୨⎯ Saviour ⎯୧
Bleach © Kubo Tite
Savior © susukadaluarsa
Pair: Aizen Sousuke x Sazukari Kimiko
Warning: OOC (dah jelas, karena temanya ini), typo(s), fluffy school life but kinda awikwok in the end, etc.
***
"Tendang bolanya ke sini, Aizen!"
"Ah, sial keburu dicuri! Kau ini lebih baik berhenti bermain daripada menjadi beban kami!"
Beberapa gadis yang menyaksikan pertandingan sepakbola para murid laki-laki itu terkikik.
"Aizen-kun itu sangat payah, ya, menendang bola saja tak bisa."
"Memangnya dia ada keahlian lain selain belajar? Bergaul pun susah."
"Mengapa Sazukari-san yang murid populer mau menjadi kekasihnya?"
Setelah mengambil nilai praktik, para murid laki-laki bebas menguasai lapangan dan para siswi menjadi penonton mereka sembari bergosip. Sudah hal lumrah pada umumnya murid perempuan enggan berolahraga, alasannya lelah, panas, dan tak mau berkeringat.
Hanya segelintir siswi yang bersemangat olahraga, mereka mengambil sebagian kecil lapangan yang dibagi—dengan berat hati—oleh para murid laki-laki. Salah satu yang bersemangat itu adalah Sazukari Kimiko, ia pantang berhenti memasukkan bola basket ke dalam ring meski selalu berakhir gagal.
"Lihat, kekasihmu dimarahi lagi oleh teman setimnya," ucap Shimizu Minori, sahabat Kimiko sejak awal masuk sekolah.
Kimiko terkekeh. "Sousuke-kun itu tidak pandai olahraga, tapi masih memaksakan dirinya. Tunggu sebentar, aku mau membelikannya roti dan minuman dari kantin."
Minori merotasikan matanya, entah apa yang dilihat Kimiko dari anak aneh seperti Aizen Sousuke. Sejak hari pertama sekolah, pemuda itu sudah dijadikan samsak bagi murid laki-laki karena sikapnya yang hanya diam dan enggan melawan.
Kimiko hadir bak pahlawan bagi pemuda itu. Ia memarahi bahkan tak segan-segan berkelahi dengan murid laki-laki yang merundung Sousuke.
Kata Kimiko, ia tak tahan melihat seseorang ditindas orang banyak. Memang Kimiko sering membantu murid lain yang ditindas, tetapi hanya pada Sousuke ia dekat, terlebih sekarang mereka berada di satu kelas yang sama.
Perundungan semakin surut bersamaan dengan hubungan Kimiko dan Sousuke yang semakin dekat. Pengaruh Kimiko lumayan besar dalam mengurangi kasus perundungan, ia secara terang-terangan meminta para guru tegas dalam menanggapi kasus penindasan di sekolah.
Orang-orang berpikiran bahwa Kimiko adalah anak dari sosok berpengaruh di Jepang. Kalau tidak, mana mau para guru yang abai dan tutup mata dengan kasus perundungan itu mau mendengarkannya? Padahal sebelum ini juga sudah banyak yang melapor, tetapi selalu mendapat balasan tak mengenakkan.
Selain mempertanyakan alasan Kimiko mau menerima Sousuke sebagai kekasihnya, para murid juga bingung mengapa Kimiko yang diduga anak orang penting mau masuk ke sekolah orang buangan. Jika gagal masuk ke sekolah bagus itu bukan hal yang mungkin, nilai-nilai Kimiko selalu sempurna.
Hanya ada dua rumor yang diam-diam dipercaya para murid, yaitu Kimiko sedang diabaikan orang tuanya atau Kimiko melakukan kesalahan besar sehingga masuk sekolah buangan adalah hukuman bagi orang elite seperti dirinya.
Namun, Kimiko terlihat menikmati masa-masa sekolahnya. Tak ada rumor yang bisa dipercaya. Gadis itu bersinar tanpa celah.
"Kau sudah melakukan yang terbaik hari ini, Sousuke-kun. Makanlah, aku membelikan ini untukmu. Jangan menolak." Sepasang kekasih itu duduk di tribune teratas di bagian pojok, tersembunyi dari teman-teman sekelas mereka.
