Prolog

Helaan nafas terdengar, seorang gadis bersurai pendek membuka pintu rumah dengan malas setelah sebelumnya berdiam diri selama beberapa menit disana.

Suara decitan pintu memecah keheningan, hanya kegelapan yang menyambutnya pulang. Pertanyaan "Kau sudah pulang?" Atau "Selamat datang" Yang biasanya didengar oleh orang-orang tak pernah ia dapat.

Dengan gontai dia berjalan ke ruang tamu dan melepas kacamata yang ia pakai sebelum merebahkan diri di sofa panjang.

Hari masih pagi, matahari bahkan baru memunculkan sinarnya. Namun di hari yang indah seperti ini isi kepala seorang gadis muda dipenuhi oleh banyak masalah.

"Perbaiki sifat mu, aku tidak suka."

"Jangan dekat-dekat dengan para berandalan itu lagi."

"Kali ini aku akan melupakan apa yang sudah kau lakukan. Tapi jika kau masih mengecewakan ku, aku tak akan segan-segan mengusir mu dari rumah ini."

Kata-kata itu terus berputar di kepalanya. Kalau di ingat-ingat lagi sejak kapan semuanya menjadi serumit ini?

Tanpa sadar ia mengigit bibir bawahnya, kesal sekaligus muak dengan semua yang terjadi. Hatinya menangis, jiwanya lelah, namun ia tetap hidup meski bayang-bayang untuk bunuh diri itu ada.

"Seperti apa hidup itu seharusnya?" Bisiknya dalam keheningan.

Puluhan teori, ratusan kesimpulan, jutaan sensasi, miliaran ingatan, triliunan perasaan. Semuanya terjebak di dalam satu jiwa yang tertuntut untuk menentukan satu keputusan.

Di titik ini, ia merasa kosong dan tidak ingin memiliki harapan apa-apa. Kehidupan baginya kini terasa seperti aliran air yang entah akan membawanya ke mana. Siluet wajah-wajah yang menghantui di dalam pikirannya menimbulkan sebuah teka-teki yang entah bagaimana caranya ia pecahkan.

Untuk yang kesekian kali dia menghembuskan nafas panjang, terlalu pusing dengan apa yang terjadi.

Di ambilnya selembar formulir yang ada di atas meja sebelum membaca ulang isi lembaran kertas itu.

"SMA Jaewon, huh...?"

Ia harap kepindahannya di sekolah baru kali ini tak ada lagi masalah yang mendatangi hidupnya. Dia sudah terlalu muak dengan itu semua, apa perlu dia pindah kewarganegaraan sekalian?

Itu bukanlah hal yang sulit, mengingat dia berasal dari keluarga berada meski hanya memiliki sosok ibu. Tak mempunyai sosok ayah tidak membuatnya merasa kekurangan di bidang ekonomi.

Rasanya ingin sekali melarikan diri tapi besok dia sudah harus masuk di sekolah baru. Bukankah dia harus bertemu dengan seseorang disana dan membagi masalahnya bersama?

Maksud ku ayolah. Bukankah itu salah satu fungsinya memiliki teman, kan?

Seutas senyum tipis terpatri di wajahnya. Setidaknya di tengah-tengah semua masalah yang ia hadapi, ia masih memiliki seseorang sebagai tempat berbagi cerita.

"Hah... Padahal ini hari yang bagus untuk gantung diri."

»»————><————««

Cake series. 2023
aby09099 rxntarouna

Penjelasan tentang series/book ini ada di bagian notes ya pren. Baca yah yank biar ga bingung, atau kalo maw tanya lgsg disini juga blehh [sun]

Welcome and enjoy my collaboration with aby09099 gaes🤰🏻💅🏻

Hope you like it

—Baginda ratu 👸🏻

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top