3. Sweet Cheese
~Saat pertama dinikmati terasa asin, kemudian gigitan kedua asam, kunyahan ketiga merujuk pada manis. Dan itulah kamu.~
.
🧀
Selama prosesi pembukaan kompetisi basket, pertandingan pertama, hingga kini jam bebas (yang pada akhirnya kami habiskan untuk makan di kantin), aku dan Kak Riza bagaikan sepasang aktor dan aktris pemeran utama sebuah film terkenal, yang menjadi pusat perhatian khalayak ramai.
Jika saja kalian tahu apa yang ada dalam hatiku, bukan kegembiraan penuh suka cita karena bisa bersama dengan senior idaman. Aku justru takut dengan tanggapan Erika, yang jauh lebih dulu menyukai Kak Riza.
Bisa saja Erika menganggapku benalu, karena aku yang seharusnya hanya menyampaikan salam, ini malah sudah berjam-jam tak pernah lepas dari sisi pemuda yang disukainya.
"Kamu kenapa? Gak nyaman ya makan sama aku?" tanyanya dengan tatapan penuh selidik.
"Enggak kok Kak!" jawabku rikuh.
"Enggak apa? Gak nyaman maksudnya!" Kak Riza lagi-lagi sukses membuatku bungkam.
"Habiskan makananmu. Kita balik ke kelas!" perintahnya datar. Gaya bahasa dan nada bicaranya berubah, tak seramah tadi. Aku harus bagaimana ini?
"Kak Riza marah? Aku salah apa?" Cericitku sepelan mungkin. Tak ada jawaban, Kak Riza diam saja sambil menghabiskan sisa nasi campur di piringnya.
Selesai makan, meninggalkan kantin, lalu sampai di depan tangga pun, tak ada sepatah kata pun yang dikeluarkannya. Jika aku salah, salahku di mana? Karena aku tak merasa melakukan kesalahan padanya, barang sekecilpun. Bunda, Na harus apa?
Di anak tangga ketiga, aku menarik lengan bajunya. Kenapa gak narik tangannya aja Na? kayak di sinetron atau novel romantis. Masalahnya aku bukan di lokasi syuting, dan ini sekolah sungguhan.
Kak Riza menghentikan langkahnya, "Kenapa lagi?" tanyanya dengan nada yang terdengar jengkel.
"Na ... eh Maksudnya, aku salah apa? Kenapa Kakak jadi gini?"
Belum sempat pertanyaanku terjawab, seseorang sudah terlebih dulu muncul di hadapan kami.
"Awas, awas, permisi, aduh ... loh kalian!"
Orang yang baru saja 'memergoki' kami adalah Erika. Seketika itu juga, aku menjadi ketakutan sendiri. Jangan sampai terjadi adegan seperti yang ada di sinetron, Erika menarikku, lalu menjambak, kemudian mendorong, aku jatuh dari tangga, dan berakhir dengan ....
"Aluna Rinjani!" Suara Erika membuatku tersadar dari dunia khayal, disambut dengan tawa yang menampilkan lesung pipi milik Kak Riza.
"Eh, eh ... mau ke mana?" pekikku saat ditarik Erika secara tiba-tiba.
"Ke toilet! Gue kebelet pipis" jawabnya padaku. "Luna nya, Ika pinjam ke toilet ya Kak!" yang hanya diangguki oleh Kak Riza.
👟👟👟👟👟
"Lu dari mana aja sama Kak Riza?"
Pertanyaan Erika membuat jantungku yang semula berdetak santai, menjadi disko seketika. Harus jawab apa nih?
"Luna ih! ... Ika tanya juga. Aluna tadi ke mana aja sama Kak Riza?" Erika nampak menginterogasi.
"Dari lapangan, terus ke kantin"
"Kok Ika gak liat Luna di lapangan? Padahal tadi kita berlima nyariin, tapi gak ada yang tau Luna di mana?!" selidiknya.
"Beneran tadi itu Luna dari kelas, langsung ke lapangan. Setelahnya ke kantin. Terus mau balik ke kelas, papasan sama Ika di tangga," ujarku memperjelas semuanya.
