Bab 7. hilangnya kenangan
"Loh master? Master kok bisa disini?"
Lanjut? Gas ngengg
.
.
.
"A- aa.. Aku hanya membantu Misel yang hampir pingsan saat di jalan tadi." Mendengan penjelasan sang master (Nevin) Samsul mengangguk.
"I-ya, emang napa sul?" Tanya gadis itu dengan gagap.
"Oh, udah mendingan kah? Kalo bisa ikut gua bentar yok." Misel langsung menatap Samsul, sedikit heran akan ajakan pemuda itu (Samsul) padanya.
"Tunggu, memang mau kemana?" Mendengar pertanyaan itu, Samsul sontak menjawab.
"Kita cari genah" Misel langsung mengingat kejadian dimana genah kena culik Ren.
"Ayok!" Dengan rasa senang Misel mencoba untuk bangun dari tempat tidurnya
Samsul mulai berjalan ingin keluar pintu.
Baru Misel berjalan beberapa langkah tangannya sudah di tarik Nevin.
"Eitsss, gausah ikut Samsul. Kau sendiri masih sakit" tegas Nevin dengan sedikit (banyak) paksaan
"Hah lu masih sakit sel? Kenapanga bilang. Yaudah gua duluan lu istirahat gih, gw nyari genah sendirian aja" Samsul langsung pergi dari sana
"Ehh!? Sul tunggu!"
Nevin langsung menahan pundak Misel, dan menarik pinggul Misel agar tidak lari. (Eee- radak ambigu anjir)
"Tidak boleh. Jika sakitmu makin parah itu juga bisa bahaya" sarkas Nevin pada Misel.
"Tapi Nevin-" hendak mencoba membantah tapi Nevin langsung menahan mulutnya (Misel) dengan jari telunjuknya (Nevin).
Gadis surai caramel auto terdiam beku karna perlakuan lelaki itu (Nevin).
Beberapa saat setelahnya
.
.
.
"Master! Hos..- Misel! Hosh-.. Ge- genah!" Teriak Samsul dengan nafas ter enggah engah
"Lah kenapa sul?" Tanya sang gadis, meski sudah tau seluruh alurnya (S1)
"Memangnya ada apa sul?" Tanya Nevin terheran akan sikap muridnya.
"GENAH HILANG?" Seketika gadis dan lelaki itu terlonjat dari duduknya, langsung berdiri.
"Hahh!?" Pekik keduanya
"Gimana ceritanya!?"
"Tenanglah Misel, bisa kau jelaskan bagaimana kau bisa menyimpulkan kalau genah di culik?"
"Aku menemuka bulu ini... Di samping alat ini, dan aku tidak tau genah ada dimana. Aku sudah mencarinya tapi tidak ada" mendengar penjelasan Samsul Nevin lantang berfikir
"Bisa berikan bulu itu?" Pinta Nevin
"Unt-" belum selesai lagi Samsul berbicara Misel langsung memotongnya
"Melacak energi sihir." Samsul hanya mengangguk.
"Lumayan praktis juga" kagum Samsul.
Nevin mulai melacak energi sihirnya yang lumayan samar, namun juga lumayan kuat.
"Disana!" Segera Nevin lari ke arah gerbang Elhims (?)
Samsul segera mengikuti masternya (Nevin) sedangkan Misel masih duduk santai.
"Santai aja dulu, nonton pertunjukkan." Dengan santainya Misel memakan popcorn dan meminum susu dingin.
"Wait? Itu yang disana siapa voichess?"
[ Hump? Oh, inget ga Reyza temen masa kecil elu itu ]
"Ohh, si Eza? Kok bisa disini?"
[ Dia reinkarnasi. Sama sepertimu ]
"Dia punya partner juga?"
[ Engga, karna jiwanya ga sengaja kepanggil disini. Jadi 'dia' cuman bikin ini, jadi mimpi koma nya si Reyza ]
"Ooowh... Begitu ternyata"
Misel langsung teleport ke tempat kejadian agar tak dikira ilang.
"Huhh- gua lagi mager banget buat kelahi." Gerutu sang gadis yang merasa kemalasannya mulai kembali.
"Misel.." Lirih PepPey merasa bersalah karna saat itu.
"Huh?" Miske tersenyum pada PepPey, entah kenapa jantung PepPey berdetak sangat kencang saat Misel masih tersenyum padanya.
