5. Cookies topping Kismis
~ Renyah, memang! Meskipun meninggalkan rasa asam, karena kismis di bagian atasnya. Akan tetapi, tak mengurangi rasa nikmat dari keutuhan sebuah biskuit.
Seperti malamku, yang masam karenanya. Namun mengindah dengan adanya pesan darimu. ~
* 19:53 Rumah Aluna
Ada yang berbeda saat makan malam. Hadirnya seseorang yang tak pernah aku duga, sebelumnya. Gimana caranya dia bisa ada di sini? makan dengan lahapnya tanpa rasa canggung! Apa yang ditawarkan bunda, diterimanya dengan suka rela. Alhasil, piring miliknya kini tampak menggunung.
"Aluna! Makanan yang Bunda masak, gak enak ya? Atau, mau Bunda buatkan sesuatu?"
Pertanyaan bunda, membuyarkan semua rangkaian pradugaku terhadap seseorang yang mengambil tempat duduk tepat di seberangku.
"Gak usah, Nda! Masakan Bunda enak kok. Ini Na makan!" ujarku sambil menyuapkan nasi Briyani buatan bunda, ke dalam mulut.
"Na ... yang benar dong makannya! Jangan kebanyakan diaduk-aduk nasinya, dan jangan cuma ngeliatin Bagas aja!" tegur Ayah.
Aku hanya bisa berusaha menjejalkan apa yang tersaji di atas piring. Sementara ia masih saja santai menikmati makanan dan sesekali menatapku lekat.
"Aduh! ... Maaf ya, Gas. Kamu tahukan perubahan sifatnya seperti apa, sekarang?!" ucap Bunda sambil mengangkat dagu ke arahku.
Demi apa? Bunda harus berbicara hal itu kepada Nayaka Angling Bagaskara, atau Bagas, dan terkesan seperti membeberkan sikap burukku padanya.
"Gak papa, Nda! Bagi Bagas, Aluna selalu jadi yang teristimewa."
Apa yang baru saja diucapkannya membuatku seperti, melihat kilasan seorang pemuda yang sedang berbicara dan menyebut namaku.
Semangat, Aluna!
Ayo Na... Na pasti bisa!
Luna, do your best!
Ini de javu atau memang ada sesuatu yang terlewatkan olehku. Kenapa semua kalimat-kalimat itu terasa tak asing untukku? Dan kenapa semuanya diucapkan Mas Bagas? Mas! Sejak kapan Na memanggil dia, dengan imbuhan 'Mas'?!
"Nya, Nya ... Nya, Nya." Suara Alrik seolah menarikku kembali ke masa kini.
"Apa? ... Chubby mau ini?" tanyaku sambil mengangkat ayam tepung favorit Alrik.
"Masa Alrik aja, yang diambilin. Bagas juga tawarin dong, Na!" kata Bunda.
Ampuni Na, Ya Allah! ... Dari tadi kerjanya Na, ngedumel aja. Si Bagas kalau mau pilih makanan ya, tinggal ambil aja. Masa harus ditawarin lagi, lagi, dan lagi.
"Mau tambah apa lagi? Aluna ambilkan!" Meskipun enggan, pada akhirnya kuikuti saja perintah bunda.
"Sudah cukup, Na! Di piringnya Mas, masih banyak lauk," ujarnya menolak.
Lima menit, sepuluh menit, lima belas menit pun berlalu. Akhirnya drama menjamu tamu di meja makan selesai sudah, dengan pamitnya Bagas.
"Terima kasih Ayah, Bunda! ... Atas jamuan makan malamnya," ucap Bagas dengan senyum merekah.
"Kamu kayak sama siapa aja, Gas!" jawab ayah.
"Iya nih, Bagas! ... Pokoknya, setiap Winta lagi luar kota, kamu wajib main atau nginep sekalian di sini aja!" timpal bunda.
"Iya, Bunda. Besok-besok kalau Ibu tugas luar, Bagas stay di sini!"
Setelah berpamitan pada ayah dan bunda, dia terlihat mengedarkan pandangannya dan berhenti saat melihatku.
"Na! ... Mas pulang dulu ya. Terima kasih sudah bisa kembali tersenyum dan tidak takut dengan orang lain."
Aku tertegun mendengar kalimat yang dilontarkan, Bagas. Apanya yang berubah dariku? Sepertinya sejak dulu, sama saja.
"Aluna ...," panggilnya lirih. Kuberi sebuah anggukan untuk menjawabnya.
