Chapter 7 - Blunder!

Sebagai putri keluarga Allastair yang sangat tertarik dengan bisnis, Charlotte Allastair selalu mempersiapkan diri untuk menggantikan ayahnya, Count Allastair, bila suatu saat Count akan melakukan hibernasi dan tidak bisa aktif untuk sementara waktu. Dia memiliki hampir 80% seluruh bisnis dan organisasi yang ada di Cox, termasuk firma hukum.

Greg Morrison adalah salah seorang peliharaannya, dia pengacara para peliharaan vampir dan merupakan orang yang harus ditemui Chipper bila masih ingin berkeliaran di permukaan Cox dengan keamanan yang terjamin, atau sekadar untuk bertemu lagi dengan si kecil Ashley.

"Chipper! Oh, terima kasih Tuhan, kau tidak apa-apa. Mari duduk, kau punya banyak hal untuk diceritakan." Morrison mempersilahkan kliennya untuk duduk di atas sofa hitam dalam kantornya. "Kemana saja kamu beberapa hari ini?"

Chipper duduk sambil mengelap keningnya dengan sapu tangan. "Kacau sekali di luar sana, Morrison. Anak buah Norvam mau membunuhku dan aku harus bersembunyi di antara gedung-gedung terbengkalai itu."

"Nah, itu dia. Semua vampir penasaran bagaimana kau bisa selamat bersembunyi di toilet keluarga Valentine, sementara semua vampir di rumah itu berubah menjadi arang dan debu. Kau tidak sedang menelantarkan tuanmu, kan?"

Pasti si kecil Ashley yang memberi tahu para vampir bahwa dirinya ada di rumah Valentine saat insiden itu terjadi.

"Aku takut sekali saat itu, salah seorang dari mereka naik ke lantai dua dan mengejarku masuk ke dalam toilet. Entah bagaimana, aku hanya terpikir untuk selamat, akhirnya aku sudah keluar dari jendela dan melarikan diri. Aku bersembunyi di gedung-gedung terbengkalai di distrik barat. Kurasa aku sudah terlalu tua..."

"Distrik para zombi. Kau sungguh mengagumkan bisa selamat dua hari di sana."

"Mataku terluka, dan kau lihat saja." Chipper menunjuk mata kirinya yang katarak.

"Aku turut prihatin." Morrison menganggukkan kepalanya perlahan, kemudian dia bangkit dari sofanya menuju meja kerjanya. "Tunggu sebentar, oke?"

"Morrison," panggil Chipper, "bagaimana kabar Ashley?"

Ia mengangkat telepon dan menghubungi seseorang. Sambil menunggu sambungan, Morrison menyempatkan untuk menjawab pertanyaan Chipper barusan dengan wajah yang cerah, "dia ada di tempat yang aman."

Komunikasi terhubung. Sejenak Morrison sibuk sendiri dengan seseorang di sambungan yang lain. Percakapan yang diambil cukup minimalis, Chipper tidak mampu menduga siapa yang dia hubungi tapi jelas siapapun itu adalah seseorang yang sudah menunggu Chipper sejak kemarin.

"Siapa, Morrison?" entah kenapa instingnya merasa tidak nyaman sekarang.

"Seseorang." Morrison tersenyum lebar, kemudian mengalihkan topik, "sudah makan belum? Mau makan apa?"

"Aku tidak lapar." Perutnya sudah berbunyi sebelum masuk ke ruangan Morrison, tapi Chipper tidak ingin makan dengan firasat buruk seperti ini. Ada suara kecil di dalam batinnya yang berkata bahwa dia telah membuat keputusan salah dengan memilih untuk kembali ke permukaan demi Ashley.

Tentu saja, pikirnya, tentu saja mereka tidak akan menyerahkan si yatim piatu Ashley padanya yang seorang manusia biasa. Para vampir itu derajatnya lebih tinggi daripada manusia secara hukum, mereka yang memangsa manusia, mereka berada di puncak rantai makanan. Apabila seekor anjing bisa berbicara, kemudian memohon untuk mendapatkan hak asuh atas anak majikannya yang menjadi yatim piatu, manusia pun tidak akan mengizinkan. Sebaliknya, itu malah akan menjadi hal yang sangat konyol.