Telinga Kimiko bisa panas jika mendengar teman sekelasnya terang-terangan membicarakan hubungannya dengan Sousuke.
Sousuke dengan tenang memakan roti melon yang dibelikan Kimiko. Tak seperti Kimiko yang duduk menyamping ke arahnya, Sousuke malah melihat teman-temannya yang masih bermain.
Andai aku anak normal seperti mereka.
Bukan orang-orang sekitar mereka saja yang bertanya, Sousuke sering mempertanyakan alasan Kimiko mau menerimanya.
"Hei, cepatlah makannya. Sebentar lagi jam pelajaran olahraga berakhir." Kimiko mencubit sekilas pipi kekasihnya, membuat pipi pemuda itu merona dan wajahnya dipalingkan ke arah yang berlawanan dengan tatapan sang gadis.
Menggemaskan.
Selesai menghabiskan rotinya, Sousuke mengumpulkan kata-kata yang ingin ia ucapkan pada Kimiko. "Kimiko-san."
"Ya?"
Cantik.
Sousuke salah tingkah sesaat ketika melihat wajah manis Kimiko menghadapnya. Sepasang obsidian yang dipenuhi semangat itu selalu menerangi harinya.
"Apa nanti kau mengambil shift kerja malam lagi?"
"Ya, aku butuh istirahat sebelum kerja."
"Itu ... hati-hatilah."
"Kenapa?"
"Hollow." Sesaat, Kimiko tersentak. Sousuke menyadari perubahan kecil ekspresi gadis itu ketika menyebut Hollow, mungkinkah Kimiko akan menganggapnya membual seperti yang lain?
"Aku akan berhati-hati. Gadismu ini 'kan kuat!" Kimiko dengan bangga memperlihatkan tangan kurusnya yang sama sekali tak berotot, tetapi kekuatan dan tenaga gadis itu bukan main-main.
Sousuke tertawa lepas, untunglah Kimiko mempercayainya. Kimiko menikmati wajah sang kekasuh yang jauh lebih berseri daripada saat pertemuan pertama mereka.
Sebenarnya Sousuke itu tampan, hanya saja tertutup sifat pemalu dan rendah dirinya. Sepasang manik cokelat itu bersinar lembut, membuat Kimiko nyaman menyelaminya.
Terlebih jika tersenyum begini. Suhu yang panas pun bisa teduh karenanya.
Memang wajah Sousuke itu meneduhkan, tetapi di sisi lain membuat Kimiko seakan mencair seperti es krim. Ia melemah setiap melihat senyuman pemuda itu, apalagi senyum tanpa bebannya.
Beruntung hanya aku yang menyadari ketampanan Sousuke-kun.
"Ayo berganti pakaian, Sousuke-kun. Sebelum jam olahraga benar-benar habis."
"Eh? Kita ganti baju bersama? Maksudmu ... di ruangan yang sama?" Sousuke bertanya canggung, wajahnya merona lagi karena perkataan Kimiko yang tiba-tiba.
"Kalau kau tidak keberatan aku tak apa-apa. Malahan senang."
"Kimiko-san!"
"Bercanda, bercanda. Habisnya, kau polos sekali. Maksudku kita pergi bersama ke ruangannya, bukan berganti baju di ruangan yang sama."
Sousuke semakin salah tingkah dengan wajahnya yang kian merona dan tatapan yang berusaha kabur dari Kimiko, membuat semangat gadis itu untuk menggodanya meningkat.
"Oh, apa kau ingin kita melakukan sesuatu yang lebih dari berpelukan?"
"Cu-cukup, Kimiko-san."
Kimiko tertawa puas karena berhasil menggoda kekasihnya. Ia menggandeng tangan Sousuke lembut, pemuda itu sedikit terlonjak, kemudian balas menautkan jemarinya.
Sousuke nyaman merasakan jemari Kimiko menyelinap di jari-jarinya. Gadis itu adalah penyelamatnya, ia tak lagi merasakan neraka yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya.
Kimiko hadir menerangi hidupnya bak matahari yang dibutuhkan bumi.
Sebisa mungkin, Sousuke akan menjaga mataharinya dari kehancuran.
