BAB 3 : WELCOME
"Leon!"
Perempuan berambut hitam panjang itu berbalik saat namanya dipanggil. Matanya melebar ketika melihat sosok sahabat lamanya telah tiba.
"Rey!"
Leon, perempuan itu menerjangnya dan memeluknya erat. Perempuan bernama Rey itu membalas pelukannya.
"Kukira kau tidak datang," ujar Leon.
Mereka melepas peluk, Rey tersenyum.
"Aku tidak akan membiarkan kedua anakku ikut datang menanggung resiko jika aku tidak datang."
Leon melirik laki-laki ya berdiri tak jauh di belakang Rey, kemudian ia tersenyum seakan tengah menggoda sahabatnya tersebut.
"Oh, masih seperti bertahun-tahun yang lalu, tidak bisa dipisahkan." Leon mengulurkan tangannya pada laki-laki tersebut. "Apa kabarmu, Pete?"
Laki-laki itu menjabat tangan Leon sembari tersenyum. "
"Aku baik-baik saja, karena Reina di sini bersamaku."
Ucapan Pete membuat Rey tersipu, meski mereka telah menikah selama bertahun-tahun, tapi tetap saja perlakuan manis sang suami membuat dirinya tersipu malu.
"Bagaimana denganmu, Nona Eleazar?" tanya Pete.
"Oh please, panggil saja Leon jika kita berada di sini. Nona Eleazar hanya nama ketika aku ada di panggung saja."
Rey dan Pete tertawa mendengarnya.
"Leon! Rey! Oh, ada Pete juga! Hai kalian!"
Seorang perempuan berambut merah sebahu datang menghampiri mereka. Tentu, Leon masih mengingatnya. Setidaknya, ia pernah berada di tingkat yang sama saat kedua sahabatnya pergi.
"Pheobe!"
"Yup itu aku!"
Leon memeluk Pheobe sesaat. Kemudian Pheobe memperhatikan satu persatu wajah mereka.
"Kalian semua tampak jauh lebih tua."
Rey tersenyum menggeleng. "Sudah lima belas tahun berlalu sejak kita terakhir di XHO dan ya … tentu saja kita semakin bertambah tua," ujar Rey.
"Tapi lima belas tahun yang lalu aku masih ada di sini bersama Leon, secara teknis."
"Oh ya dia benar. Saat itu aku berada di tingkat Angels Hunter bersama Pheobe dan Eliza Mai. Aku senang bersama Pheobe, tapi Eliza … kau takkan bertahan lama di sana."
"Aku tadi bertemu dengan Eliza dan dia bersikap seolah olah tidak mengenalku," ujar Pheobe sembari mengangkat bahunya.
"Hampir semua yang kita kenal dulu berada di Tingkat Senior, ada di sini. Mungkinkah undangan itu hanya ditujukan pada orang-orang yang ada di Tingkat Senior?" tanya Rey sembari memegang dagunya.
Ya, dia melihat beberapa wajah yang dikenalnya saat masuk ke gedung ini hingga bertemu dengan Leon. Contohnya saja Williams dan Cindy, ia juga melihat Mathew, orang yang dulu berhadapan dengannya di sesi wawancara saat pertama kali hendak masuk ke XHO. Tentu, mereka juga jauh lebih tua. Rambut Mathew Maxwell juga telah memutih seluruhnya dengan keriput di wajahnya.
Lagi, Pheobe mengangkat pundaknya. "Aku tidak tahu, tapi … coba kau pikir. Gedung ini seharusnya terbengkalai dan menunjukkan tanda-tanda usang, karena sempat tidak terpakai selama bertahun-tahun. Sebaliknya, tempat ini seakan dirawat dengan baik. Ada seseorang yang tidak meninggaljan tempat ini dan merawatnya." Pheobe turut menganalisa, melihat sekitarnya. Betul apa yang dikatakannya, lobby masih seperti sedia kala, nuansa merah dengan perabotan ala hotel bintang lima. "Dan lantai ini masih terbuka untuk umum," lanjutnya.
Bukan tanpa alasan Pheobe mengatakan hal tersebut. Beberapa orang asing berlalu lalang, ada yang sedang membersihkan meja, ada juga yang menjaga di pintu lobby. Mereka mengenakan pakaian selayaknya staf hotel dengan nuansa hitam dan merah, mereka mengenakan topeng dan tidak ada satu pun dari mereka yang berbicara.
"Mereka melayani kita, tapi mereka hanya diam. Ini aneh," gumam Pete.
"Pete! Jangan berkata seperti itu! Kau … membuatku merinding."
Leon memeluk dirinya sendiri lantaran tiba-tiba ia merinding setelah mendendengar perkataan Pete.
Rey tertawa kecil. "Setelah bertahun-tahun kau tetap tidak berubah, Leon. Kau takut dengan hantu."
"Ya … karena peluru akan menembusnya, tidak seperti saat kau menembak manusia."
"Bahkan jawabanmu tetap sama!"
Mereka masih melanjutkan perbincangan hingga akhirnya memutuskan untuk menjelajahi gedung ini, menganggap bahwa tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi.
Setelah mereka meninggalkan lobby, seorang perempuan dengan rambut perak panjang dan pakaian serba hitam menginjakkan kaki di lobby. Ia hanya melirik staf yang menyambutnya tanpa bicara di pintu lobby, kemudian melihat satu persatu sosok yang mengenakan pakaian bernuansa hitam merah.
"Bila nyawaku tidak terancam di luar sana, aku tidak akan datang ke tempat ini. Aku tidak sudi dilayani oleh orang-orang yang sudah mati."
#wga
#wgaween
#wgaverse
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top