1. Kudapan
~Yang akan kulalui masih panjang, ini juga masih permulaan. Jadi anggaplah seperti sebuah 'kudapan'~
“Na ... bangun sayang, nanti kesiangan. Katanya mau berangkat sama Ayah!”
Suara Bunda dari depan pintu kamarku yang masih tertutup, bisa terdengar dengan jelas sekalipun mataku masih terpejam. Kuregangkan perlahan tubuh yang sedikit terasa kaku ini. Kulihat jam digital di atas nakas masih menunjukkan pukul 04:35.
Tok ... tok ... tok ...
“Aluna ...!” Suara Bunda kembali, pasca ketukan.
“Iya, Bunda. Na udah bangun kok!” jawabku sambil melongokkan kepala di sela pintu yang terbuka.
“Mandi, shalat, terus siap-siap. Ayah ada rapat, jadi harus berangkat lebih pagi. Bunda tunggu di bawah ya!” ujarnya lembut, kemudian berlalu meninggalkan kamarku.
Sekolah ya! Rasanya aku ingin transmigrasi menuju planet lain saja. Sebenarnya aku lebih memilih untuk mengikuti proses belajar non formal alias homeschooling. Tapi mau bagaimana lagi, Ayah sama Bunda sudah menyiapkan ini semua untukku.
Setelah mandi, mengenakan seragam, dan memasukkan semua perlengkapan ke dalam tas, aku bergegas menuju ruang makan.
🎒🎒🎒🎒🎒
Makan bersama adalah kegiatan paling kusukai, apalagi sarapan. Karena disaat seperti ini, aku bisa melihat kemesraan ayah dan bunda yang bisa menjadi sumber energiku.
Bukan! Bukan bermesraan seperti adegan layak sensor, lebih tepatnya bunda yang selalu memberikan perhatian kepada ayah, dan ayah yang selalu membalasnya dengan cara yang manis. Aih ... mesranya!
Plak ..., “Nya ... nya ....” sentuhan tangan mungil penuh tenaga milik Alrik, adik kecilku yang berusia dua tahun dan suara khas batitanya, membuat pipiku terasa ‘merona’ (karena panas).
“Apa chubby? Tangannya hobi nemplok sembarangan ya!” ujarku sambil mengemas pipinya yang gembul.
“Dia itu dari tadi manggilin kamu, Na. Kamunya malah ngelamun. Mikirin apa sih anak gadisnya Bunda?” cetus bunda dengan mengunci tatapannya padaku.
Melamun? ... masa sih?! perasaan aku cuma merhatiin ayah sama bunda, bukan ngelamun.
“Enggak kok Nda!” kilahku cepat.
“Ehmm ... jangan-jangan kamu lagi mikirin si Bagas, anaknya Tante Winta ya?”
“Ih, Bunda ... Na gak mau ah!” tepisku sambil bergidik ngeri.
Ya ampun, bunda ... idolaku aja cowok yang wajah, saleh, sabar, baik, dan pintarnya sama atau lebih dua tingkat di atas ayah. Masa bunda malah ngeledekin anaknya sama cowok berandalan.
“Hahaha ... mukamu kenapa jadi merah gitu! Aduh perut Bunda sampe sakit Na, ngebayangin kamu diboncengin sama Bagas.”
Ayah yang lebih tanggap dengan raut wajah kesal yang aku tunjukkan, memutuskan untuk menghentikan godaan bunda padaku.
“Nda, sudah ya! Ini hari pertama Na masuk sekolah, jangan dibuat bad mood lah!” bujuk ayah.
Tuh, kan! Ayah aja kasi peringatan ke bunda pake nada lembut gitu. Gimana aku yang dengar gak jadi melting?! Sabar, Na ... buatmu nanti ada waktunya.
Usai menghabiskan sarapan, ayah berpamitan dengan bunda, dan kini tiba giliranku ....
“Bunda, Na berangkat dulu ya!”
“Hati-hati ya Na! Sekolah yang semangat ... ingat pesan Bunda, manusia diciptakan berbeda-beda, begitu juga teman-teman Na!” pesan bunda untuk menguatkan hatiku.