***
Kimiko kerja paruh waktu sebagai maid di salah satu maid cafe di Karakura. Ia sering mengambil jadwal malam, karena sepulang sekolah ingin istirahat sebelum kerja.
Sousuke mendengar akhir-akhir ini perkembangan monster roh bernama Hollow kian meningkat di Karakura.
Sebagai anggota organisasi Pembasmi Hollow, tentu Sousuke tak bisa diam dan membiarkan kekasihnya dalam bahaya.
Sayangnya, keberadaan Hollow sering dianggap isapan jempol belaka. Hal ini karena Hollow bisa tinggal di tubuh manusia dan berbaur di masyarakat. Mereka melakukan pembantaian diam-diam saat malam hari—mungkin ada selain waktu malam, tetapi itu jarang.
Para polisi yang menemukan korban Hollow yang hanya menganggap itu ulah teroris atau pembunuh berantai. Siapapun yang meyakini Hollow apalagi menjadi bagian Pembasmi Hollow pasti dianggap orang gila.
Sousuke merasa sangat bersyukur Kimiko mempercayainya, tak seperti orang lain yang hanya bisa tertawa dan mencemooh tanpa berpikir.
Hollow adalah monster roh yang memakan manusia dan jiwa mereka untuk mengisi kekosongan. Hanya beberapa manusia istimewa dan peka terhadap roh yang bisa melihat. Wajar saja manusia biasa sulit mempercayai keberadaan mereka. Terlebih di era modern sekarang, sesuatu yang berkaitan dengan hal-hal gaib ataupun fantasi hanya dianggap fiksi belaka.
"Sousuke-kun, aku tak menyangka kau akan menjemputmu. Bukankah sekarang harusnya kau belajar?" tanya Kimiko, ia menghampiri kekasihnya yang duduk di tempat pelanggan setelah berganti pakaian.
"Tidak apa-apa. Aku akan lanjut belajar nanti, yang penting keselamatanmu."
"Be-berarti tadi Sousuke-kun melihatku menari?"
Sousuke mengangguk. "Kimiko-san sangat manis saat melakukannya."
"Su-sudah, jangan dibahas lagi!"
"Bagaimana tadi Kimiko-san melakukannya? Moe moe kyun?"
"Hei, sudah! Aku malu!"
Sepasang kekasih itu saling melempar tawa dengan rona malu-malu. Khas remaja muda yang baru mengenal asmara.
Sousuke menikmati waktunya bersama Kimiko, hanya dengan gadis itu ia menemukan kelembutan dan kehangatan. Sousuke bebas dari tekanan atau injakan orang lain.
Kimiko juga tak perlu menjadi sempurna di depan Sousuke. Ia bisa bicara atau bergerak tanpa berpura-pura, menjadi dirinya yang lebih bebas.
Mereka adalah rumah bagi satu sama lain.
Kisah cinta yang indah, bukan?
Canda tawa di antara sepasang remaja itu dihentikan oleh Kimiko yang mendadak berjongkok di pinggir jalan. Ia seperti hendak memuntahkan sesuatu, Sousuke yang panik segera mengikutinya tanpa ragu.
"Pe ... pergilah, Sousuke-kun!" Kimiko memberi isyarat berhenti, membuat Sousuke terpaku di tempatnya saat melihat cairan putih kental keluar dari mulut gadisnya.
Cairan putih itu kemudian mengeras dan menutupi setengah wajah Kimiko. Sousuke tak asing lagi dengan peristiwa ini.
Hollowfikasi. Seorang Hollow bisa menempati tubuh seorang manusia untuk menyamar. Hollow itu berkemampuan merebut kesadaran manusia itu kapanpun ia mau.
"Maaf." Sebelum wajahnya tertutup sepenuhnya oleh topeng putih Hollow, Kimiko menitikkan air mata.
Kimiko selalu berusaha menekan jiwa Hollow yang ingin keluar dari dalam dirinya. Namun, Hollow yang menempati jiwanya seperti parasit.
Sedikit demi sedikit jiwa Kimiko diserap oleh Hollow yang menempati tubuhnya. Sebagai gantinya, Kimiko mendapatkan fisik yang kuat.
