๐บ๐๐๐๐๐ ๐ฒ๐๐๐๐๐๐๐๐
Aku lupa nama bapaknya Zaqi, kalau masih ada yang ingat, tolong beritahu aku sementara aku beri nama beliau Komari.
------------------------
แดฎแตแถแต แตแตหขสฐแตแถ โฟสธแต แตแตหกแต แตแตสณแต แตแตแถแต แตแดพ
.
.
๐ข๐ฎ๐ต๐ช๐ถ๐ช๐ฝ ๐ถ๐ฎ๐ถ๐ซ๐ช๐ฌ๐ช
------------------------
Zaki masih mondar-mandir di dalam kamarnya. Jujur permintaan Calla membuatnya harus berada di persimpangan dilema. Bukan karena dia tidak mengakui kelembutan hati Azeera tetapi karena tidak ingin menikahi wanita sementara hatinya masih menjadi pemilik wanita yang lain.
Ketukan pintu yang terdengar membuat lamunannya buyar seketika. Hidup memang harus melangkah maju, tidak ada kebaikan untuk tetap menoleh ke belakang sementara dia harus tetap menjaga semua hati di dalm keluarganya.
"Zaq, Ayah lihat sejak pulang bersama Oomar semalam kamu mengurung diri terus di kamar. Ada apa? Apa kamu sakit?" tanya ayah Zaqi.
Zaqi menggelengkan kepala, menutupi keresahan hatinya tanpa suara.
"Boleh Ayah masuk?"
"Silakan, Yah," jawab Zaqi.
"Oomar sudah menceritakan kepada Ayah. Bukan bermaksud untuk mencampuri keputusanmu, Zaq. Tapi tidak ada salahnya meminta petunjuk kembali kepada Allah. Mungkin Azeera memang jodohmu."
"Ayah, tapi dulu Zaqi yang telah menolak lamaran Pak Kiai. Mau ditaruh di mana muka Ayah dan Ibu nanti?"
"Ayah dan Ibu pasti akan melakukan yang terbaik untuk kalian, meski mungkin harus menundukkan muka."
"Subhanallah, jangan seperti itu, Ayah. Kita juga punya harga diri untuk tidak melakukan itu," kata Zaqi.
"Bukan seperti itu, Zaqi.ย Ayah sudah memastikan seperti apa perempuan yang bernama Azeera itu. Benar kata Calla, dia adalah permata. Kalau kamu bisa mencintai dan melangkah bersamanya dalam payung pernikahan. Insyaallah, Nak." Ayah Zaqi tersenyum sambil mengusap pundaknya.
"Ayah tidak berkeberatan jika seandainya mengantarkan Zaqi untuk memintanya kepada kedua orang tuanya?" tanya Zaqi.
"Apa yang menjadikan alasan untuk Ayah keberatan?"
Zaqi mengangguk kemudian bersuara kembali sebelum memberika keputusan kepada ayahnya. "Izinkan Zaqi meminta petunjuk kepada Allah terlebih dulu, Ayah. Setidaknya meski kita telah mengetahui bahwa Azeera wanita saleha tetapi Allah lebih tahu siapa yang terbaik menjadi pendamping Zaqi."
Istikharah menjadi jawaban dari semua resah dan gundah di hati Zaqi. Dia memasrahkan muara hatinya kepada Allah, jika Azeera adalah jodoh terbaiknya maka dia berjanji untuk menghadirkan cinta itu setelah semua tanggung jawab sebagai suami sah disandangnya.
Tidak lebih dari tiga minggu, Zaqi duduk berhadapan dengan orang tuanya. Dia membawa jawaban yang diharapkan tidak akan mengecewakan semua pihak.
"Dengan banyak pertimbangan dan juga kemantapan niat, insyaallah Zaqi siap menikah dengan Azeer. Dengan catatan Azeera tidak keberatan menerima Zaqi yang telah menolaknya dulu," kata Zaqi.
"Baiklah, biar Ayah dan Ibu yang bersilaturahmi ke rumah Kiai Guntur membicarakan ini." Keputusan final yang akhirnya membawa perjalanan takdir cinta seorang Arzaq Dhizwar menemukan jodohnya.
Tidak menunggu lama, kedua orang tua Zaqi segera menunaikan janji kepada sang putra untuk berkunjung ke rumah Kiai Guntur. Keduanya disambut dengan sangat baik di kediaman sang Kiai disaat yang bersamaan keluarga Calla juga berada di tempat yang sama.
"Seperti janjian ini, Dik Azrul dan Pak Komari datang di waktu yang bersamaan," kata Kiai Guntur dengan senyum semringahnya.
"Maaf, jika kedatangan kami tidak tepat. Atau mungkin sedang ada pertemuan keluarga?" kata Pak Komari.
"Tidak ada pertemuan khusus. Mari, mari, Pak Komari dan Ibu silakan duduk." Bu Nyai ikut bergabung bersama sang adik.
"Beliau ini orang tua Ustaz Zaqi yang notabene orang tua Oomar Fravash juga, Dik," kata Kiai Guntur.