"Za."
Orang yang di tatap hanya memalingkan wajahnya, tak mau melihat wajah kecewa sang sahabat.
Lagian siapa yang menatap kecewa? Malahan Misel senang karna banyak drama. Meski bakalan sakit ati
[ Kalau sahabat lu metong Jan nanges ]
"Dih! Lagian siapa yang nangis! Ga bakal keles."
[ Yang bener? ]
"Halah bacot anjim!"
Dengan rasa kesal, Misel menatap ke arah Reyza.
Sementara itu di sisi yang lain
.
.
.
"Woi pey! Meski lu kakak gw, gw gaakan segan!"
"Heh, coba aja kalau bisa."
"Samsul, biar aku-"
"Ga master, biar aku yang mengatasi ini."
"Tapi-.."
"Tidak ada tapi-tapi. Ini masalah pribadiku dengan pengkhianat ini!"
Terjadilah perdebatan antara kakak adik yang, lumayan lah drama.
"Za? Lu.."
"Aku tidak punya pilihan lain sel! Setidaknya mengerti diriku..."
Tak bisa di lihat mata, gadis itu mencengkram kerah Reyza dan hampir mengarahkan kepalan tangannya ke wajah Reyza (di tinju).
"Lu tau berapa lama gw nunggu? 3 tahun itu ga gampang!."
Air mata mulai menetes.
"M- Misel?" Reyza menatap sahabat nya yang menangis.
"GUA NUNGGU LU 3 TAHUN! ITU GA SE- SEBENTAR ITU ZA! DAN LU BISA ENAK ENAKAN DISINI TANPA MIKIRIN GW!?"
Semua yang berkelahi terdiam, melihat ke arah Misel dan Reyza.
"GUA UDAH LAMA NANTIIN LU! DAN SEKARANG LU MALAH ENAKAN GITU DISINI!?"
"KEHIDUPAN GUA JUGA ENGGA MUDAH SEL!"
"SETIDAKNYA KASIH ATAU KIRIM SURAT!"
"SEMUA JUGA SALAH ELU SEL!"
"APA MAKSUD LO SALAH GUA HAH!"
"Salah Lo!.. andai gua ga pernah kenal lu... Misel"
Misel terdiam menatap ke arah sahabatnya.
"Apa..-"
"Dasar anak pembawa kesialan"
*Deg
Sakit, perih, kecewa. Tercampur menjadi satu.
Entah mengapa tubuh Misel bergerak sendiri, seolah amarah telah mengendalikannya.
Rasa kesal itu berubah menjadi kebencian. Sebuah emosi negatif yang juga bisa menjadi sebuah kekuatan.
Tubuh sang gadis bergerak, Misel langsung memukul Reyza
"Kesialan?... Huh LU YANG KESIALAN BRENGSEK!!"
"MISEL!" Nevin menahan Misel agar tak mengamuk.
"Bangsat! Lepasin Vin!" Teriak kesal Misel, berusaha untuk melepaskan diri dan memukul Reyza sampai puas
(Beda dari cerita awal? Bodo)
Nevin kewalahan karna kekuatan yang berbeda jauh. Hah kok bisa?
Simpel, sebuah amarah bisa menjadi kekuatan tambahan bagi yang terpancing, jika orang yang kena amarah yu mengamuk drastis. Dan boom! Kekuatan mereka meningkat 2× lipat dari kekuatan awal mereka.
(Tapi author ga tau ya ini ngaruh ke RL apa engga, soalnya author liat kebanyakan orang selesai-in masalah pakai kepala dingin, beda lagi kalau yang mukul drama indosiar •-•.)
"Huh.." Reyza menatap kaget ke arah Misel yang mengamuk.
"Gua barusan ngatain dia... Padahal gw tau kalau Misel paling sensitif sama kata 'anak kesialan'." Hanya terpaku menatap sahabat yang mengamuk.
Peppey langsung menarik Reyza agar menjauh.
Setelah Misel tenang, kembali pertarungan nya.
Samsul dan PepPey saling beradu kekuatan tapi, karna PepPey yang meng update api miliknya menjadi api hitam itu membuat Samsul kalah
"Heh lu bakalan mati di tangan gw" PepPey mengarahkan sihirnya ke arah Samsul, jika tidak di tolong Nevin mungkin Samsul udah jadi yamnyul gomsong.
"Tolong, jangan seperti ini dan kembali."