Mereka berbasa-basi sedikit, mengobrolkan hal tidak penting yang sederhana seperti udara dan cuaca hari ini, bagaimana maraknya terorisme belakangan ini, dan lain-lain.

Chipper meremas tangannya yang lain agar Morrison tidak melihat betapa gemetar jemarinya. Sesekali mata birunya melirik ke luar jendela, andai dia lebih muda tiga puluh tahun, dia akan berlari menerobos jendela itu sampai pecah agar dia bisa keluar dari ruangan ini. Basa-basi jadi semakin menjemukan, sesuatu berputar dalam perut Chipper hingga terasa mulas.

Terdengar ketukan di pintu dan basa-basi yang terkesan dipaksakan itu pun berakhir. Dari balik pintu, terlihatlah wanita anggun berambut merah dengan hidung mancung yang sedikit lebar, dengan mata berwarna biru muda nyaris putih. Tulang pipinya cukup menonjol dan proporsional di wajahnya yang jelita. Tidak pernah ada vampir buruk rupa, sekalipun bila hidung mereka pesek. Bila ada vampir yang terlahir jelek, mereka selalu tahu bagaimana agar membuat diri mereka menarik dengan caranya sendiri.

Saat melihatnya, jantung Chipper serasa lepas dari kerangka tulang iganya. Kakinya gemetaran, terasa meleleh saat dia berdiri untuk menyambut kedatangan Charlotte Allastair.

Bila manusia ketakutan, mereka melepaskan semacam hormon sehingga aroma tubuh mereka tercium lebih kuat. Wanita itu berpura-pura tidak mengendus aroma Chipper yang semakin kuat. "Halo, Alex Chipper. Ada banyak hal yang ingin kubicarakan dengan anda."

"Ya, tentu saja," saat Chipper menyeka wajahnya, tangannya gemetaran.

Charlotte adalah orang yang memerintahkan Valentine untuk menyelidiki Norvam. Berhubung Valentine sudah meninggal, maka dirinya adalah orang yang tepat untuk ditanyai mengenai apa yang belum sempat dilaporkan oleh Valentine. Secara logis harusnya Charlotte menjadi figur yang aman bagi Chipper, namun dia sudah cukup berpengalaman untuk tahu apabila ada yang aneh dari Chipper; vampir biasa mungkin bisa dikelabui darimana dia mendapatkan katarak hanya dalam waktu satu dua hari menghilang saja, tapi Charlotte berbeda.

Satu hal yang dicemaskan dalam pikiran Chipper sekarang adalah teman-teman gerilyawannya di gorong-gorong. Lebih baik dirinya mati daripada melenyapkan satu-satunya harapan umat manusia.

"Pertama-tama, aku sangat menyesal pada apa yang menimpa Andrei Valentine." Ujar Charlotte, "sekalipun dia seorang deviant, namun dia orang yang bisa dipercaya. Karena itulah aku mengirimnya untuk memeriksa Norvam."

"Oh ya, ya. Kami sudah menyelidiki peternakan Baron Norvam, sudah." Suara yang keluar dari mulut Chipper terdengar parau dan gugup.

"Bagus." Charlotte tersenyum, "aku dengar kau suka mencatat. Boleh kulihat buku catatanmu?"

"Uhh ... tulisanku berantakan dan abstrak, biasanya aku menterjemahkan apa yang kutulis ke dalam bentuk laporan sampai Valentine bisa membacanya."

"Buku catatan anda, Chipper." Saat Charlotte menyeringai, tampaklah dua buah gigi taring di balik bibir merahnya.

Chipper mengeluarkan buku catatannya dan menyerahkan pada Charlotte, dalam hati begitu menyesal menyadari betapa aman dirinya saat Valentine masih hidup. Suara kecil dalam batinnya mulai mengejek dan menertawakan dia, mengatakan bahwa mungkin dia benar-benar sudah jadi anjing.

Vampir wanita itu menerima buku catatan Chipper dan mempelajari isinya.

Chipper mengatakan yang sejujurnya, bahwa catatannya berupa coret-coretan abstrak dengan kata-kata yang sulit dibaca dan sesekali ada gambar abstrak seperti coret-coretan kaleidoskop yang dibuatnya saat sedang gugup atau menganggur.

