan kini, ibunya malah sibuk mengungkapkan betapa bahagianya karena kelak gadis itu akan mendapatkan status sebagai bangsawan terhormat dalam masyarakat.
"....aemi tak perlu mengkhawatirkan kehidupanmu lagi. Kau akan hidup berkecukupan. Kau dan anak – anakmu kelak tidak akan merasakan pahitnya kehidupan." Gumam sang ibu sambil kembali membenahi letak dari hwarot yang ia gunakan.
Gadis itu tak tahan. Hatinya kembali seperti ditikam oleh pisau yang begitu tajam. Matanya menatap tajam pada sang ibu. Mata gadis itu benar – benar memperlihatkan kemarahan dan rasa sakit hati yang begitu besar pada sang ibu. Untuk pertama kalinya, dalam hari itu sang gadis akhirnya menyuarakan rasa sakit hatinya di depan sang ibu.
" Eomeonim, kenapa anda begitu kejam bisa tertawa di atas penderitaanku ?"
Tangan wanita bangsawan itu terhenti ketika mendengar pertanyaan dari putrinya. Tatapannya kini terfokus sepenuhnya pada mata putrinya. Belum pernah wanita bangsawan itu mendapatkan tatapan tajam menusuk seperti sekarang dari putrinya. Dahi wanita bangsawan itu mengernyit.
" Apa yang kau bicarakan ini ?"
Gadis itu tak sanggup lagi menahan rasa sakit hatinya. Hari ini, ia ingin melepaskan semua perasaan yang terpendam. Terpendam cukup lama karena rasa hormatnya pada kedua orangtuanya.
" Kenapa ? Kenapa eomeonim dan abeonim menyerahkan aku sebagai selir ?!"
Dahi wanita bangsawan itu semakin mengernyit. Wanita bangsawan itu menatap tak percaya dengan apa yang dibicarakan putrinya itu.
" Mwo ?"
^OD^
Sementara itu, tandu yang membawa sang gadis telah sampai di istana. Begitu tiba di istana, gadis itu segera dibawa untuk menghadap Putri Mahkota. Gadis itu melangkah dengan anggun menuju istana timur. Tempat dimana kediaman Putra dan Putri Mahkota berada. Selama perjalanan menuju istana timur, sesekali mata gadis itu memandang sekelilingnya. Perlu ia akui, setiap sudut dan bangunan yang ada di istana ini sangat indah.
Meskipun segala sesuatunya terlihat indah, entah kenapa gadis itu sudah merasa bahwa istana adalah tempat yang sepi. Baru beberapa menit saja ia tiba dan menginjakkan kakinya di istana, gadis itu sudah merasakan aura kesepian yang ada di istana. Tanpa bisa ia duga, hati gadis itu sudah menggigil lebih dulu karena kesepian.
Gadis berwonsam hijau itu melangkah anggun diiringi dua orang dayang istana yang senior. Gadis itu memberanikan diri untuk mengangkat sedikit wajahnya dan matanya melihat ada seorang wanita cantik tengah menunggunya. Begitu sudah sampai tepat dihadapan wanita yang tadi menunggunya, gadis itu tertegun.
Di depannya seorang wanita istana mengenakan jubah cheokui berwarna birunya. Wanita istana itu tampak sangat cantik dan berwibawa. Kepalanya mengenakan daesu, tanda mutlak bahwa wanita cantik itu adalah sang calon ratu di masa depan.
Gadis itu kemudian berlutut tepat di depan wanita istana itu. Gadis berwonsam itu sama sekali tak berani untuk mengangkat wajahnya di hadapan wanita istana tersebut. meskipun tatapan wanita istana itu terlihat ramah, tapi auranya sebagai seorang wanita istana begitu kuat. Hal tersebut membuat si gadis merasa segan dan hormat.
Wanita yang mengenakan cheokui itu adalah Putri Mahkota Yoon. Ia adalah istri sah dari sang Putra Mahkota. Meskipun ia adalah istri sah dari Putra Mahkota, Putri Mahkota Yoon tak mampu memberikan seorang putra yang kelak akan menjadi calon penerus.