"Masyaallah, tidak menyangka bisa bertemu di sini. Oomar itu kepercayaan di kantor, Pak Komari. Selain karena kerjanya bagus dia tidak segan untuk membantu pekerjaan teman-temannya yang lain, sehingga menjadi anak kesayangan Bapak," cerita Pak Azrul.
"Alhamdulillah, semoga bisa amanah menjalankan tugas, Pak Azrul. Mohon dibimbing selalu dan diingatkan apabila melakukan kesalahan. Dia itu sudah bekerja tetapi bagi kami yang namanya anak masih juga tetap anak-anak," jawab Pak Komari.
"Tapi biar pun anak-anak sudah berani mengambil keputusan besar dalam hidup." Pak Azrul tersenyum menanggapi. "Benar, Pak Komari. Saya bisa berkata demikian karena beberapa minggu yang lalu dia datang kepada saya untuk meminta Calla."
Mendengar penuturan orang tua wanita yang diinginkan salah satu putranya, Pak Komari tersenyum mengangguk. Oomar telah menceritakan semuanya tetapi saat ini dia tidak ingin membicarakan tentang Oomar meski nanti tentu akan membahasnya juga.
"Benar, Pak Azrul. Mohon maaf atas kelancangan putra kami," kata Pak Komari.
"Itu namanya bukan lancang, Pak Komari. Tetapi karena Oomar mengetahui bahwa dia sudah merasa mampu dan menjadikan sunah itu wajib untuk segera dilaksanakan. Bukan begitu, Dik Azrul?"
"Benar sekali, dan kami sudah menunggu kapan Bapak dan Ibu Komari berkunjung ke rumah untuk acara resmi mereka," jawab Pak Azrul.
Dari percakapan basa-basi, saling memperkenalkan diri sampailah pada maksud inti dari kedatangan orang tua Zaqi ke rumah Kiai Guntur.
"Jujur kami ingin meminta maaf, Kiai. Tentang Zaqi yang terlalu tergesa-gesa mengambil keputusan dulu ketika Pak Kiai memintanya untuk bersedia menikah dengan Ning Azeera," kata Pak Komari.
"Saya sejujurnya sangat menyayangkan kemarin, tetapi kita tentu tidak bisa melawan takdir Allah yang berkehendak."
"Kemarin Zaqi meminta kami untuk menemui Kiai Guntur, untuk itu kami datang kemari membawa sebuah permintaan jika masih memungkinkan untuk meminta kembali Azeera untuk putra kami, Zaqi."
Terdengar embusan napas yang hadir bersaman setelah Pak Komari menyelesaikan bicaranya. Senyuman lembut serta ucapan syukur menghias bibir-bibir para orang tua yang ada di ruang tamu.
"Kalau Pak Komari bertanya kepada kami, tentu saja kami berdua sebagai orang tua Azeera merasa sangat senang karena memang hal itu yang sedari kenal dengan Ustaz Zaqi, saya menginginkan mengambilnya sebagai menantu. Namun, untuk lebih bijaksananya, karena kehidupan nanti milik mereka berdua. Tidak ada salahnya jika kita mendengar suara Azeera. Umi, tolong panggilkan Azeera kemari."
Dalam hati Pak Komari berharap semoga jawaban Kiai Guntur ini mengisyaratkan bahwa mereka belum menerima pinangan dari orang lain untuk putrinya.ย
Pertama kalinya, bertemu dan melihat langsung wanita yang pernah ditolak putranya. Bu Masruroh, ibunda Zaqi terkejut mendapati kenyataan bahwa perempuan yang kini duduk menunduk di depan mereka tidak kalah cantik dari foto wanita yang pernah ditunjukkan Oomar kepadanya dan diakuinya sebagai Calla Vyandinashini.
"Ini putri kami Hadijah Azeera, Bapak dan Ibu Komari."
Azeera hanya bisa tertunduk, mungkin jika kedatangan orang tua Zaqi beberapa bulan yang lalu ketika abinya menawarkan pernikahan, Azeera akan menjadi wanita yang paling bahagia di dunia malam ini. Tetapi mengapa kedatangan mereka setelah Calla memberikan ultimatum keras kepadanya.
"Maaf sebelumnya jika pertanyaan kami agak pribadi. Apakah saat ini sudah ada yang datang meminang Ning Azeera?" tanya ibu Zaqi pelan.
Gelengan kepala Azeera membuat senyum orang tua Zaqi mengembang.
"Ning Azeera, kami berdua datang atas nama Arzaq Dhizwar. Mohon maaf atas semua yang pernah Zaqi lakukan kepada Ning Azeera. Semoga kedatangan kami ini bersambut kebaikan untuk kita semua," lanjut ibu Zaqi.
"Maaf Bapak, Ibu sebelumnya. Sebelum saya memberikan jawaban, izinkan saya berbicara dengan Ustaz Zaqi sebelumnya. Saya ingin memastikan sesuatu."
Meski sedikit kecewa, Azeera masih bersikap sopan kepada kedua orang tua Zaqi. Semoga ini bukan karena perasaannya benar bahwa Zaqi menaruh rasa yang sama seperti Oomar kepada adik sepupunya.
----------------------------------------๐ฒ๐ฒ
__to be continued
Blitar, 23 Oktober 2022
Bแบกn ฤang ฤแปc truyแปn trรชn: AzTruyen.Top