𝐅𝐔𝐓𝐔𝐑𝐄 ; πˆπ•

FUTURE ;
TECHNOLOGY

❛ Β Teknologi membuat semua hal menjadi sangat mudahΒ  ❜

TAK BISA MENUTUPI RASA PENASARANNYA, William sangat takjub dengan era saat ini, era dimana semuanya dipenuhi dengan teknologi yang sangat canggih. Sangat berbeda dengan era Victoria.

Mulai dari beberapa orang-orang yang mengenakan sebuah benda yang dapat melayang, entah itu hanya sekedar untuk jalan-jalan atau berangkat kerja dan sekolah.

Memandang jalanan kota dari dalam jendela mobil dengan tatapan kagum sekaligus penasaran. William, sangat penasaran dengan teknologi saat ini. Tapi yang pasti, teknologi saat ini sangatlah canggih dan berkembang dengan sangat pesat.

"Dunia memang penuh dengan kejutan ya? Di era ini teknologi sudah berkembang dengan sangat pesat, berbeda dengan dari era asalku"

Kamu yang tengah menyetir, mengalihkan pandanganmu ke arah William sekilas, sebelum akhirnya fokus untuk menyetir kembali.

"Teknologi saat ini memang telah berkembang lebih pesat, tidak. Malah lebih. Mobil ini pun bisa dijalankan sendiri tanpa ada yang menyetirnya"

Mendengar perkataanmu, William mengalihkan pandangannya ke arahmu yang tengah menyetir mobil dengan seringai yang terpampang di wajahmu.

"Benarkah? Kalau begitu buktikan kepadaku"

Mendengar hal itu, kamu melebarkan seringaimu yang terpampang di wajahmu. Tidak bisa menahan perasaan sombong yang berada di dalam dirimu.

Perlahan-lahan kamu melepaskan tanganmu dari alat setir, membiarkan mobil milikmu berjalan dengan sendirinya, tanpa ada yang menyetirnya.

"Kau lihat? Mobil ini bisa berjalan sendiri tanpa oleng, bahkan bisa berbelok sendiri sesuai dengan tujuan yang diinginkan dari pengendara"

William yang mendengar hal itu tersenyum tipis, melihat ekspresi sombong yang terpampang di wajahmu.

"Kau benar nona, teknologi saat ini patut diacungi jempol"

KINI KAMU DAN WILLIAM BERADA DI DEPAN PINTU MASUK, Setelah memarkirkan mobil di basement parkir. Kamu dan William segera masuk ke dalam mall tersebut.

"Bangunan ini terlihat sangat megah, sangat berbeda dari pusat perbelanjaan pada era Victoria. Dan juga dipenuhi dengan teknologi yang sangat canggih" Ucap William ketika melihat layar led yang berada di dalam mall tersebut.

Kamu yang mendengarnya hanya tersenyum tipis, lalu mengajaknya untuk ke lantai 2, yang berisi kebutuhan hidup semua.

Sedikit kesusahan ketika William ingin menaikkan eskalator, karena benda tersebut yang terus bergerak tanpa henti. Membuatnya kesusahan ketika ingin menginjakkan kakinya ke tempat untuk berdiri.

"Benda itu sedikit menyusahkanku"

Mendengarnya kamu terkekeh pelan, melihat bagaimana ekspresi kesusahan William ketika ingin menggunakan eskalator pertama kalinya. Mirip ketika dirimu ketika masih kecil.

"Benda itu memang sedikit menyusahkan, tapi nanti kau juga akan terbiasa"

Kini kamu melanjutkan aktivitasmu membeli kebutuhan sehari-hari, mulai dari membeli keperluan mandi dan makanan. Memasukkannya ke troli belanja.

"Benda itu dapat melayang, dan juga dapat bergerak sesuai dengan yang memakainya" Ucap William ketika melihat troli yang dia gunakan selalu mengikutinya kemanapun dia bergerak.

"Troli ini sengaja di desain seperti ini, agar mempermudahkan yang tengah berbelanja"

Selesai membeli kebutuhan sehari-hari, kini kamu menuju ke tempat untuk membayar belanjaanmu, kamu mengeluarkan ponselmu. Dan meletakkannya di atas benda tersebut.

Selesai membayarnya, kamu segera memasukkan barang belanjaan mu ke dalam tas belanja, lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.

"Aku sedikit lapar, ingin makan sesuatu?" William yang mendengar tawaranmu tersenyum tipis, menganggukkan kepalanya setuju.

Kini kamu menuju ke lantai 3, lagi dan lagi William harus menghadapi benda yang menurutnya sangat amat menyebalkan. Benda yang sudah dilabeli sebagai musuh utama saat dia berada di tempat ini.

"Kenapa kamu diam saja?" Kamu menatap William dengan tatapan bingung, ketika William memandangi eskalator dengan tatapan tak bersahabat.

William mengalihkan perhatiannya kepadamu, dan memberikan mu senyum terpaksa. "Aku tidak ingin menggunakan benda ini, ini menyusahkanku".

Mendengar perkataan William, kamu menghela nafas panjang. Hanya dengan eskalator dia melabelinya sebagai musuh? Kekanak-kanakan.

"Benda ini memang menyusahkan untuk mu yang pertama kali berkunjung ke tempat aneh seperti ini, tapi kau akan terbiasa, ayolah cepat, benda ini tidak akan membunuhmu"

KINI KAMU SEDANG BERADA DI RESTORAN, menunggu hidangan yang kalian pesan dengan sabar. Kamu dan William tengah berbincang sederhana, sembari menunggu hidangan yang kalian pesan.