" Segera lakukan penobatan nona muda ini sebagai seorang selir." ucap Putri Mahkota Yoon. Suaranya begitu lembut tapi juga menyiratkan ketegasan dalam dirinya.
Mendengar perintah tersebut, segera saja seorang dayang istana senior mulai membuka perintah pengangkatan selir. Dayang istana senior itu segera membuka gulungan yang berisikan perintah resmi si gadis menjadi seorang keluarga istana.
" Pada hari ini, tepat pada tahun 1610, masa pemerintahan ke delapan dari Raja Wanggyeon. Hari ini Yoon wangsejabin mengangkat nona muda dari keluarga bangsawan Jo sebagai selir dari Putra Mahkota Uigyeong. Atas pengangkatan ini, maka nona muda Jo resmi masuk ke dalam wangsil dengan gelar yangje."
Begitu selesai membacakan perintah masuk ke dalam istana sebagai selir, dayang istana itu menyerahkan gulungan tersebut pada Putri Mahkota Yoon. Putri Mahkota Yoon kemudian tersenyum dan menyodorkan gulungan tersebut pada si gadis yang masih berlutut di depannya. senyum tak pernah lepas dari wajah wanita istana itu.
" Mulai hari ini, Jo yangje kau resmi masuk ke dalam istana. aku berpesan tolong layani seja jeoha sebaik mungkin. tolong diingat pesanku ini, yangje." Ucap Putri Mahkota Yoon dengan lembut.
Si gadis itu mengangguk dan menerima gulungan tersebut sambil membungkuk hormat pada Putri Mahkota Yoon. " Hamba akan mengingat pesan sejabin mama di dalam hati."
^OD^
Sementara itu, pemuda yang sudah mengenakan dalryeongpo tengah berdiri dengan gelisah. Ia sudah menunggu selama tiga puluh menit tapi ia belum juga melihat kehadiran gadis yang akan menjadi istrinya. Pemuda itu berdiri sambil memainkan tangannya. Meskipun hatinya berat untuk menerima pernikahan ini, tapi ada sisi di hatinya yang bertanya – tanya tentang calon istrinya itu.
Akhirnya, setelah menunggu cukup lama, ia melihat ibu mertuanya tersenyum padanya. telinga pemuda itu mendengarkan percakapan antara ibu dan ayah mertuanya. Calon ayah mertua pemuda itu bertanya kenapa istrinya itu lama sekali menengok putri mereka. Berdasarkan percakapan kecil tersebut, pemuda itu mengetahui bahwa terjadi keributan kecil antara sang ibu dengan anaknya.
Sebuah senyum sinis tersungging diwajah pemuda itu ketika mendengar kabar tersebut. Pemuda itu mengira bahwa gadis yang akan ia nikahi adalah gadis yang cukup merepotkan. Bahkan di hari pernikahan seperti ini saja sudah membuat keributan kecil yang membuat pemuda tersebut merasa jengkel.
Pemuda itu kemudian mengangkat wajahnya ketika ia mendengar suara gemerisik di tanah. Matanya menatap takjub sekaligus kaget. Tak jauh dari tempatnya berdiri, pemuda itu melihat gadis cantik yang mengenakan jubah pernikahan mahal, yang dikenal dengan nama hwarot.
Tapi, bukan karena kecantikan dan keindahan dari jubah pernikahan calon istrinya yang membuat pemuda itu kaget. Matanya menangkap wajah cantik yang selalu ini menghiasi mimpi – mimpinya. Hal tersebut mau tak mau membuat pemuda itu memberikan tatapan kaget pada calon istrinya.
Min Ji Hwan benar – benar terkejut bahwa gadis yang akan ia nikahi adalah Hyeri. Atau lebih tepatnya, gadis yang ia nikahi adalah putri dari menteri pajak. Gadis bernama Hyeri yang selalu menghiasi mimpi Ji Hwan selama ini ternyata bermarga Hwang. Saat itu juga, Ji Hwan tak bisa lagi menahan rasa bahagianya. Senyum begitu lebar terlukis diwajah Ji Hwan ketika matanya bertatapan dengan calon istrinya, Hwang Hyeri.
