Bab 8. persiapan perang
[REVISI]
"Hahh ya mau gimana lagi, mau di lepas kontraknya juga ga bisa."
[Yaudah kalau lu yakin.]
.
.
.
Misel masih terduduk setelah pembicaraannya dengan voichess
Dengan perlahan tangan Misel mengelus kucing di pangkuannya, ia menatap langit yg menggelap.
"Hahhh..." desahnya frustasi
"Gimana cara gue kasi tau mereka terutama duo anak pungut? mereka paling protektif sama gue anjir." Misel menggeleng pelan, bibirnya melengkung keatas membentuk senyuman kecil.
"Ya, gue ga bisa nyalahin mereka kalau mereka khawatir sama gue" ia membuat wajah pasrah dan frustasi,namun senyuman itu malahan semakin melebar
Berakhirlah dengan malam itu yg Misel gunakan untuk menatap langit gelap gulita yg di hiasi jutaan bintang dan cahaya bulan.
.
.
Saat pagi
Misel memilih berjalan-jalan di taman, ia tak sengaja bertemu dengan Ara dan MiiChan.
"Halo kak" sapa Misel
"Hah? Oh kamu yg ada di kapal bareng kita semalam kan?" Tanya Ara dengan senyuman
"Iya kak."
"Kita lupa kenalan, aku Ara"
"Kalau aku MiiChan, semoga kita bisa akrab ya"
"Hehe iya kak Ara kak MiiChan, namaku Misely."
"Nama yg cantik" MiiChan tersenyum hangat melihat interaksi antara Ara dan Misel
"Kalian lagi ngapain di taman?" Tanya Misel
"Kami lagi main di taman, kalo kamu sendiri ngapain disini?" Tanya MiiChan di angguki Ara
"Aku sedang jalan jalan pagi." Misel tersenyum menjawab pertanyaan MiiChan.
"Sini yuk!"
Ara menarik MiiChan dan Misel ke sebuah kebun bunga, bunga itu sangat banyak dengan lahan sepanjang 5 meter.
"Cantik.." manik Misel berbinar indah karna melihat pemandangan yg sangat indah menurutnya.
"Ayo ke sana Misel!" Ara menarik tangan Misel
MiiChan hanya tertawa melihat Misel yg tertarik kedepan karna ulah Ara.
"Ara, pelan-pelan kasian itu Misel ketarik." Peringat MiiChan, Ara cengingisan saat sadar.
"Ayo buat bunga indah!" Girang Ara
Perlahan tangan Misel menarik dan mencabut bunga itu, pelahan ia membuat karangan bunga yg indah.
"Ara MiiChan sini deh" yg di panggil menoleh
"Kenapa sel?"
"Iya kenapa Misel?" Tanya MiiChan.
"Nih buat kalian, cocok kan?"
"cantik.." Ara terpesona
Misel menarik tangannya lalu mengarahkan bunga itu ke kepala Ara.
"Iya, cantik, kayak org yg lagi pakenya." Misel tersenyum, sedangkan Ara tersipu malu
"Haduhh, perasaan kamu bocil deh, tapi kok pinter banget nge gombal" MiiChan tertawa kecil
"Hehe, belajar dikit dari gizan" dengan kekehan Misel menjawab
"Owalahhh pantesan" ucap MiiChan mewajarkan
"Ihh~ lucu banget sih Misel~~!" Ara memainkan pipi gadis surai caramel itu
Sedangkan yg di cubit hanya bisa meng aduh dan mendesah pasrah.
Di saat kebersamaan mereka, seseorang muncul tiba tiba.
"Permisi, maaf mengganggu kalian, tapi saya ada urusan dengan Misel." Ucap seseorang dengan sopan.
Itu adalah Rafel, ia di perintahkan oleh R. Malik untuk membawa Misel.
Misel mengangguk dan berjalan pergi mengikuti Rafel.
Ara terlihat sedih, bahkan MiiChan menurunkan telinga kelincinya karna sedih.
"Kau jangan kelayapan sembarangan Misel" peringat Rafel menoyor kepala sang gadis
Ia hanya bisa meng-aduh pelan karna di toyor Rafel.
"Iya iyaaa" ujung ujungnya hanya bisa meng-iyakan saja.
.
.
.