"Memangnya kau siapa. Apa perdulimu, ini urusan pribadi dan kau tidak boleh ikut campur."
"Aku salah satu kawan Samsul. Dan akulah yang melatihnya"
"Oh jadi lu yang ngelatih dia? pantesan aja dia tambah lemah, ajaran lu busuk"
"Ya, dia memang masih harus banyak belajar."
"Apa urusanmu! Cepatlah."
"Ya, kau tau Samsul sering bercerita soal dirimu. Entah itu saat latihan ataupun saat istirahat, bahkan aku sampai bosan mendengar cerita yang sama."
"Owh Nevin, lu kek gitu aja udah bosan. Lah gw yang selama ini jadi temen curhatnya?"
[ Hilih ]
"Buacod"
[ Iyain dah ]
Kelen tau apa?
...
YAAA!! MAYAT BARU mayatnya donat varian blueberry!
"Semua orang bisa berubah pada saatnya, dan itu akan terjadi padamu juga" nasehat Nevin dengan baik, sehingga PepPey menangis.
"Apa... Aku masih bisa untuk kembali? Atas semua yang ku perbuat?" Tanya Peppey
"Tentu saja, kau masih bisa dan masih punya waktu untuk segera kembali."
"Aku hanya ingin sembuh dari rasa sakit ini." Lirih PepPey menangis saat di pelukan Nevin.
"Heh gampang banget ditipu" pemuda itu mengelap air mata palsu nya.
"MASTERRR!!" Teriak Samsul berlari ingin menangkap Nevin.
Misel terkaget dan menatap ke arah Nevin yang terbaring lemas, dia lupa dengan adegan ini, dia melupakan semuanya.
"N- Nevin.." lirih Misel ingin memeluk Nevin, tapi ia urungkan.
"Ergh-... Misel Samsul-"
Keduanya langsung menoleh ke arah sang empu (Nevin)
"Ukh, M-isel Samsul ma-af aku tidak b- bisa bertahan lebih la-ma"
"Master bicara apa kau pasti bisa! kumohon bertahanlah, sebentar lagi Raja GM dan yang lain akan datang, aku yakin pasti akan datang!"
"Mi-sel... Ada sesuatu.. yang i-ngin ku katakan.. ke-pada mu"
"Huh? Apa?" Tanya Misel menatap ke arah Nevin, Misel mulai memangku kepala Nevin.
"Misel... Aku, uhuk- eghh-..."
Misel memegang kepala Nevin dengan lembut, mulai mengeluarkan sihir nya agar mengurangi rasa sakit yang di rasakan Nevin.
"Aku... Suka... Padamu- Misel"
Gadis itu membeku, air matanya mulai menetas kembali.
"Aku juga... Nevin, aku juga" Misel mengelus kepala Nevin dengan lembut, berharap itu bisa menjadi hadiah terakhir untuknya.
"Misel-.." Samsul tak percaya, gadis di depannya bahkan tak bisa berbuat apa-apa.
"Ku harap, tidurmu tenang ya.. Nevin"
Nevin tersenyum dan menutup matanya
Perlahan cahaya yang di topeng Nevin menghilang, yang menandakan kalau jiwa Nevin sudah tiada.
"Hanya ini yang bisa ku lakukan... Maafkan aku-" lirih Misel.
"Heh jangan menangis karna kau akan ikut bersama dengan Master mu itu"
PepPey mengarahkan api ke arah Misel dan Samsul.
"Heh? Kok engga sakit?" Misel membuka mata melihat apa yang terjadi.
Reyza menahan serangan dari PepPey menggunakan tubuhnya.
"R- Reyza." Gadis itu menatap ke arah sahabatnya yang berkorban.
"Gua... Minta maaf atas semuanya Misel, maaf karna udah ninggalin lu- dan sekarang... Ninggalin elu la-gi"
"Gu-a.. betul-betul minta ma-af."
"Za, maafin gue.."
"E-ngga sel, e-lu eng-ga sal...lah"
Dan Reyza menghembuskan nafas terakhirnya sebelum hilang dari dunia.
Sahabat yang mengerti dirinya, sabat yang selalu ada disaat dia membutuhkan bantuan, sahabat yang memerlukan kasih sayangnya, sahabat yang meninggalkan rasa hangat yang selalu di tunggu.