"Tapi ... sama Kak Riza terus kan?!"
Aku hanya bisa mengangguk pasrah, menjawab pertanyaannya saat ini. Apa dia bakal ngamuk sama aku? Padahal dari semua teman, yang paling membuatku nyaman baru seorang Erika. Aku mohon Tuhan, jangan membuatnya membenciku seperti..
"E ... cie, cie ... jadi dari tadi Luna 'menghilang' karena 'kencan' sama Kak Riza," ucapnya dengan senyum merekah.
Aku tercengang melihat ekspresinya. Bagaimana bisa dia justru menggodaku? Kenapa dia tidak marah? Apa dia hanya pura-pura biasa, lalu nanti melukaiku?
"Ya ampun! Luna kenapa sih hobi banget bengong!" Aku makin tak habis pikir dengan sikap Erika. Apa patah hati membuatnya menjadi tak waras secepat ini? Atau ....
"Kenapa ngeliatin gue kayak gitu? Atau ada sesuatu yang aneh di muka gue?" tukasnya sambil menatap cermin yang menempel pada dinding wastafel.
"Keluar aja yuk! Serem gue lama-lama di sini, lu jadi makin aneh!" Erika menarik tanganku untuk segera keluar dari area toilet.
"Loh kok gak ke kelas, ini kita mau ke mana?" tanyaku. Saat ini, Erika mengamit lenganku menuju arah kiri.
Area yang kami tuju berjarak dua ratus meter dari toilet itu, memang cukup luas dan asri. Wilayah ini kerap disebut sebagai 'Teritori Edukasi'nya Anugerah Persada. Ada Perpustakaan, ruang bahasa, ruang praktikum, laboratorium, dan juga ruangan-ruangan tiap ekstrakurikuler.
*Ruang Seni Fotografi
Itulah yang tertulis di depan ruangan berukuran 6x8 tersebut. Aku sendiri bingung, kenapa kami berada di ambang pintu ruangan yang terbuka ini?
"Ngapain kita ke sini? Ika mau daftar?" tanyaku pada Erika yang terlihat antusias ingin memasuki ruangan ini.
"Mau bantuin Kak Riza!"
"Emangnya Ka Riza kenapa?" Aku semakin penasaran pada alasan yang disampaikan Erika.
"Aku minta tolong Ika buat ajak kamu ke sini," sela sebuah suara dari dalam ruangan, yang ternyata adalah Kak Riza.
Aku melirik untuk meminta penjelasan pada Erika, akan tetapi justru Kak Riza yang berbicara ... "Aku mau kenalan sama kamu lebih dekat, boleh?"
Aku harus jawab apa? Aduh Erika, kenapa kamu malah senyam-senyum gitu? Ayah, Na mesti gimana?
"Kita kenalan secara resmi ya! Aku, Altaf Fahriza. Nama kamu siapa?" ujarnya seraya menundukkan tubuh guna sejajar dan berjabat tangan denganku.
"Aku ... Aluna Rinjani"
"A ... lu ... na Rin ... ja ... ni! G nya apa?" tanyanya dengan telunjuk yang mengarah pada nametag yang terajut di dada sebelah kanan.
"Gemintang"
Sejurus kemudian, Kak Riza kembali mengangsurkan tangan kanannya. " Assalamu'alaikum, Aluna Gemintang Rinjani. Perkenalkan ... aku, Altaf Fahriza. Senang berteman denganmu!"
🌼🌼🌼🌼🌼
.
.
Cie...cie... adakah yang (masih) merona, pengingat masa perkenalan dengan kakel idaman?
Assalamu'alaikum Friends, Dhi mau ngucapin terima kasih buat kalian yang sudah bersedia singgah dan meninggalkan jejak
Dhi tetep butuh dukungan & support kalian untuk cerita ini.
Mari bernostalgia dengan masa SMA (yg belum atau yg masih SMA, mari menikmati) bersama-sama.
Salam sayang, dari
~ Dunianya-D ~
12-13.02.20 ~> 13.02.20 21:00
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top