"Tak biasanya kau lengah, Sousuke!" Seorang pemuda bersurai pirang hendak menebas Kimiko yang telah menyelesaikan proses Hollowfikasi.
Kimiko berhasil menghindar, tebasan pedang itu hanya sedikit menggores bahunya. Luka di bahunya dengan cepat menutup.
Wujud Kimiko masih seperti gadis biasa, yang membedakan hanyalah topeng tengkorak yang melapisi wajahnya dan mata merah haus darah.
"Aku sedikit takut. Gadis ini anak dari salah satu pejabat di Jepang. Tolong carikan pengacara yang baik untukku, Sousuke!"
Jika Hollow di tubuh Kimiko terbunuh, maka gadis itu juga mati, karena jiwa mereka sudah saling terikat.
Orang tua Kimiko awalnya tak percaya tentang Hollow. Pikiran mereka mengenai monster itu berubah saat si Hollow sendiri berbicara dan menawarkan kesepakatan.
Si Hollow takkan memakan jiwa Kimiko jika ia dipermudah mendapatkan makanan. Sebagai anak tunggal, tentu keselamatan Kimiko lebih dipilih orang tuanya.
Namun, si Hollow yang licik diam-diam melanggar kontrak, ia tetap memakan jiwa Kimiko diam-diam.
Hollow di dalam diri Kimiko sangat haus darah. Sekolah buangan adalah salah satu target yang bagus, jika terjadi pembantaian di sana, orang tua Kimiko lebih mudah menyuap sekolah untuk tutup mulut dan menjadikan orang lain sebagai kambing hitam. Kepala sekolah pun tak mampu menentang orang tua Kimiko yang memiliki pengaruh di Jepang.
Tentu itu hal yang berbeda jika Kimiko masuk sekolah elite. Orang tua siswa kebanyakan berjabatan tinggi dan memiliki kuasa. Jika Hollow itu membunuh rakyat sipil akan sulit, Kimiko bisa ditemukan sebagai pelaku pembunuhan dan dipidana.
"Yah, sepertinya aku akan mendekam di penjara. Mana ada yang mempercayai orang seperti kita?" Pemuda itu—Hirako Shinji—terus menyerang si Hollow.
"Kau akan menjadi makan malamku, manusia. Lalu pemuda itu." Si Hollow menunjuk Sousuke yang masih berdiri mematung, semua yang terjadi tiba-tiba seakan menyedot habis kesadarannya.
"Heh, coba saja kalau bi— sialan!"
Shinji hendak menebas lagi, tetapi serangannya gagal karena si Hollow membuka mulutnya, hendak menembakkan Cero—kumpulan energi jiwa yang ditembakkan pada target.
"Ah, sial. Hollow itu pasti mendapatkan nutrisi yang banyak."
Semua kenangan yang pernah Sousuke lalui bersama Kimiko terputar di benaknya. Mulai dari hari pertama, ketika Sousuke terang-terangan disirami susu kotak di koridor, Kimiko datang dan memukuli pengganggunya. Gadis itu membungkuk, tak peduli tatapan siswa-siswi yang kaget.
"Ayo, aku bantu bersihkan rambutmu."
Sousuke berpikir hari-hari bak neraka yang pernah ia jalani akan terulang saat sekolah menengah atas. Kimiko hadir memberikan hari-hari indah yang tak pernah Sousuke bayangkan.
Kimiko, sang penyelamatnya ternyata menampung monster pembunuh. Jiwanya yang rentan diserang Hollow dan terikat paksa dengan monster tersebut.
Hingga akhir hayat, Kimiko dipaksa melihat mayat-mayat orang dikenalnya masuk ke dalam mulut dan jiwa mereka yang kesakitan terasa olehnya.
Gadis itu dihantui rasa bersalah setiap hari, makanya ia berusaha membantu siapa saja di sekolah buangan itu untuk menebus kesalahannya.
Namun, apapun yang Kimiko lakukan takkan cukup untuk menggantikan nyawa-nyawa yang melayang dan memulihkan hati pihak yang ditinggalkan.
Kimiko pasti menderita selama hidup membawa Hollow di tubuhnya.
"Sousuke, mau sampai kapan kau di sana? Aku kesulitan! Sadarlah! Kekasihmu akan semakin tersiksa jika monster itu dibiarkan tetap hidup di dalam tubuhnya!"