"Heh lu begitu bodoh Rey mau aja jadi tameng cma buat mati"
Saat mendengar kata-kata PepPey, Misel terdiam.
"Bener juga, buat apa dia jadi tameng kalo cuman buat mati..."
Kaget, mereka kaget karna tak mungkin Misel berkata begitu.
"Ku kira, aku spesial dimatamu pey, aku berharap... Kau bisa melihatku bukan hanya melihat Ren"
"H- huh... Gua memang nganggep lu lebih dari temen sel, bahkan gua anggap lu lebih dari adik kakak"
"Kita musuh, lu bunuh gua, gw bunuh lu"
"Hah!? Maksud lu!"
"Pertarungan antara hidup dan mati... Gua harap lu bakalan suka" Misel tersenyum seringai.
"Oke, kalau itu mau lu" PepPey langsung menyiapkan kuda kuda
Mereka mulai bertarung, dengan sigap Misel menghindar dan melompat.
Misel langsung mulai menyerang setelah menghindari serangan PepPey.
Namun saat hampir menusuk PepPey, PepPey menggunakan berier nya.
Gadis itu terpental, dan menghanyam pohon itu, 4 pohon hancur karna hantaman yang kuat.
"Uh...-" ringis sang gadis sambil memegangi pundaknya.
"MISEL!" Teriak Samsul.
Darah mulai keluar dari pelipis keningnya.
"Maaf, tapi kau yang memulai pertarungan ini."
"Lu pikir... Gue udah nyerah?"
Misel langsung menendang PepPey membuat PepPey mundur.
"Kau hanya tinggal menurut saja. Dasar anak kesialan, lebih baik mati saja!" Kesal PepPey
Itu membuat Misel terdiam, gadis itu mulai menangis.
"Anak.. Kesialan?"
Air mata sang gadis kembali menitik.
Itu adalah sebuah hal yang sama sekali tidak di sangka.
"Hiks, huaaaaa!!!" Akhirnya pecah sudah, teriakan itu.
Sebuah serangan air menahan PepPey, agar PepPey menjauh.
"Berhenti disana kau bocah sialan"
Rafel langsung mendekati Misel dan memeluknya hangat.
"Tenanglah, kau sudah bekerja dengan baik... Maaf terlambat menolongmu"
Misel mulai tertegun akan ucapan Rafel, dan menangis dengan tenang.
"Apa yang terjadi disini?" R. GM bertanya pada Samsul.
"Gaada waktu buat jelasin Ma- Master tertusuk api hitam milik PepPey!"
"Siapa ini?" Tanya R. Malik melihat jasad seseorang.
"Za..-" lirih Misel menatap ke arah Reyza.
Misel berjalan sempoyongan, di bantu oleh Rafel.
"Hufh..." Hela nafas Misel.
"Dengan ini ku murnikan, jiwa akan kembali tenang, kembali lah ke alam mu... Dunia yang penuh dengan keternistahan"
Mendengar gumaman itu, Rafel sama sekali tak tau apa yang di gunakan oleh Misel.
Seketika jasad yang tadinya diam, lenyap menjadi kobaran api.
"Api apa!?" Teriak semua.
Dan menghilangkan jasad itu menjadi abu.
Misel mengambil sebuah kalung putih cantik itu yang tergeletak di sana.
"Sudah selesai? Ayo kita segera pulang ke Elhims"
Mereka mengangguk dan pergi, karna Misel yang masih terluka sangat parah, Misel di papah oleh Marvel.
Yang tersisa kini hanyalah kenangan manis mulai pudar dan menghilang, meninggalkannya di sebuah dunia.
Sebuah memori yang sangat amat indah saat di lalui bersama, entah itu dengan Nevin atau dengan Reyza.
Walaupun Misel tau kalau hal ini akan terjadi namun, ia hanya bisa pasrah karna tak bisa merubah alurnya.
Konsekuensi terbesar dari merubah alur cerita adalah.
Kematian sang Adam itu sendiri (Misel)
Sekip yak
.
.
.
Mereka kembali ke Elhims namun bukannya ikut menghadiri upacara kematian Nevin, gadis itu malah menatap langit yang mulai menghitam pertanda akan malam.
Misel sedikit tersenyum, dia adalah orang yang kuat ya? Bahkan dia mampu tersenyum di tengah badai (masalah) yang menghalanginya.
"Heh padahal baru saja kau menasihati ku Nevin, sepertinya aku sekarang yang harus menasihatimu."
