スターレイク:大晦日に願いが叶いました (Sutāreiku : Ōmisoka ni Negai Ga Kanaimashita)

スターレイク:大晦日に願いが叶いました (Sutāreiku : Ōmisoka ni Negai Ga Kanaimashita) |BoBoiBoy|. © Hammy_Vanilla_02

BoBoiBoy/BoBoiBoy Galaxy © Animonsta Studios/Monsta

Prompt/Theme : Danau Bintang

Writing Prompt New Year Challenge 2024 + Prompt(s)/Theme(s) © risesweet_ Aishada_

スターレイク:大晦日に願いが叶いました (Sutāreiku : Ōmisoka ni Negai Ga Kanaimashita) |BoBoiBoy|. © Hammy_Vanilla_02 (Me)

Length : One-Shot Story.

Genres : Genderbend! AU, Supranatural, Fantasy, Etc.

Warnings : No Pairings/Pairs/Ships/OTPs!, With Super Powers, No Aliens/Robots/Etc, Female! Genderbend/Gender Switch! Halilintar/Ais (Ice), Out of Characters (OOCs), Standard Language (Bahasa Baku), Typo(s) Everywhere, Give Me (Us) Your Votes and Comments If Ya Like My (Our) Stories, and Please Press the 'Back' Button and Exit Well From This Story If Ya Don't Like My (Our) Stories, I (We) Don't Take Any Profits/Materials From This Story, I (We) Do Not Accept Gossipers/Haters and Plagiarists/Copy Paste (Or Later, I (Icy) Will Take Care of Y'All Directly!), Etc.

I (We) Have Warned Y'All, Baby~! <3

I (We) Hope Ya Like and Enjoy My (Our) Story~! ^^

Happy Reading, Min'na-san~! ^^

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

'スターレイク:大晦日に願いが叶いました (Sutāreiku : Ōmisoka ni Negai Ga Kanaimashita)'

______~♡~______

Suara ledakan petasan yang menggema, tawa jenaka dari anak-anak yang sedang berlari dengan riang gembira seraya menggenggang kembang api, obrolan santai dan hangat dari para remaja dan orang tua, gemerlapnya lampu-lampu yang tergantung, serta kios-kios yang menjual makanan, minuman, maupun barang-barang lainnya.

Suasana hangat festival pergantian tahun yang menghadirkan suasana hangat dan ceria bagi semua orang.

Ah, lebih tepatnya, hampir semua orang.

Desisan lirih keluar dari bibir sang gadis, kala beberapa petasan kembali diluncurkan ke atas langit. Ingin menutup telinga karena keberisikan di sekitarnya, namun ia tak ingin dianggap gila.

Seraya berdesak-desakkan, sang gadis tetap berjalan berlawanan arah. Tak ia pedulikan yang lain.

Karena tujuannya hanyalah satu.

Bukit besar di belakang desa yang bernama bukit nightmist.

Disebut seperti itu, karena bukit tersebut selalu tertutupi oleh kabut tebal berwarna putih kala malam menyambut.

Kenapa sang gadis itu ingin ke sana?

Sederhana saja.

Karena ada sebuah legenda turun-temurun yang sangat terkenal di desanya.

Legenda tentang sebuah danau cantik di tengah bukit belakang desa bernama danau bintang.

Bukan itu saja. Konon katanya, danau bintang tersebut dihuni oleh roh penunggu yang menempati danau tersebut selama beribu-ribu tahun lamanya.

Dinamakan danau bintang, karena orang-orang meyakini jika air danau tersebut sang jernih dan bersinar, bagaikan bintang-bintang yang senantiasa bercahaya, bahkan saat bintang-bintang asli dan bulan menyinari danau bintang tersebut.

Selain itu, orang-orang juga percaya, bila ada yang mendatangi danau bintang tersebut tepat saat pergantian malam tahun baru, maka harapan atau permintaan orang tersebut akan terpenuhi.

Banyak yang sudah mencoba untuk ke sana. Sayangnya, mereka selalu gagal untuk melacak posisi danau tersebut. Seakan-akan, mereka tak direstui oleh kedua roh penunggu danau.

Tak ada yang berhasil, meski sudah berulang kali dicoba.

Entahlah, terlepas dari benar atau tidaknya legenda danau bintang yang misterius tersebut, masihlah menjadi misteri. Namun, yang jelas, kepercayaan itu telah turun-temurun dari dulu dan telah mengakar di desa tersebut hingga kini.