^OD^
Malam itu, begitu selesai dengan segala macam acara pernikahan, Hwang Jo Hyun,tengah bersantai di salah satu ruangan rumahnya. Tuan Hwang ditemani istrinya,Nyonya Myung, yang kini tengah menyeduhkan teh untuk suaminya. Suami – istri itu sedang melepas lelah setelah seharian mengikuti ritual pernikahan putri bungsu mereka.
" Buin, bagaimana bisa Hyeri-ya bisa menyangka kita akan mengirimnya ke istana sebagai selir ?" tanya tuan Hwang di sela – sela menyesap teh yang disediakan sang istri.
Mendengar pertanyaan yang diajukan oleh tuan Hwang, Nyonya Myung mau tak mau menghentikan kegiatannya. Wanita bangsawan itu kemudian terkikik geli mengingat kejadian tersebut. wanita itu kemudian meletakkan poci teh sebelum akhirnya menjelaskan pada suaminya.
" Akupun tidak tahu bagaimana Hyeri bisa berpikiran seperti ini,sobangnim. Tapi yang jelas, Hyeri bilang bahwa ia mendengar gosip dikota bahwa dirinya yang akan menjadi selir dari seja jeoha."
Dahi tuan Hwang mengernyit mendengar penjelasan dari istrinya. " Gosip dikota ? Bagaimana bisa Hyeri mengetahui hal bodoh seperti itu dengan mempercayai gosip di kota ?"
Nyonya Myung lagi – lagi terkikik geli. " Entahlah,sobangnim. Akupun tak mengerti. Hanya saja aku benar – benar tak menyangka bahwa Hyeri bisa berpikiran bodoh seperti itu."
Tuan Hwang ikut tertawa sambil menggeleng – gelengkan kepalanya. " Anak itu. selalu saja mempercayai gosip kota. Kau tahu sendiri bukan, pada awalnya Hyeri memang akan kita ajukan sebagai selir untuk seja jeoha. tapi, ternyata lamaran dari keluarga perdana menteri lebih dulu datang pada keluarga kita. Mungkin, gosip itu menyebar ketika para menteri lain mengira kandidat calon selir tidak akan berubah."
Nyonya Myung hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. " Bisa saja,sobangnim. Kita tidak pernah tahu bahwa hal seperti itu terkadang bisa berubah. Tapi, sekarang aku bersyukur, Hyeri menemukan orang yang tepat untuk menjadi suaminya. aku mengharapkan kebahagiaan untuknya."
^OD^
Satu tahun kemudian....
Istana lagi – lagi menggelar sebuah festival lampion. Festival lampion ini untuk merayakan kelahiran seorang pangeran penerus yang baru saja lahir. Pangeran penerus itu lahir dari seorang selir yang diangkat satu tahun lalu. Selir tersebut tak lain adalah Jo Eun Kyung, putri dari menteri personalia istana.
Malam itu, pasar kembali ramai seperti biasanya. Banyak sekali para pedagang yang berjualan di festival tersebut. tidak lupa, para pedagang lampionpun banyak yang menjajakan lampion dalam bermacam – macam warna.
Seorang lelaki tampak membawa dua buah lampion. Sebuah senyuman tersungging diwajahnya ketika melihat dua lampion yang berada di tangannya. lelaki itu merasa bahwa apa yang ia lakukan saat ini seperti mengulang masa lalu. Masa lalu dimana ia bertemu dengan kekasih hatinya.
Lelaki itu adalah Min Ji Hwan. Ji Hwan baru saja membelikan lampion yang akan ia terbangkan malam ini bersama istrinya. Senyum merekah diwajah Ji Hwan ketika ia melihat siluet istrinya yang tengah berdiri menantinya di tengah keramaian. Tanpa menunggu lebih lama, lelaki itu segera melangkah lebih cepat.
Hwang Hyeri tengah menikmati hirup pikuk keramaian festival. Senyum merekah diwajah wanita cantik itu. Dikepalanya kini terselipkan sebuah binyeo perak yang pernah ia tolak. Setelah menikah dengan Min Ji Hwan, rasa bahagia selalu memenuhi hatinya.