Setelah pertemuan formal antara R. Malik, R. Ayon dan R. GM Misel akhirnya bisa istirahat
Ia memikirkan hal yg dikatakan R. GM yg meminta Misel menjadi kartu as untuk penyerangan herobrine nanti.
—·flashback.
"Ada apa anda memanggil saya raja Malik?"
Misel sudah sampai, lalu Rafel segera di suruh keluar oleh R. Malik, Rafel hanya menurut pada rajanya.
Tak lama R. GM mulai angkat suara
"Begini Misel, kami sudah berdiskusi ini dan kami setuju. Kau akan menjadi kartu as saat melawan herobrine"
Manik Misel melebar, bibirnya terkantup. Ia tak bisa mengelak karna tujuannya di panggil ke dunia ini bukan hanya untuk melawan herobrine. tapi juga karna para 'dewa dewi' yang memerlukan hiburan dari 'dia'.
"Maaf karna tidak meminta persetujuan mu terlebih dahulu, tapi ini sudah mutlak. Kamu tidak bisa menolak menjadi alat perantara untuk mengalahkan herobrine, kamu tak masalah kan?" R. Ayon angkat suara
"Kau tidak bisa menolak bocah." R. Malik juga ikut andil
"A-... Hahh, baiklah saya tidak ada cara untuk menolak lagi jika ini sudah mutlak" itulah pilihan satu satunya.
"Terima kasih karna mau berkerja sama Misel, dan jika perang ini selesai kau bisa membebaskan apapun yg kau mau dari sekarang. Tidak akan ada tuntutan dan pelatihan paksa untukmu lagi, dan kau tidak akan pernah terlibat ikut perang." Ucap R. Ayon yg mengerti keinginan Misel meskipun itu mustahil
"Iya.. semoga saja perang ini cepat berakhir tanpa banyak korban." Ucap Misel mendelik arah lain.
'brengsek lah, gue jadi alat bjir'
Setelah itu rapat dan diskusi dari para raja di bubarkan, dan akhirnya Misel bisa bebas.
.flashend ·—
Sedangkan di kamarnya, Misel sedang memikirkan jalan hidupnya
Ia berfikir, bagaimana jika dirinya meninggal, apakah akan langsung masuk alam baka, atau malah kembali ke dunianya dengan status koma?
Ah sudahlah, lagipula ia tidak mempunyai siapa-siapa lagi sekarang di dunia asalnya, jangan berharap impiannya bisa menjadi nyata.
"Eh voichess... menurut lu gw masih bisa hidup di season 2?"
Namun tak ada tanda tanda balasan dari voichess
"Oh, gue bakalan mati ya?" Tentu saja Misel sudah tau semua itu.
[ Sel.. ga lu ga mung-... ]
"Beneran ya voich
[ Maaf sel.. gue ga bisa langgar perintah 'dia' buat yg kesekian kalinya ]
"Hahh- memang 'dewa-dewi' yg mereka maksud itu siapa?" Mendengar pertanyaan itu, seketika voichess terdiam.
[ Gue ga bisa kalau soal itu sel, mungkin suatu saat lu bakalan tau semuanya. Tapi bukan sekarang ]
"Oke, gua bakal tunggu pendapat lu nanti voichess."
[ Kalau ada perubahan gue bakalan kasi tau lu, siapa tau 'dia' berubah pikiran ]
"Gausah di paksa, gue ga minta hidup juga."
Hening seketika
[ Hah...? Maksudnya- ]
"Mungkin gue bakalan bener hilang, atau balik ke dunia gue dengan status 'bangun dari koma'"
[ Lu..- beneran bakal ninggalin gue? ]
"Bukannya kebalikannya voich? Lu bakalan ninggalin gue kalau tugas 'dia' nyuruh lu jaga gue udah selesai, dan lu bakalan ngilang gitu aja kan?"
Benar, sangat tepat sasaran. Bahkan voichess pun terdiam
"Udah gapapa, gue oke aja kok." Jawab nya tenang tak tau apa yg terjadi pada voichess.
Lalu seketika muncul seseorang dan langsung memeluk Misel dengan erat, org itu bertopeng kantung belanjaan dengan gambaran wajah sedih.
"Eh-... EEE!! V- voichess!!" Misel memekik histeris karna voichess tiba tiba memeluknya.
"Biarkan begini sementara.. aku ga mau.."