"Huhh- yasudahlah." Lirih Misel tersenyum lembut.
"Misel? Kenapa tidak ikut menghadiri upacara itu?" Tanya gizan yang kebetulan lewat.
"Tidak, aku hanya ingin sendiri dulu."
"Ingin ku bantu temani?" Tawar gizan meski sedikit judes.
"Kalau kau mau, tentu." Jawab Misel tersenyum
"Kau... Menyalahkan dirimu sendiri huh?" Pertanyaan terlontar dari mulut gizan.
"Menurutmu?"
"Ya, benar juga sih, tidak ada yang tidak menyalahkan diri mereka.."
"Ku rasa raja GM, raja Malik, raja Ayon, Marvel, dan Samsul sedang bertengkar. Kau tidak mau melerai mereka?"
"Itu urusan mereka, aku tidak akan ikut campur." Mendengar itu Misel terkekeh pelan.
Aura gadis itu yang awalnya menyengat kembali bersahabat.
Yang gadis itu perlukan sekarang hanyalah ucapan pelukan, namun siapa juga yang ingin memeluknya?.
Terkadang aura yang di keluarkan Misel terlalu berlebihan, sehingga tidak ada yang mau mendekati gadis malang itu.
"Ku harap kau sekarang menjadi lebih tenang"
Gizan memeluk gadis itu dengan lembut, berharap emosi sang gadis tidak terlalu meluap-luap.
"Makasih... Gizan" bisik gadis itu, gadis itu tampak tersenyum.
Gizan bisa merasakan senyuman hangat itu walaupun tak bisa melihatnya.
Sisi lain
.
.
.
"Huhh ini semua salahku" R. GM menatap kejadian itu di tengah hujan.
"Tidak ini bukan salahmu" R. Ayon mencoba tidak menyalahkan R. GM
"Apa maksudnya bukan salahnya?" Sarkas seseorang.
Mereka menoleh melihat Samsul yang menatap tak suka ke arah R. GM
"Hey jagalah sedikit ucapanmu bocah," peringan R. Ayon
"Kenapa? Lagian itu bener kan, kalau aja dia dengerin apa kata Marvel pasti ini semua tidak akan terjadi, master Nevin pasti masih hidup sekarang." Ketus pemuda itu (Samsul) yang masih tak terima akan kematian gurunya.
"Bukan begitu, ini semua karna-"
"Kenapa? Apa karna aku hanya anak kecil yang lugu." Marvel tiba tiba muncul dan bersidekap dada menatap R. GM dengan tatapan tak suka.
"Tidak bukan itu maksudku, kau tau kan kalau segel itu penting, kalau kita tidak memasangnya secara terpisah itu akan memasang waktu yang sangat lama, ini juga demi kebaikan bersama!" Bantah R. GM pada Marvel
"Kebaikan bersama? Kau tau, menurutku ini bukan untuk kebaikan bersama. Tapi karna keegoisanmu sendiri" Marvel berbalik dan menggenggam tangan Samsul.
"Ayo sul, kita harus mencari genah."
"Hey! Berhenti bocah bocah bodoh!" Larang R. Malik mencoba memperingatkan mereka berdua
"Sudahlah Malik, mereka akan berfikir suatu saat kalau mereka salah. Ayo siapkan segelnya dulu." Halang R. Ayon
[Udah mirip blom adegan nya?]
Sekipp
.
.
.
"Gizan!" Mendengar namanya terpanggil, sontak yang memiliki nama langsung menoleh.
"Marvel? Samsul? Ada apa kalian kemari?" Tanya gizan
"Euhh-.. kau dulu kaki-tangan Herobrine kan?" Marvel mencoba memastikan
"Ya, lalu?" Gizan menatap ke arah keduanya
"Pasti kau tau lokasi Herobrine kan?"
"Ya aku tau lokasinya, memangnya kenapa?"
"Begini, raja GM meminta kami untuk mencari markas Herobrine, karna kau mantan kaki-tangan herobrine jadi mungkin kau akan tau." Jelas Marvel
"Sekalian saja ke tempat GM. Aku ingin membicarakan sesuatu dengannya." Sontak Samsul dan Marvel terkejut.
"Kau tidak bisa mengunjunginya!" Gizan langsung menatap ke arah Marvel.