Perhatian Hyeri kemudian teralihkan ketika ia merasakan ada seseorang yang menepuk bahunya. Wanita bangsawan itu berbalik dan menemukan, Ji Hwan, suaminya tengah berdiri sambil mengacungkan lampion. Hyeri tersenyum senang melihat suaminya sudah membelikannya lampion.
" Kau menunggu lama,buin ?" tanya Ji Hwan sambil merengkuh Hyeri ke dalam pelukannya.
Hyeri tersenyum mendapatkan perlakuan manis seperti itu dari Ji Hwan. Semenjak menikah, Hyeri selalu mendapatkan perlakuan lembut dan penuh kasih sayang dari suaminya, Min Ji Hwan. Hyeri membenamkan wajahnya di dada bidang suaminya. hidungnya menghirup dalam aroma tubuh Ji Hwan yang selalu bisa menenangkan hatinya.
" Aniya. Aku sama sekali tidak menunggu lama,sobangnim." Balas Hyeri lembut di dalam pelukan Ji Hwan.
Ji Hwan tersenyum kecil seraya melepaskan pelukannya pada Hyeri. " Kalau begitu ayo kita kesana. Sepertinya sebentar lagi mereka akan memberikan aba – aba untuk menerbangkan lampion."
Hyeri membalas senyuman Ji Hwan. Kepala wanita itu mengangguk sebelum akhirnya menggenggam tangan Ji Hwan. Pasangan suami istri itu akhirnya melangkah bersama menuju sebuah lapangan dimana pelepasan lampion akan dilakukan.
^OD^
Hyeri memperhatikan Ji Hwan yang masih asyik berkutat menulis harapannya di lampion. Sesekali, Hyeri berusaha mengintip apa yang sebenarnya ditulis oleh suaminya itu. Ji Hwan masih terus saja membelakangi Hyeri. Lelaki itu sama sekali tak ingin agar istrinya melihat apa yang ia tulis sebagai harapannya tahun ini.
Akhirnya, seorang petugas istana naik ke atas sebuah tempat yang sudah di sediakan. Seluruh masyarakat yang berkumpul di lapangan itu segera bersiap untuk menerbangkan lampion harapan mereka. dalam hitungan detik, segera saja ratusan lampion berwarna – warni mulai menghiasi langit malam dengan cahaya yang berkelap – kelip dengan indahnya.
Hyeri bersandar di dada Ji Hwan ketika menyaksikan pemandangan itu. Hati wanita itu benar – benar dipenuhi kebahagiaan. Hyeri sama sekali tak menyangka bahwa harapannya yang ia tulis di lampion miliknya tahun lalu benar – benar terwujud. Ji Hwan mengelus lembut puncak kepala istrinya. Matanya masih terus asyik menyaksikan lampion berwarna –warni menghiasi langit.
" Buin, kau bilang tahun lalu harapan yang kau tulis di lampion benar – benar terwujud. Lalu, apakah kau percaya tahun ini langit akan mengabulkannya juga ?" tanya Ji Hwan sambi terus memeluk Hyeri.
" Ye,sobangnim. Tentu saja. Aku sangat yakin tahun ini harapanku juga akan terwujud. Ho, bisakah kau beritahu aku apa yang kau tuliskan pada harapan tahun ini, sobangnim ?" tanya Hyeri sambil mengangkat wajahnya untuk menatap pada Ji Hwan.
" Rahasia. Bagaimana mungkin, sebuah permohonan bisa dikatakan begitu saja pada orang lain. Kau sendiri, apa yang kau tulis,buin ?" Ji Hwan tersenyum jahil dengan meniru jawaban yang Hyeri katakan di tahun lalu.
Hyeri mengerucutkan bibirnya dengan sebal. Wanita bangsawan itu terlihat kesal karena suaminya itu senang sekali meniru ucapannya. " Sobangnim, itu perkataan yang aku ucapkan tahun lalu. Kenapa kau selalu senang meniru ucapanku." Balas Hyeri.
Ji Hwan tertawa melihat ekspresi kesal yang tergambar diwajah istrinya. Tangannya kemudian mencubit kecil pipi istrinya dengan gemas. Ji Hwan akan melakukan apapun agar bisa melihat wajah istrinya bahagia. Tapi, lelaki itu juga sangat menjahili istrinya.
