00. 38
Pagi ini terlihat sangat cerah, suara kicauan burung bahkan bernyanyi menyalurkan keindahan dan sejuknya semesta di pagi hari. Hanya saja, itu tidak berlaku bagi Jihyo. Sejak semalam, suasana hatinya sangat buruk. Bahkan, ia tidak berselera untuk sarapan dan berimbas pada Yeonjun yang mendapatkan ceramah pagi, padahal niat Yeonjun yang hanya ingin mengisi perut sebelum berangkat ke kampus—mengingat ia memiliki kelas pagi.
Jihyo tentu tidak peduli dengan itu. Terbukti setelah mengeluarkan kemarahannya ia langsung bergegas ke kantor walau merasa sedikit malas. Lagipula, tidak mungkin ia bermalas-malasan kala ia baru saja menjadi karyawan tetap.
Sesaat di kantor pun, tidak ada hal yang membuat suasana hati Jihyo membaik. Malahan semakin dongkol saja kala melirik ke ruangan sang atasan, sangat kentara di wajah cantiknya itu.
Alhasil, Taekyung yang tidak sengaja melewati Jihyo—awalnya hendak mengambil beberapa berkas di ruangannya, memilih untuk singgah di meja Jihyo dan menyapa.
“Halo, Jihyo. Selamat pagi,” sapa Taekyung dengan senyum manisnya, memperlihatkan kedua matanya yang membentuk sabit.
Jihyo yang mendengarnya, bangkit dari duduknya lantas membungkukkan tubuhnya dengan senyum tipis. “Halo juga. Selamat pagi.” Detik selanjutnya, senyum di bibirnya pudar dan itu membuat Taekyung sedikit bingung.
“Sepertinya, suasana hatimu sedang buruk. Baik-baik saja, Jihyo?”
Jihyo mengangguk pelan. “Aku baik-baik saja, Taekyung.” Hanya saja, Jihyo tidak pintar untuk menyembunyikan raut wajahnya yang sedang kesal. Taekyung hanya tersenyum kecil, sepertinya terjadi masalah di antara mereka. Memang ia penasaran, tetapi Taekyung memiliki batasan dan ia baru mengingat sesuatu, hampir ia lupa dengan itu.
“Oh iya, Jihyo. Jungkook menitipkan pesan agar kau mengaktifkan ponselmu. Katanya dia tidak bisa menghubungimu dan Jungkook mungkin tidak akan ke kantor, kami harus menemui Investor dan beberapa saat lagi harus bepergian ke Seoul,” ucap Taekyung. Ia baru menyadari pesan Jungkook dengan suasana hati Jihyo.
Jihyo yang mendengarnya mengangguk paham. Ia baru sadar jika ponselnya ternyata belum aktif setelah jengkel semalam. Lagipula, biarlah, Jihyo tidak akan mengaktifkannya dulu sebelum suasana hatinya membaik. Ia masih sangat kesal dengan Jungkook.
Ekspresi wajah Jihyo yang tidak memberikan respon apapun lagi, membuat Taekyung bingung saja. “Eh, aku tidak tahu apa yang terjadi di antara kalian. Akan tetapi, lebih baik diskusikan dengan Jungkook. Maksudku, terkadang pria tidak mengerti jika ia nyatanya membuat gadisnya terluka. Pria masih sulit untuk memahami dan mengekspresikan dirinya kepada gadisnya. Hanya itu yang ingin kusampaikan denganmu, Jihyo. Aku harus benar-benar pergi! Jungkook sudah melakukan pertemuan pertama sebelum berangkat ke Seoul.”
Taekyung menjelaskan lagi sebelum pergi meninggalkan Jihyo yang terdiam—mengamati sneakers putihnya. Ia mencoba meresapi setiap kata yang Taekyung katakan kepadanya. Tidak ada yang salah dari perkataan Taekyung, nyatanya ia memang sangat terbawa suasana.
Lagipula, Jungkook sekarang adalah kekasihnya. Yeona hanyalah masa lalu. Perkara Jungkook yang tidak mengatakan apapun soal kemarin lagi, mungkin kekhawatirannya dengan Jimmy yang masuk rumah sakit. Itu sangat masuk akal dan logis.