Misel terkekeh pelan lalu membiarkan nya saja, ia hanya diam tak membalas maupun menyudahi pelukan itu.
"Sel... Jangan pergi, aku bakalan minta ke 'dia' bakal bantu kamu biar ga ilang."
Misel tak tersenyum, maupun sedih. Perasaannya tercampur.
Rasa kesal, dengki, emosi, menyesal, dan yg paling kuat.
Rasa tak ingin mati
ia masih ingin hidup, ia mau melihat dunia ini dan menggugah misteri di dalamnya.
"Misel, jawab guee jangan cuekin gue"
Misel terkekeh pelan melihat voichess merengek, sepertinya ia mulai terbawa perasaan saat mendampingi sekaligus menjadi tuan dan bawahan.
"Iya, semoga lu bisa bujuk ya. Gue mah cuman terima nasib" kekeh Misel
Terlihat bungkus itu bergambar wajah cemberut dan marah.
"Yaudah nanti gue datang lagi, ada yg datang mau nguntit lu keknya. Babay"
Voichess menghilang, bertepatan dengan itu Rafel tiba tiba mendekati Misel.
"Emmn.. Misel" panggil Rafel membuat sang empunya nama menoleh.
Seakan mengerti tatapan dari mata Misel, Rafel memberanikan diri.
"Setalah perang.. kau mau berjalan- jalan di istana vermillion?" seketika wajah Misel terhenyak, bibirnya terkantup.
Akhirnya gadis caramel itu terkekeh pelan, ia mengangguk setuju.
"Iya" jawabnya pelan.
Bibir Rafel terangkat keatas, lalu ia mengangkat jari kelingkingnya.
"Janji!" Dengan semangat senyumnya semakin melebar.
"Aku ga bisa janji, tapi bakalan ku usaha-in ya." Misel mengingkarkan jari kelingkingnya pada jari Rafel.
.
.
.
Misel pov—·
Hari ini adalah rencana penyegelan herobrine, sialan lah. Mana gue belum siap lagi buat pernah besar besaran nanti.
Dan lagi, batu di tangan gue sekarang, batu Legard. Adalah baru pecahan dari dewa kesucian dan keabadian.
Yaitu dewa Zelkh, baru ini yg tak pernah di beri tau.
Hahh syalan syalan, kenapa peran gue di sini serumit itu?
Ga bisa apa gue cuman jadi npc, cuma liatin pertarungan mereka aja lah bangke.
Ini malah jadi MC utama jadi mainan para 'dewa-dewi' [Readers] gaje yg butuh hiburan dari 'dia' doang.
M
isel POV end —·
"Seperti yang kalian lihat monelit ini sudah siap, Ini akan menjadi kunci utama untuk menyegel Herobrine." R. GM menatap monelit yg akan mereka gunakan
"Tapi diruangan ini yang bisa melalukan penyegelan hanya aku dan ayon, jadi jika bisa, kita akan menyelamatkan genah sebelum penyegelan dimulai" lanjut R. GM
"Tapi jika tidak mau tidak mau kami harus melakukannya berdua saja walaupun itu akan merenggut nyawa kami" R. Ayon juga ikut angkat suara.
"Kalau begitu tunggu apa lagi kita menyelinap ke kastil Herobrine dan menyelamatkan genah" suara lantang itu tampak menyuruh secepatnya,
"Tapi sebelum itu Marvel bisa ku pinjam batu emerald itu sebentar ada yang ingin ku periksa" mereka seketika melihat ke arah Marvel.
Terkecuali Misel yg sedang bersandar pada pilar.
"Marvel? Kau kenapa" tanya R. GM lagi
"Aku.... ingin minta maaf karna sudah berbuat hal yang bodoh, aku membiarkan emosi membutakanku ku dan akhirnya malah membuat kalian semua terkena masalah... Aku betul betul minta maaf" ia mulai membuka suara, tampak menyesal melakukan hal bodoh yg menyulitkan mereka.
"Hei bocah bocah tengik tidak usah serius begitu" R. Ayon mendekat lalu menepuk bahu Marvel
"sekarang kami tau kalau kalian bukan hanya bocah-bocah tengik, tapi kalian juga bagian dari keluarga ini." Manik Marvel sedikit melebar namun ia tetap menerima itu.
"Baiklah tapi sebelum itu GM apa kita bisa menunggu sampai pedang Marvel datang dari Olvia?" Tanya R. Malik pada R. GM, agar bisa menunggu pedang Marvel.