" Lalu, kau ingin aku menjawab apa,buin ?" tanya Ji Hwan.
Hyeri melepaskan pelukan Ji Hwan. Wanita bangsawan itu mengangkat bahunya seakan tak peduli dengan suaminya. " Ya aku hanya ingin tahu saja apa yang kau inginkan di tahun ini. Itu saja, tidak ada alasan lain. tapi, jika kau tak mau mengatakannya tidak masalah bagiku." Hyeri membalikkan tubuhnya agar tidak menghadap kearah Ji Hwan.
Ji Hwan kembali dibuat gemas dengan tingkah istrinya. Lelaki itu kemudian menarik kembali istrinya ke dalam pelukannya. Lelaki itu seakan tak ingin istrinya berada jauh darinya. Ji Hwan memeluk Hyeri dari belakang. Ji Hwan kemudian menumpukkan dagunya di salah satu bahu Hyeri.
" Baiklah, aku akan menjawabnya. Harapanku tahun ini adalah ingin mendapatkan seorang anak. Apa kau keberatan ?"
Hyeri terkikik geli mendengar nada suara ragu di dalam ucapan Ji Hwan. Wanita bangsawan itu kemudian membalikkan tubuhnya agar bisa berhadapan dengan Ji Hwan. Hyeri meraup wajah Ji Hwan dengan kedua tangannya. senyum tersungging diwajah Hyeri.
" Apa kau juga ingin mendengar harapanku tahun ini,sobangnim ?"
Ji Hwan mengangguk dan balas tersenyum. " Tentu saja. Tahun lalu saja kau sudah mengatakan padaku apa harapanmu. Jadi, bisakah kau memberitahuku juga apa yang kau harapkan pada tahun ini ?"
Hyeri kembali menyunggingkan senyumannya. Kepala berhias binyeo perak itu mengangguk dengan penuh semangat. Hyeri kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Ji Hwan, dan menjawab pertanyaan Ji Hwan sambil berbisik.
" Harapanku tahun ini adalah untuk menjawab harapanmu."
Ji Hwan mengernyit mendengar jawaban hyeri. Lelaki itu sama sekali tak mengerti dengan maksud ucapan istrinya. " Apa maksudmu, Hwang Hyeri ?"
Hyeri menyukai raut bingung yang tergambar di wajah Ji Hwan. Wanita bangsawan itu terkikik geli dan kembali berbisik. " Aku sedang mengandung anakmu, Min Ji Hwan. Tabib datang kerumah ketika kau ditugaskan pergi ke desa barat oleh istana."
Ji Hwan menarik Hyeri dan menatapnya lekat – lekat. Matanya memancarkan binar bahagia sekaligus tak percaya bahwa harapannya dikabulkan secepat itu. " Benarkah ? Apa kau tak main – main dengan ucapanmu itu,buin ?" Ji Hwan kembali ingin memastikan pendengarannya.
Hyeri tertawa kencang. kepalanya mengangguk untuk membalas pertanyaan yang diajukan oleh suaminya. detik berikutnya, Hyeri tak menyangka bahwa Ji Hwan akan menciumnya tepat di bibirnya. Meskipun kaget, tapi Hyeri tersenyum.
" Terima kasih. Terima kasih sudah mau mengandung anakku, Hwang Hyeri. Aku mencintaimu." Ucap Ji Hwan yang kemudian kembali mencium lembut istrinya.
Hyeri tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Sebelum sempat membalas ungkapan cinta dari sang suami, Ji Hwan sudah kembali mencium dirinya. Hyeri pun membalas ungkapan itu dalam hatinya.
Aku juga mencintaimu, Min Ji Hwan.
~TAMAT~
^OD^
Korean Glossary
Agasshi : sebutan untuk nona muda dari keluarga bangsawan.
Manim : Nyonya, sebutan untuk seorang wanita bangsawan yang sudah menikah
Jeogori : hanbok bagian atas
Binyeo : (비녀) sebuah jepit rambut dimasukkan ke dalam disanggul untuk menahan rambut di posisi serta yang menunjukkan status pemakainya.