“Iya Nda. Dada ... Alrik sayang, Nya berangkat dulu ya, Assalamu’alaikum” ujarku sambil berlalu meninggalkan mereka, menuju mobil.
“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Dada Ayah, dada Nya-nya” jawab Bunda dengan menggerak-gerakkan tangan Alrik.
🚗🚗🚗🚗🚗
Tak ada obrolan di dalam mobil, karena ayah harus fokus mengendalikan kemudi, agar sampai tepat waktu.
“Alhamdulillah!” cetus ayah saat mobil ini tepat berada di bibir gerbang sekolah.
“Ayah!” seruku sambil mengangsurkan tangan untuk berpamitan.
“Ayah antar sampe depan aula ya Na?”
“Gak usah, Yah! Kalau makin ke dalam, susah nanti keluarnya,” sanggahku.
“Kamu jalan dong ke dalemnya?!” gumam ayah dengan nada khawatir.
“Gak apa-apa, Yah! lagi pula di sini aja udah antri, gini!”
“Ya sudah. Hati-hati ya, Na ... nanti pulang sama Bunda kan?!” Aku mengangguk mendengar wejangan serta pertanyaan Ayah.
“Assalamu’alaikum, Ayah!” tukasku saat beranjak turun dari mobil.
“Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh,” jawab ayah sambil tersenyum dan melambaikan tangan padaku.
Sepeninggal Ayah, aku harus menyeret langkahku yang terasa berat saat memasuki halaman sekolah. Rasanya keengganan ini, terus saja menggelayut manja padaku.
“Aluna kan?! Anak X-1,” sapa seorang gadis yang mengenakan seragam serupa denganku.
“Iya.”
“Hai ... gue, Erika! Sudah punya teman sebangku?” Aku menggeleng, tersenyum samar menjawab pertanyaannya.
“Sama gue aja, gimana?” usulnya penuh antusias.
“Boleh!” aku hanya menjawab sekedarnya saja.
📚📚📚📚📚
Jadilah sejak dua jam yang lalu aku menjadi teman sebangku Erika, yang ternyata cukup menyenangkan. Namun ada yang sedikit menganjal untukku, saat kami harus menempati kursi di barisan terdepan, yang acap kali dinilai sebagai tempatnya 'murid berprestasi'.
Aku saja belum tahu akan seperti apa hari-hari yang akan kulalui di sekolah ini. Tapi hanya karena pemilihan tempat duduk saja sudah ada label baru yang harus kusandang.
Saat sedang mengamati seisi kelas, mataku melihat segerombolan anak perempuan yang berjalan ke arah tempat dudukku saat ini. Aku belum menangkap sinyal bahaya seperti sebelumnya, jadi kurasa akan baik-baik saja.
“Hai ... gue, Lia! Hasanah Aulia. Lu?”
“Aluna. Panggil aja Luna,” tuturku sambil menjabat tangannya.
Kemudian Lia memperkenalkan teman-teman yang berdiri di sampingnya, “Ini Keyra, sebelahnya Anggun, dan yang ujung Saras”
Aku tersenyum menerima uluran tangan mereka satu persatu. Begitu pula saat Erika kembali duduk, aku mengenalkannya kepada mereka semua. Dan kami menjalin sebuah ikatan 'pertemanan'.
Sekolah adalah tempat yang sempat membuatku jengah. Kelas, seperti lingkup terkecil yang mengurungku. Dan teman, layaknya musuh yang siap memangsaku.
Jenjang, Sekolah, kelas, teman, semuanya serba baru. Bisakah aku merasakan varian yang berbeda?, atau akankah semua terulang kembali padaku?
↔↔↔↪↪↪↔↔↔
Assalamu'alaikum, Friends..😊
Luna hadir kembali. Bagaimana, apakah diantara kalian (semasa SMA) ada yang masih atau sempat diantar-jemput orang tua? Atau berangkat-pulang sendiri?
Share dong, Luna ingin tahu pengalaman/perasaan kalian masa itu😁🙏
Jangan lupa dukungan, jejak, & krisarnya🙏
Terima kasih, salam sayang
-> Dunianya_D <-
01-04.02.20 ~> 07.02.20 19:35
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top