Sontak Jihyo memukul kepalanya. “Bodoh sekali kau Jihyo yang gampang terhasut dengan itu semua,” ucapnya seraya merogoh tasnya. Ia mencoba mencari ponselnya dan segera menyalakannya. Butuh waktu beberapa menit hingga ponselnya menyala dan ia menemukan panggilan dan pesan Jungkook yang begitu banyak.
[Jungkook]: Sayang, apa kau marah? Kenapa ponselmu tiba-tiba tidak aktif?
[Jungkook]: Aku minta maaf karena tidak menghubungimu setelah menemui Jimmy.
[Jungkook]: Aku tidak tahu apa yang terjadi, akan kita bahas setelah aku kembali ke Seoul untuk pertemuan bisnis. Aku akan pergi bersama Taekyung, dan aku akan langsung menemuimu di rumah, ya?
[Jungkook]: Jangan marah lagi gadis cantikku. Kuharap Taekyung sudah menyampaikan pesanku kepadamu dan katakan kepadaku ya Sayang kalau Cao Myung menyusahkanmu di kantor.
[Jungkook]: Aku sangat mencintaimu♡
Jihyo membeku membaca setiap pesan Jungkook yang ternyata mengkhawatirkan dirinya. Matanya berkaca karena itu dan detik selanjutnya, ia menganggukkan kepalanya. “Aku juga sangat mencintaimu, Master. Maaf karena sudah berprasangka buruk kepadamu ....”
***
Jungkook menghembuskan napas pelan. Jihyo sudah membalas pesannya dan bahkan mereka sempat berbicara sebentar. Setidaknya, ia bisa tenang untuk berangkat ke Seoul setelah ini dan menanti Taekyung yang kini membawa mobil. Itu sekitar lima menit dan batang hidung Taekyung sudah terlihat dengan napas memburunya.
“Maaf membuatmu menunggu lama, Jung. Aku terjebak macet tadi, sial sekali dan bagaimana dengan pertemuannya?” ucapnya Taekyung tiba-tiba seraya menyerahkan beberapa berkas yang sebelumnya ia ambil di kantor.
Jungkook meraih berkas itu dan mengamatinya. “Lancar, mereka setuju untuk bekerja sama. Itu berita yang baik,” ucapnya tanpa mengamati Taekyung pun mereka berbincang seraya meninggalkan perusahaan ini. Cukup pagi mereka melakukan pertemuan karena permintaan pemilik perusahaan yang harus ke melakukan perjalanan bisnis.
Alhasil, Taekyung bernapas lega. “Syukur kalau begitu,” ucapnya. Tidak lama, ia baru mengingat suatu hal. “Aku sudah memberitahu Jihyo soal pesanmu.”
Jungkook mengangguk untuk itu. “Terima kasih, aku sudah berbicara sebentar dengan Jihyo tadi. Aku bisa tenang setelah melakukannya.”
“Akan tetapi, kau tetap harus membahasnya, Jung. Sepertinya begitu, aku melihat wajah Jihyo yang sangat kesal dan suasana hatinya yang buruk. Ponsel mati bisa jadi ia sengaja melakukannya. Kau harus bisa peka dengan itu, ya walaupun terkadang sulit memahaminya,” ucap Taekyung sedikit memberikan kultum. Karena itu, Jungkook menghentikan sesi fokusnya pada berkas itu dan menatap Taekyung dengan ekspresi yang sulit untuk diartikan.
“Tapi kami baik-baik saja. Aku tidak mengerti—“
“Maka bertanya kepadanya. Coba pahami saja. Kenapa sulit sekali untuk dilakukan, hm?” tanyanya yang memangkas perkataan Jungkook.
“Kau benar, akan kutanyakan. Terima kasih lagi.”
Taekyung hanya tersenyum tipis. Ia sudah sangat senang jika Jungkook setidaknya ingin mendengarkan nasihatnya. Lagipula, apa yang ia katakan demi hubungan keduanya. Ya, walau ia merasa janggal tetapi Taekyung memiliki batasan dalam hal ini. Ia merasa tidak baik untuk terlalu mencampuri urusan percintaan Jungkook.