Mata Sousuke yang dari tadi menatap kosong pertarungan Shinji dan Kimiko pun mulai bergerak, juga digenangi cairan bening. Ia dapat membayangkan perasaan Kimiko selama ini.
Kimiko berhasil menariknya dari kehidupan bak neraka, tetapi gadis itu malah hidup tersiksa sendirian tanpa berbagi cerita. Pasti sulit hidup menjadi dirinya.
Setiap Kimiko ingin bunuh diri atau menyerakan dirinya pada Pembasmi Hollow, ia teringat orang tuanya yang sudah payah mempertahankan hidupnya. Bahkan, mempertaruhkan gengsi mereka dengan memasukkan Kimiko ke sekolah buangan, itu semua demi keselamatan putri tunggal mereka.
Di sisi lain rasa bersalah Kimiko kian bertambah setiap nyawa jatuh untuk memuaskan Hollow di dalam dirinya. Jika saja Kimiko lebih kuat, ia tak perlu dimasuki dan dikendalikan Hollow.
Hidupnya tak lagi ditentukan oleh dirinya, melainkan Hollow yang lebih kuat dan licik darinya.
Kimiko gagal masuk ke sekolah unggul yang ia tuju. Ia juga akan sulit masuk ke universitas bagus dan berbaur dengan masyarakat jika si Hollow betah di tubuhnya.
Jiwanya diserap perlahan oleh si Hollow, butuh beberapa tahun agar jiwanya benar-benar habis dan mengakibatkan kematian pada dirinya.
Kimiko yang selalu menyelamatkan orang lain, dalam diam juga butuh diselamatkan. Ia ingin bebas dari rasa bersalah, juga Hollow yang mengendalikannya.
Sousuke sudah merasakan gambaran perasaan Kimiko. Agaknya hati mereka sudah saling bertaut, meski tak saling bicara, apapun yang dirasakan salah satu dari mereka dapat ditularkan ke yang lain.
Untuk sekian milidetik, Sousuke dapat menangkap sepasang mata merah Hollow itu berubah menjadi manik obsidian yang berbinar penuh harapan.
Kimiko menunggu diselamatkan Sousuke.
Walakin berat di hati, ia mengeluarkan belati kecil dari dalam tas. Belati itu memanjang dan berubah bentuk menjadi sebuah pedang dengan gagang hijau.
Sousuke meneguk ludah, berat baginya untuk berpisah dari orang yang paling mengerti dan menerima dirinya. Namun, Sousuke tak mungkin membiarkan Kimiko menderita sepanjang hidup. Kimiko sudah menyelamatkan Sousuke dari hari-hari bak neraka, kini giliran Sousuke yang akan membebaskan Kimiko dari nerakanya.
Maka, ia akan memberi Kimiko mimpi indah sebagai pengantar jiwanya menuju alam kematian.
"Kudakero, Kyouka Suigetsu."
THE END
Wah, ternyata begini ya rasanya nulis chara submale. Di sini trope-nya kayak malewife x girlboss gitu ya wkwk
Sebenarnya yang OOC di sini bukan Aizen aja. OCsona-ku, Kimiko juga OOC. Bestie-nya, Minori juga OOC. Aizen di sini emang menggemaskan, tapi aku jauh lebih suka canon-nya yang badass
Selama aku ngetik ini aku ngerasa asing sama chara yang kutulis, kayak... aku tau aslinya sifat mereka kek gini. Well, mungkin aku berhasil udah bikin chara yang beneran OOC (dari sudut pandangku). Aku ngerasa Aizen sama sekali gak cocok jadi submale, entah di arc Bleach manapun, makanya aku sebut udah berhasil bikin blio jadi OOC
Sedikit info, kemampuan zanpakuto (pedang) Aizen adalah Kyouka Suigetsu, kemampuan menciptakan ilusi dan mengontrol lima indra targeg sesuai keinginan penggunanya. Aizen bisa bikin targetnya melihat rawa menjadi taman bunga, apapun sesuai keinginannya. Kalau dikaitkan sama paragraf terakhir kalian mungkin bisa nebak endingnya kek apa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top