"Ada yang berbeda dengan penampilannya malam ini, tapi apa ya?" gumamku, saat mengamati bagian belakang tubuhnya yang mulai menjauh.
📲
*Drrttt ... drrttt ...
"Assalamu'alaikum" 20:57
"Sedang apa?" 20:57
Dua buah pesan dari Kak Riza, bisa membuatku melengkungkan senyum seketika. Akan tetapi, Bunda justru mengaitkan rasa senangku dengan sebuah nama yaitu, Bagas.
"Tuh kan, anak Bunda jadi berseri-seri! Pasti karena habis makan malam! Apalagi, tadi pulangnya di jemput Bagas!"
"Bukanlah, Nda! Lagian si Bagas bukan ngejemput Na, tapi nyetirin mobil Bunda, yang jemput Na!" kilahku.
🕑🕑🕑
*Siang tadi, jam pulang sekolah
Saat netraku menangkap kuda besi milik bunda, tak kuhiraukan lagi teriakan dari kakak kelas ber- headphone yang sepertinya tertuju untukku.
Keterkejutan justru aku dapatkan ketika membuka pintu mobil. Pasalnya bukan bunda yang berada di balik kemudi, melainkan Bagas.
"Mau pulang, atau nginep di sekolah?" tanya Bunda dengan raut jenaka, saat mendapatiku tak kunjung memasuki mobil.
"Assalamu'alaikum," sapaku sambil mencium punggung tangan Bunda. "Kok bisa ada dia sih, Nda? Biasanya Bunda kan nyetir sendiri!" sambungku.
"Gimana Bunda mau nyetir? Alrik udah ketiduran dari sebelum berangkat. Untungnya Bagas gak ada jadwal kuliah, jadi bisa nemenin Bunda buat jemput kamu!" jelas Bunda.
Tampak Bagas yang mencuri-curi pandang padaku dari spion tengah. Ngapain sih ... ngeliatin Na, terus? Serem tau!
Sepanjang perjalanan, aku memilih untuk menutup mulut, alias tak bersuara. Bahkan saat sudah sampai rumah, tak ada sepatah kata pun yang aku lontarkan.
🚗🏡
"Masa sih?! Kok Bunda ragu, dengar jawabanmu." Tatapnya menyelidik.
"Ya udah, kalau Bunda gak percaya sama Na!" ujarku seraya berlalu meninggalkan bunda.
"Satu lagi, Na!" Bunda menahan tanganku. "coba biasakan untuk kembali bersikap baik sama Bagas. Jangan seperti ini terus!"
Usai menasihatiku, justru bunda yang berlalu meninggalkanku begitu saja. Aku berusaha untuk berpikir dengan keras, kenapa semua orang menyatakan kata 'kembali'? sementara aku merasa tak pernah beranjak ke mana pun.
Drrttt ... drrttt ...
"Aluna sudah tidurkah?" 21:13
Lagi ..., pesan dari Kak Riza mengendurkan sedikit sesak di pikiranku. Membalas pesannya seakan menjadi hal yang harus kulakukan, saat ini.
"Wa'alaikumussalam." 21:15
"Baru selesai makan, Kak." 21:16
"Kak Riza sudah makan?" 21:16
Ya Tuhan! ... pertanyaan apa itu, Na? Sejak kapan kamu menjadi peduli terhadap orang lain? Baru saja tanganku tergerak untuk menghapusnya, pesan balasan sedang dikirim olehnya.
"Tadi selepas Maghrib, langsung makan." 21:17
"Sampai jumpa besok di Sekolah. Selamat malam, Aluna." 21:18
Senyumku terasa mengembang, saat membacanya! Altaf Fahriza ... seolah menjadi oase di gersangnya hatiku, Aluna Rinjani.
.
.
Assalamu'alaikum, Friends ... Selamat berjumpa kembali dengan kisah Aluna.
Pernah tidak, kalian merasakan apa yang tengah Aluna rasakan? Diperhatiakan orang lain, yang tidak kalian sukai, atau senang luar bisa saat sebuah pesan singgah untuk kalian? Entah melalui surat, pesan singkat, chat, atau bahkan melalui teman?
Jangan lupa tekan BINTANG & tulis KOMENTAR, serta PENGALAMAN kalian, saat mendadak berbunga-bunga atau berdebar ya ...
Terima Kasih, Salam Sayang
~ Dunianya_D ~
10-14.03.20 ~> 14.03.20 19:00
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top