Jungkook tentu mendengarkan perkataan Taekyung. Sekelibat, ia mengingat soal semalam. Apa ada hubungannya dengan itu? Atau Jihyo sudah tahu soal Yeona yang ternyata adalah mantan kekasihnya? Atau bahkan lebihnya parah ia mengetahui hal tidak benar sehingga berspekulasi tidak-tidak terhadapnya. Itu tentu tidak baik, dan memang bagusnya ia harus menceritakan semua hal kepada Jihyo.
Jungkook merasa sedikit pening saja jika mengingat dan ketika mencoba menerka-nerka. Hal itu tidak luput dari pantauan Taekyung.
“Ada masalah lagi? Kau harus tenang, Jung. Kita akan melakukan pertemuan bisnis untuk kelangsungan hidup perusahaan,” kata Taekyung.
“Aku tahu. Aku hanya sedikit memikirkan jika kekesalan Jihyo mungkin karena keberadaan Yeona semalam ....” Jungkook tidak lagi melanjutkan perkataannya. Ia bahkan tidak menyadari mengatakan hal itu kepada Taekyung yang kini langsung menghentikan langkahnya.
“Kalian bertemu dengan Yeona?”
Jungkook mengangguk. “Tetapi tidak pembahasan apapun. Sudahlah, aku malas mengingatnya. Hanya saja, yang membuatku heran, Yeona ternyata bersepupu dengan kekasihmu. Apa kau menyembunyikan soal ini?”
Dan sekali lagi, Taekyung terkejut dibuatnya. “Apa maksudmu? Yeona dan Haeso bersepupu? Serius? Aku bahkan tidak tahu soal ini. Akan tetapi, Haeso pernah mengatakan ingin memperkenalkanku dengan sepupunya yang berprofesi sebagai model. Sungguh, aku tidak tahu soal itu, Jung!” Taekyung mencoba menjelaskannya kala Jungkook terlebih dahulu masuk ke dalam mobil.
Sial. Taekyung seperti orang bodoh saja seperti ini. Bahkan kala ia yang ternyata masih di luar mobil dan Jungkook yang terus membunyikan klakson mobil.
“Hei, diamlah, Jung! Tunggu sebentar, aku sungguh pening dengan semua drama takdir ini yang sangat sempit ini!”
Sementara di sisi lain, Haeso tampak sibuk bermalas-malasan di rumahnya. Hari ini, ia tidak masuk kantor karena adanya cuti dadakan yang dikeluarkan oleh pimpinan kantor. Tentu, membuat Haeso sangatlah bersemangat karena pekerjaannya yang menyita semua waktunya hingga malam tiba. Bahkan waktu kencannya dengan Taekyung harus berkurang karena itu.
“Sepertinya aku memang sudah harus menikah,” ucapnya asal-asalan seraya mengamati tayangan drama di televisi.
“Kau mau menikah?”
Pertanyaan spontan yang dilayangkan untuknya membuat Haeso lantas melirik ke arah Yeona yang sudah rapi dengan mini dress berwarna peach. “Tentu aku akan menikah dengan kekasihku yang tampan. Apa lagi? Dan oh iya, apa ada pemotretan?”
Yeona hanya membalas dengan mengedipka sebelah matanya seraya tersenyum lebar. Suasana hati gadis terlihat sangat baik, pun membuat Haeso memicingkan mata.
“Apa yang membuatmu bahagia pagi-pagi begini?” tanyanya tanpa basa basi.
Yeona hanya sedikit berpikir lalu kembali menampilkan senyum lebarnya. “Tentu, siapa yang tidak bahagia setelah sekian lama kini bertemu dengan pujaan hatinya, hm?”
Mendengarnya, Haeso lantas membulatkan kedua mata. “Kau bertemu dengan pria yang sering kau ceritakan itu? Oh, sial, katakan aku siapa pria itu? Dan perlihatkan fotonya, Yeona!” Haeso merengek seraya mendekati Yeona. Akan tetapi, Yeona menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
“Bukan sekarang, akan kukatakan nanti, Haeso. Tenang saja. Kalau begitu, aku pergi dulu, sampai jumpa nanti!” Yeona langsung meninggalkan Haeso yang mendengkus sebal.
“Menjengkelkan sekali!”
Tbc.
Heyoo, guys! Gimana-gimana? Duh, kok agak menegangkan ya🤣 jangan lupa meninggalkan jejak ya teman² dan sampai jumpa di bab selanjutnya pokoknya, papaii😉
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top