Dan gadis bermanik mata red ruby cerah ini bertekad untuk menemukan danau bintang yang melegenda itu.

Ia ingin membuktikannya sendiri, sekaligus ingin meminta sesuatu.

Kaki jenjang semakin melangkah mencapai bagian belakang desa, keramaian pun semakin menyusut. Hingga beberapa menit kemudian, tak ada lagi keramaian dari orang-orang penikmat festival pergantian tahun.

Ia tak peduli. Karena baginya, setiap tahun sama saja.

Berhnti sejenak, ia menengok ke belakang, melihat sejenak desanya. Sebelum akhirnya, ia kembali menghadap ke depan dan kembali melangkah.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Sepi, sunyi, gelap, dingin, berkabut.

Itulah kondisi hutan bukit nightmist.

Dan sialnya, gadis itu sama sekali tak membawa jaket maupun syal.

Hanya berbekal senter ditangannya serta hanya memakai kaus lengan pendek merah, celana panjang hitam, dan sandal ... oh, sungguh menyesal sekali gadis tersebut.

Ingin berbalik, sayangnya waktu sudah tak cukup. Dan lagi, ia sudah sampai sejauh ini.

Oh, Tuhan, apakah keputusan sang gadis sudah benar-benar salah besar sedari awal?

Kanan, kiri, depan, belakang.

Tiga ratus enam puluh derajat sudah tubuhnya berputar. Namun, yang ia lihat sejauh ini hanya kabut putih tebal dan bayangan pepohonan hutan.

Angin semakin berhembus kencang, kedua tangan melingkar erat, sesekali kedua telapak tangan digosokkan, mencoba menghalau dinginnya sang angin.

Tersesat dan takkan bisa kembali? Lalu mati kelaparan dan dehidrasi? Dan jasadnya yang takkan pernah bisa ditemukan?

Ah, entahlah, sang gadis sudah tak tahu lagi.

Pasrah, ia sudah pasrah.

Ternyata danau bintang tersebut hanyalah mitos belaka!

Tepat saat sang gadis telah mendudukkan tubuhnya di atas tanah yang ia yakini tertutupi rumput, beberapa bola-bola sinar kecil melayang di sekelilingnya.

Kunang-kunang, serangga kecil yang dapat terbang dan bercahaya.

Sang gadis hanya terdiam kaku, kala ia melihat sekumpulan kunang-kunang yang mebuat dua garis di atas rerumputan, seakan-akan seperti membuat jalan petunjuk untuknya.

Apakah kunang-kunang ini tahu tempat apa yang ingin ia tuju?

Atau ... apakah ada yang menyuruh kunang-kunang ini untuk menunjukkan jalan ke danau bintang secara sengaja?

Ah, memikirkan semua kemungkinan itu saja sudah membuat kepala sang gadis itu pusing.

Tak ingin menunggu lebih lama lagi, sang gadis langsung berdiri dan mengikuti kunang-kunang tersebut.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Suara riak air yang samar-samar dari kejauhan, membuat langkah sang gadis semakin cepat. Tak ayal, sang gadis pun berlari kecil. Wajahnya memang datar, tapi binar matanya tak dapat membohongi siapapun.

Tak lama kemudian, kaki sang gadis beehenti, tepat di pinggir danau yang terkenal akan desas-desusnya.

Jernih, bahkan langit malam, bintang-bintang, serta bulan purnama dapat terlihat jelas di permukaan danau tersebut.

Bagaikan cermin alami raksasa.

Melihat ke belakang, barisan kunang-kunang yang menjadi jalan petunjuknya tadi sudah hilang, lenyap tak bersisa, bagaikan menjadi uap atau termakan bumi.

Sang gadis menggelengkan kepalanya pelan, ia sudah tak punya waktu untuk mengagumi hal tersebut.

Kembali menghadap ke arah danau, kaki ia dudukkan. Tangan merogoh kantung celana, mengeluarkan sebuah pecahan kaca berukuran sedang, yang dibentuk mirip seperti pisau tajam.

Tarik, hembuskan. Tarik, hembuskan.

Mata tertutup.

Tangan kanan direntangkan dan diangkat.

Tangan kiri menggenggam erat pecahan kaca tersebut.

Dan seketika itu juga ...

... Bau amis dengan lelehan cairan berwarna merah pekat yang lengket menetes tepat di atas permukaan danau.

Beberapa menit pertama, hanya keheningan yang mendera danau tersebut.