"Eee-"
"Raja GM sedang pergi ke vermillion bersama raja Malik. Tolonglah berikan informasi tentang Herobrine pada kami."
"Hanya berdua? Kalian yakin?"
Mereka (Samsul-Marvel) mengangguk setuju.
"Gitu bet ngibulnya."
"Ya, ada di kaki gunung 15 kilometer dari sini, di sana ada sebuah goa- dan lagi tempat persembunyian-nya itu bukanlah markas melainkan sebuah kastil"
"Oke, terima kasih gizan." Samsul dan Marvel segera pergi dari sana
.
.
.
"Monelit ini hampir jadi."
"Ternyata persiapannya hampur selesai ya." Ucap gizan melihat ke arah mereka
"Eh Gizan tumben kau kesini" R. GM tampak kaget dengan kehadiran gizan
"Aku hanya ingin melihat perkembangan monelit ini, tidak boleh?" Tanya balik lelaki itu
"Tidak, lalu, dimana Marvel dan samsul? Aku tidak melihat mereka dari kemarin." Tanya R. GM
"Bukankah kau bilang kau menyuruh mereka ke Kastil Herobrine" gizan tampak heran akan reaksi R. GM
"Hah!? Aku tidak pernah menyuruh siapapun melakukan itu, karna kita sedang bersiap untuk memakaikan monelitnya." Elak R. GM
"Astaga, ini gawat." Gizan segera menoleh
"Eh Misel?" Mereka menatap ke arah sang gadis
"Kau masih tak mengobatinya gadis bodoh?!" Pekik R. Malik
Misel masih diam dan menatap kesal ke arah R. Malik karna di sebut 'gadis bodoh' apa-apaan!.
"Apakah kau tidak ingin mengobatinya" tanya R. Ayon menatap serius ke arah Misel
Misel menggeleng.
"Tidak perlu di obati, ini bisa sembuh sendiri." Mendengar jawaban Misel sontak membuat mereka kesal.
"Tapi nanti bisa infeksi." Tambah gizan
"Haduhh anak ini, baiklah kita pergi Gizan tuntun kami" R. GM hanya pasrah akan tingkah Misel yang sudah agak di luar batas
Gizan dan yang lain langsung pergi ke tempat Marvel dan Samsul, sedangkan Misel hanya duduk merenung sebentar.
[ Kenapa? Tumben ga kayak biasa? ]
"Sepi...-"
[ Lu sedih? ]
Gadis itu terdiam. Duduk di atap dan menatap langit biru yang mulai kelabu.
[ Bilang aja sedih. Perlu apa? ]
"Sebentar lagi ultah gua..-"
[ Terus? ]
"..." Gadis itu kembali terdiam, memeluk kakinya dan menyembunyikan wajahnya di lipatan lutut.
"Hari istimawah ini... Gaakan jadi hari kebahagiaan?"
Voichess terdiam mendengar gumaman sang tuan.
[ Gua ga tau perasaan lu gimana tapi gua bakal yakin, lu akan bahagia pas akhir nanti ]
"Voich.."
[ Huh? ]
"..."
-
-
-
[ Ga mungkin gitu..! ]
Misel berada di depan goa.
Misel langsung mengambil pedang nya dan membunuh monster itu.
Menusuk, memenggal, bahkan mempelintir organ mereka hingga rusak.
Darah bercucuran, teriakan itu sangat nyaring seakan kesakitan.
Semua yang berada di luar goa terkaget dan menatap ke arah teriakan itu.
Saat di lihat, banyak mayat disana, entah itu mayat creeper, skeleton, zombie. Semuanya musnah
Darah terdapat seseorang yang masih berdiri menatap mayat mayat itu. Tatapan yang sangat amat dingin dan penuh kebencian.
Gadis yang selalu memasang tampang datar nan konyol itu kini menjadi sangat menyeramkan.
"Mi-sel..." Panggil Marvel ketakutan saat melihat sosok gadis yang lebih tua 1 tahun dari pada dirinya (Marvel)
Dengan gerakan patah-patah Misel menoleh, tatapan nya tampak menyeramkan.
"..."
"Misel?" Panggil Samsul mencoba memberanikan diri.
"Menjauh! Dia bukan Misel!"
"... Ha-haHa tubuh yang sempurna, aku menyukai tubuh ini~ gadis ini..."
"Siapa kau!" R. Ayon mengucapkan kata kata itu dengan sedikit penekanan.