"Jadi, ada apa saja yang berada di tempat ini?" William bertanya dengan tatapan penasaran.

"Ada banyak yang dijual di tempat ini, bahkan ada toko buku, baju dan tempat bermain. Semuanya ada di tempat ini, walaupun mereka berada di masing-masing lantai tersendiri"

William menganggukkan kepalanya mengerti, melanjutkan obrolannya denganmu dengan topik yang lain. Saling berbagi cerita bagaimana keseharian yang dilakukannya ketika di era Victoria.

Hingga pramusaji datang memotong obrolan kalian, dengan membawa sebuah troli makanan.

"Tuan dan Nyonya, ini makanan yang kalian pesan. Silahkan dinikmati"

William menatap hidangan yang berada dimeja-nya dengan tatapan penasaran. Sebuah daging yang ia pesan, dan terlihat sangat asing baginya.

"Kenapa kamu diam saja? Tidak enak? Kalau begitu biarkan aku memakannya" Kamu menatap William kebingungan, melihatnya yang belum menyentuh makanannya sedikit pun.

"Ini...steak?" Kamu mengernyitkan keningmu, mendengar pertanyaan William.

"Ini rendang, makanan khas dari Padang. Enak loh, sayang jika kamu tidak mencobanya"

Mendengar perkataanmu, William merasakan perutnya yang memberikan kode untuk memberinya sebuah makanan. Dengan senang hati, William memakan hidangan tersebut.

Enak, pikir William saat ini. Dirinya bukanlah tipe pemilih makanan, ia memakan apa saja, asalkan makanan tersebut layak untuk dikonsumsi.

Karena kondisinya yang sedari kecil hidup sebagai kelas bawah bersama dengan adiknya.

Ah, tentang adiknya, ia menjadi memikirkan kondisi adiknya. Bagaimana kabarnya sekarang tanpa dirinya? Apa yang dia lakukan sekarang di panti asuhan bersama teman-temannya dan pemilik panti asuhan?.

Dirinya sekarang tengah memakan makanan yang lezat, jika di era Victoria. Makanan ini bisa dibilang hanya untuk kalangan kelas atas. Dilihat dari segi tempat yang ia makan saat ini, restoran.

Memikirkannya saja sudah membuatnya sedih.

"Apa kau menikmati makanannya, William?" Kamu melihat raut wajah William yang berubah, entah bagaimana pandangan orang lain melihat raut wajahnya.

Tapi kau melihatnya, melihatnya tatapannya sedih. Seperti sedang merindukan sesuatu.

'Mungkinkah dia merindukan keluarganya?'

Mendengar perkataanmu, William kini kembali dari kenyataan usai selesai dari lamunannya. Merubah raut wajahnya kembali menjadi normal.

Berharap gadis di depannya tak melihat perubahan wajahnya yang mendadak.

"Sangat enak, aku menikmatinya"

Mendengar hal itu, kau menghela nafas lega. Pria yang berada di depanmu, raut wajah sudah kembali normal.

"Syukurlah, kukira kau tidak menikmatinya"

William yang mendengar perkataan mu, menghentikan kegiatan makannya. Menatap dirimu dengan tatapan kebingungan.

"Apakah wajahku memperlihatkan bahwa aku tak menyukai makanannya?" Mendengarnya, kamu menggelengkan kepalamu dengan cepat. Berusaha untuk tidak membuat kesalahpahaman.

"T-tidak! Bukan itu! Hanya saja kau tiba-tiba diam, aku hanya bingung melihatmu yang tiba-tiba diam seperti itu".

Mendengar perkataanmu, William terkekeh pelan. Melihat bagaimana tanganmu yang melambai-lambai dengan panik.

"Begitu ya? Maafkan aku"

William kembali melanjutkan kegiatan makannya, begitupun dengan kamu.

Entah kenapa rasanya kamu sedikit bersalah, ketika melihat raut wajahnya yang sedih. Seperti seseorang yang tengah merindukan sesuatu.

Pasti ini sangat berat baginya, merindukan keluarganya yang sangat jauh berada darinya.

❛ Maaf, mungkin aku terlalu kurang ajar. Sampai-sampai membuatmu menjadi seperti ini ❜

Author Note: Aku update! Ada yang nunggu book ini? Maaf kalau up-nya lama, wkwkwk

Kalian bingung sama latar tempat cerita ini? Aku bakal jelasin, kalau dari chapter 2 itu latar tempat cerita ini di Jakarta. Dan kalau kalian bingung, "Kenapa Jakartanya beda?", Ini aku ambil konsep Jakarta (Indonesia) dimasa depan. Mungkin 10 atau 20 tahun ke depan?.

Dan juga aku ngasih clue di chap ini lho, wkwkwk. Ada yang tau clue nya dimana? Hayo tebak. Soalnya juga untuk book ini kedepannya.

Aku gak mau spoiler banyak, tapi jika kalian udah nemu clue-nya yang mana, silahkan kalian bayangkan sendiri apa yang bakal terjadi.

Dan juga book ini bakal aku seriusin, dan juga bakal berjalan dengan pelan-pelan. Biar sesuai sama apa yang aku udah buat konsepnya.

Ada yang mau ditanyain? Silahkan tanya di komen! Nanti bakal Aku jawab(. ❛ α΄— ❛.)

Ingat ya, ini baru permulaan, belum sampai di tengah cerita

BαΊ‘n Δ‘ang đọc truyện trΓͺn: AzTruyen.Top