"Ohh pedang vulknaite itu ya, hmm.... Itu memang berguna untuk Marvel dipertarungkan nanti, tapi..-" belum selesai ia berbicara bunyi pintu sudah terbuka.
Cklkkk...-
"G genah kok kamu bisa disini?" Ia berusaha untuk menenangkan rasa terkejutnya, meski rasa aneh sedikit menggerogoti.
"Hehe...-" tawa memenuhi ruangan, suara berat dan tajam membuat mereka waspada.
"Herobrine." Gizan Tan bisa menahan hasratnya untuk tidak memukul ilusi itu, karna ia tau herobrine menggunakan batu topas untuk mengecoh.
Sekippp hwhww
Marvel merasa sihirnya sedikit tidak terkendali, gejolak itu terus menggerogoti dirinya membuatnya harus menenangkan diri.
"B- bagai mana ini dia akan membunuh genah!" Panik Marvel bertanya pada R. GM
Akhirnya R. GM turun tangan dan angkat suara untuk hal ini, daripada mengambil resiko yg besar.
"Maaf Malik, kita tidak bisa menunggu sampai pedang itu datang. 'kita harus pergi sekarang' " suaranya menekan kata 'pergi' seakan memaksa mereka untuk pergi tanpa menunggu.
Drakkk
Dinding itu retak karna pukul amat keras dari sang empu, rasa kesalnya masih belum tercerna.
"Sial, kacau sudah rencana kita!" Gerutu R. Malik yg meretakkan dinding itu menarik tangannya kembali
"10 menit siapkan lah diri kalian semua, kita akan pergi!" Mendengar itu mereka langsung bersiap
"Misel.. aku tidak ingin kau ikut, tapi kau ada dalam rencana ini. berhati hatilah" pinta Rafel menepuk bahu Misel.
Sedangkan gadis yg di sebut hanya tersenyum kecil.
"Tenang saja, kalau saat perang ini selesai, aku akan menepati janji berjalan-jalan denganmu di taman vermillion." Mendengar jawaban itu Rafel sedikit tenang.
Sekipppp
.
.
.
Kastil terbengkalai dan tak Ter urus, banyak berjejer mayat hidup disana.
Tanah tandus dan terlihat gersang.
'mengerikan' batin Misel menatap sekitarnya.
"Shutt, kalian tenanglah dan ikuti aku." Gizan menuntun jalan ke tempat lebih tertutup.
"Ada apa gizan?" Tanya Marvel pelan namun dapat terdengar jelas.
"Aku jadi ingat alasanku membenci kastil ini, bahkan kabut disini pun memiliki telinga" keningnya mengkerut, dari nadanya sudah terdengar jelas kalau gizan menahan gejolak amarahnya.
"Tenanglah, kita bagi dua tim saja." Pinta Misel agar tidak ada yg bertengkar.
"Baiklah. Malik, Ayon, dan Samsul akan pergi ke sana menyelamatkan genah, carilah tempat sebelah kanan maka kalian akan menemukan sel kurungan."
"Sedangkan aku, GM, Marvel dan Misel. Akan mencuri batuan itu." Gizan menentukan tim,
"Pembagian tim macam apa ini! GM tukar tempat denganku! aku ada urusan dengan si katarak sialan itu." Misel hanya tepok jidat karna kebodohan R. Malik
"Kau gila, kita disini untuk mencuri batunya, bukan untuk cari mati dengannya!" R. GM mencoba mengingatkan Malik akan tujuan mereka
"Kalau kau ingin bertarung, pergilah bersama Ayon. Kau bisa menghabisi penjaga disana kan." bujuk R. GM membawa decakan pada Malik
"Sudahlah Malik, lakukan saja." R. Ayon segera pergi bersama Samsul
"Tch, yasudahlah." Ucapnya lalu berjalan pergi bersama Ayon dan Samsul
"Baiklah, kalau begitu ayo" gizan mulai memimpin jalan di ikuti Misel.
"Tapi sebelum itu Marvel, biasakah aku meminjam kalungmu?" pinta- perintah nya pada Marvel
"Baiklah, tapi untuk apa?.."
.
.
.
TBC
Hwhw tebeceh dulukk
See you next chap papayy (ӦvӦ。)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top