Jantung berdetak keras, keringat dingin membasahi sekujur tubuh.

Kaku, tubuhnya kaku, ia tak berani untuk bergerak se-inchi pun.

Hingga riak air danau bintang yang semula tenang, perlahan mulai bergejolak. Hal itu juga diiringi dengan angin yang berhembus kencang, juga permukaan air danau yang bersinar.

Sang gadis hanya bisa terdiam, mengamati kejadian di depannya dengan fokus.

Entah ini hanya khayalannya saja atau bukan, sang gadis bisa merasakan dua telapak tangan berbeda ukuran yang menyapu pelan kedua bahunya.

Ia harus tetap tenang. Ya, ia harus tetap tenang. Karena firasatnya mengatakan, bahwa itu adalah roh penunggu yang dicari-cari.

Dan benar saja, dua cahaya berbeda warna langsung muncul di atas permukaan air danau tersebut, membentuk dua sosok siluet pria dan wanita berusia dua puluhan.

Sosok pertama adalah seorang pria dengan kemeja putih, vase abu-abu, jas putih dengan aksen keemasan di pinggiran bawah kemeja dan lengan, celana berwarna senada, serta cape oranye yang menutupi bahu kanannya.

Sedangkan sosok yang kedua merupakan seorang wanita dengan rambut sepanjang hampir sebahu. Pakaiannya mirip dengan pakaian orang-orang yang tinggal di daerah dingin : jaket lengan panjang berwarna biru aquamarine dengan tudung jaket berbulu fluffy dan celana berwarna senada.

Orang-orang menyebut mereka Solar dan Ice.

Solar, sang roh elemen cahaya. Juga bisa disebut sang pemberi rezeki dan kenikmatan.

Sementara itu, Ice adalah sang roh elemen air, es, dan salju. Sang pemberi kesuburan dan kebahagiaan.

Silver metal, red ruby, dan blue cereluen saling memandang satu sama lain.

Sang gadis dengan tatapan bertekadnya, serta Solar dan Ice dengan tatapan penasaran dan menganalisa mereka.

Kedua roh penunggu tersebut memutuskan tatapan mereka dari sang gadis, lalu menatap mata satu sama lain, seakan-akan mereka tengah berkomunikasi secara internal untuk membuat keputusan.

Entah sejak kapan, tubuh sang gadis sudah masuk ke dalam danau. Sedikit demi sedikit, kaki sang menuju ke tengah danau, membuat tubuhnya semakin terendam.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Langit malam bertabur bintang dan bulan purnama semakin semarak diwarnai petasan berwarna-warni yang meledak, pertanda malam pergantian tahun telah dimulai.

Seiring dengan tubuh yang lenyap di jernihnya air danau bintang di bukit nightmist.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Desas-desus tentang danau bintang di bukit nightmist semakin bertambah setelah malam tahun baru.

Semua dimulai dengan ditemukannya beberapa mayat yang bergelimpangan di hampir setiap sudut desa.

Setelah dicek, diketahui bahwa mayat-mayat tersebut merupakan pelaku kriminal, baik pendatang maupun penduduk desa itu sendiri.

Pencuri, penculik, bandar narkoba, pemerasan, pemerkosaan, dan lain sebagainya.

Tak ada yang tersisa, kecuali raga tak bernyawa mereka.

Banyak yang meyakini jika ini adalah ulang salah seorang roh penunggu.

Entah benar atau tidak. Yang jelas, sejak saat itu, angka kejahatan di desa tersebut menjadi rendah.

Halilintar, para penduduk desa memanggil roh tersebut dengan nama Halilintar, dikarenakan petir yang sering muncul di atas langit berawan kelabu yang tiba-tiba muncul di malam sebelumnya.

Sang roh petir, serta sang pemberi keamanan, keadilan, penghukum, dan pengeksekusi.

Tak ada yang bisa lepas dari cengkeraman Halilintar.

Lalu, bagaimana dengan tradisi mendatangi danau bintang?

Orang-orang yang masih penasaran dan mempunya keberanian serta tekad yang kuat masih melakukan tradisi tersebut.

Sayangnya, belum ada lagi yang bisa menemukan danau bintang yang misterius.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Bersama dengan Solar dan Ice, ketiga mengemban tugas sebagai roh penunggu danau bintang yang ada di bukit nightmist.

Kebahagiaan, senyum, canda, dan tawa akan selalu mereka jaga dari jauh.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top