"Siapa aku? Perkenalkan. Aku iblis kontrak dari gadis ini, Lucifer nomer 2 terkuat di antara 7 dosa besar."
"Lucifer..- salah satu dosa besar, memegang dosa 'kesombongan', itu kau kan?" Tanya gizan
"Apa- apaan! Kenapa ini!" R. Malik mencoba untuk mencerna percakapan antara Misel (Lucifer) dan gizan.
"Baiklah, aku sudah puas dengan tubuh ini. Aku akan pergi..."
Tubuh Misel langsung ambruk ke tanah.
"Apa itu tadi?" Tanya Samsul.
"Hahh, Misel sudah berkontrak dengan salah satu dari senjata dosa." Mendengar penjelasan gizan mereka terkaget.
"Tunggu!? Bagaimana kau tau?" Tanya R. Malik
"Sudah ketahuan dari sikapnya, dia adalah iblis kesombongan."
Marvel mendekati Misel dan mengelus kepalanya.
"Hahh, kapan dia akan bangun?"
Gizan menggeleng tanda tak tau, tak pernah ada yang tau kapan orang akan bangun saat di rasuki iblis. Ada yang tidak bangun berhari-hari, berminggu- minggu, bahkan berbulan-bulan.
"Tidak ada yang tau pasti kapan seseorang akan bangun ketika di rasuki iblis, apalagi yang merasukinya iblis tingkat tinggi."
Misel langsung membuka matanya.
"Eugh?" Misel langsung mencoba berdiri.
"Tunggu! Misel kau baru bangun jangan berdiri dulu." Peringat Samsul.
Namun gadis itu tak perduli dan tetap berdiri.
"Ayo- pulang..." Lirih si gadis
"Sini ku gendong" Misel menggeleng pertanda tidak mau
"Kau yakin bisa kesana dengan jalan? Kau berdiri saja tidak bisa." Mendengar ucapan gizan kening gadis itu mengkerut
"Biar ku bantu." Rafel langsung mencoba mempapah Misel.
"Tidak perlu, aku bisa sendir- eHh?!"
"Tidak perlu khawatir, aku akan menggendongmu saja sampai Elhims"
Misel menatap arah Rafel dengan tatapan teduh.
"Baiklah, mohon bantuannya panglima Rafel~"
Misel mengalungkan tangannya di leher Rafel, tersenyum senang saat Rafel menawarkannya.
"Yah bucin." Marvel menatap arah lain.
Seketika wajah Rafel memerah saat sadar dengan apa yang ia lakukan.
Pas sampai Elhims
.
.
.
"Hahh, sebentar lagi"
[ Misel... ]
"Oitt? Kenapah?"
[ Lu yakin? ]
Flashback.▽
"Gw tau, gua cuma sebagai tontonan 'mereka' kan? (Readers)"
[ Ya bisa di bilang gitu sih. ]
"Gua pengen pas hari spesial gua nanti bakalan ada temen-temen gua yang rayain."
[ Mungkin itu bisa terkabul ]
"Voichess... Hidup gua gaakan lama ya?"
[ Kok lu mikir gitu!? ]
"Soalnya... Gua ngerasa kalau kontrak gua sama Lucifer mulai melemah. Itu artinya gua akan mati kan?"
[ Ga! Ga mungkin!! Lu udah kontrak sama iblis itu!? ]
"Iya..-"
[ LU GA TAU KONSEKUENSI JIKA SEORANG TITISAN 'dia' JIKA KONTRAK SAMA IBLIS!? ]
"Memang apa konsekuensinya?"
[ Ya, WAKTU ELU HIDUP SISA DIKIT LAH TOLOL! ]
"Yaudah hidupin gua lagi aja kayak di cerita aplikasi Oren hurup 'w' apa susah?"
[ Mana bisa begitu! Nge cheat namanya! ]
"Kematian gua makin deket ya?"
[ Sesuai persyaratan nyawa lu bakalan di renggut... ]
"Minta ke 'dia' aja buat hidupin gua lagi"
[ Ga mungkin gitu..! ]
Flashback end.▽
[ Sel, lu yakin mau nyawa lu jadi korban? ]
"Mau gimana lagi, kontrak nya ga bisa di lepas juga."
[ Hahh.. yaudah kalau elu yakin ]
TBC
Tariksis?
AND CUT DISINIII!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top