Mama : Yang Mulia (your highness)
Hwarot : (활옷) diperuntukkan bagi putri sebagai pakaian ritual. Pakaian ini juga digunakan oleh keluarga bangsawan sebagai lapisan atas untuk pengantin wanita selama upacara pernikahan.
Hwagwan : mahkota tradisional Korea yang biasa dikenakan putri atau gadis bangsawan saat pernikahan. biasa digunakan bersama dengan Hwarot.
Daenggi : pita. Ap daenggi digantung di depan, sementara jenis lain dari daenggi disebut doturak daenggi, sutra yang lebih luas dengan pola emas, digantung dari mahkota (hwagwan)di belakang.
Dalryeongpo : jubah sehari – hari yang dipakai oleh para menteri dan pegawai istana. tapi, biasanya para lelaki bangsawan juga mengenakan jubah ini dihari pernikahan.
Wonsam : wonsam adalah jubah perayaan yang dipakai keluarga kerajaan, dayang tinggi istana, atau wanita bangsawan dalam acara khusus. Dalam keluarga bangsawan, wonsam bisa digunakan juga sebagai pakaian ritual untuk pernikahan menggantikan hwarot yang harga pembuatannya lebih mahal dibandingkan wonsam.
Geumbak : pola benang emas. Pola benang emas ini biasa tersulam pada pakaian anggota kerajaan. Hal ini menjadikan penanda mutlak bahwa pemakainya adalah seorang anggota kerajaan.
Agaya : panggilan sayang dari orangtua pada anaknya. Bisa diartikan sebagai anakku.
Aemi : kata ganti yang digunakan sang ibu di depan anaknya. Bisa diartikan sebagai ibumu ini
Cheokui : jubah khusus yang dikenakan Putri Mahkota/ Ratu saat acara pernikahan atau penobatan.
Daesu : mahkota yang dikenakan Ratu atau Putri Mahkota saat acara pernikahan atau penobatannya. Mahkota ini memiliki ukuran yang sangat besar dan berat
Wangseja jeoha : gelar dari Putra Mahkota dalam bahasa korea. Bisa diartikan sbg Yang Mulia Putra Mahkota/ Pangeran Penerus. (His Royal Highness Crown Prince/ Prince Successor)
Wangsejabin : gelar dari istri Putra Mahkota dalam bahasa korea. Bisa diartikan sbg Yang Mulia Putri Mahkota/ Yang Mulia istri dari Pangeran Penerus. (Her Royal Highness Crown Princess/ Prince Successor Consort)
Wangsil : Keluarga kerajaan (The Royal Family)
Yangje : Gelar dari selir Putra Mahkota tingkat 2 junior. Formalitasnya adalah Mama.
Buin : panggilan seorang suami pada istrinya.
Sobangnim : panggilan seorang istri pada suaminya.
^OD^
Yang masih bingung wonsam, hwarot, dan cheokui gimana bentuknya liat dibawah ini ya.
Gambar 1 : wonsam
Gambar 2 : hwarot
Gambar 3 : Cheokui
^OD^
Terima kasih sudah mengikuti cerita dari Ji Hwan – Hyeri di akun @HAI2017 ini.
Saya, reriezdiefa_djo, selaku author dari cerita Our Destiny ini, mengucapkan terima kasih atas dukungan dari para pembaca sekalian, baik berupa vote ataupun komen. Terima kasih sudah mau membaca cerita sageuk pendek ini.
Selain itu, saya juga mau meminta maaf kalo ending cerita ini terlihat sedikit terburu – buru. Maaf karena cerita ini ditulis di sela – sela kegiatan di dunia nyata yang cukup menyita waktu.
Sekali lagi, terima kasih dan sampai jumpa di cerita lainnya.
Kalo yang masih mau membaca cerita genre sageuk dan sentris istana, silakan mengunjungin akun pribadi saya di @reriezdiefa_djo, kalau berkunjung jangan lupa tinggalkan vote dan komen sebagai jejaknya ya.
See you soon !
Love,
reriezdiefa_djo
start writing from january 19th 2017, 'till march 23rd 2017
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top