Menggelengkan kepala dan tersenyum elegan, Charlotte mengembalikan buku catatan itu pada Chipper. "Jelaskan padaku tiga buah lembaran buku catatan yang kau robek. Itu adalah tiga lembar terakhir yang kau gunakan, bukan? Kenapa kau merobeknya?"

Kini Chipper berkeringat dingin. Itu adalah catatan yang dibuatnya saat tur memeriksa peternakan milik Norvam. Bila dia katakan dengan jujur, maka Charlotte akan mencurigainya. Wanita ini cukup cerdas untuk mengaitkannya dengan para teroris hantu, karena memang itulah yang ada dalam pikirannya setiap saat; menangkap teroris.

"Saat itu tisu toilet di kamar mandi Valentine habis, jadi aku merobek buku catatan."

"Kebetulan aku baru dari sana dan toiletnya cukup bagus, ada segulung tisu toilet yang berceceran di lantai seakan ada yang berkelahi di sana."

Mati aku! Mati! Bilapun pernyataan Charlotte terakhir itu hanya untuk menjebaknya, dia pasti sudah merasakan debaran jantungnya yang menderu cepat. Chipper berharap lebih banyak kejutan lagi yang didengarnya sehingga dia bisa mati di tempat saat ini juga.

"Kenapa kau merobeknya? Apakah kau menulis sesuatu dan menyerahkannya pada seseorang? Apa yang kau tulis?"

Kini Chipper membodohi diri, andai tadi dia tidak mengatakan tentang tisu toilet dan sebaliknya mengatakan bahwa dia merobek kertas itu karena salah tulis, atau Valentine memintanya untuk bahan menulis laporan, mungkin keadaan jadi lebih baik baginya sekarang. Selama bertahun-tahun dia selalu diam saja dan tidak banyak bicara saat berhadapan dengan vampir, menyerahkan semua urusan pada partnernya. Kini dia menyesal.

Morrison ikut-ikutan, "Chipper, beberapa berandalan melihatmu berjalan-jalan di distrik selatan. Apa yang kau lakukan di sana?"

"Aku pasti sedang tersesat saat itu." kerongkongannya benar-benar kering, Chipper berdehem.

Terdengar suara tawa Charlotte yang ringan, "tidak apa-apa, Morrison. Seperti vampir, manusia juga butuh jalan-jalan. Apalagi setelah majikannya mati. Ya, kan, Chipper."

Chipper menganggukkan kepala dengan gugup. "Ya, ... Valentine sudah kuanggap seperti keluargaku sendiri." Dia tahu persis, bila mengatakan Valentine seperti anaknya sendiri, itu akan menjadi penghinaan bagi seorang vampir.

"Lalu, bagaimana peternakan Norvam? Apakah benar kecurigaan kami itu?"

"Ya!" Betapa lega hati Chipper saat yang berwenang itu mengalihkan topik, tanpa teringat bahwa wanita itu bisa mendeteksi debar jantungnya yang jadi ringan dan demikian menyimpulkan ada sesuatu yang gawat yang disembunyikan oleh Chipper. "Valentine sudah menyimpulkan bahwa kegiatan di sana cukup aneh dan tidak wajar. Terlalu banyak homo mutos nosferatu, bahkan sepertinya semua penjaga di sana tidak ada homo nosferatu. Ada kamp pelatihan berbasis militer. Kami sempat melihat lapangan tembak juga katanya untuk membuat darah tipe Sporty, tapi bagi Valentine, itu omong kosong."

"Sepertinya memang sahabat kita yang satu ini serius dengan kudetanya. Sombongnya manusia, mereka tidak mengerti dunia vampir. Sayang sekali dia terbunuh malam itu, sehingga aku tidak bisa memberinya pelajaran." Charlotte memandangi kuku jarinya yang terawat baik, saat mata biru mudanya itu kembali pada Chipper, lelaki tua itu kembali merinding.

Aku harus bisa memenangkan kepercayaan vampir ini! Oh, Tuhan, bila aku selamat dari sini, aku berjanji untuk tidak akan pernah lagi keluar ke permukaan tanah seumur hidupku! Pikir Chipper berulang-ulang dalam batinnya sendiri.

Dia menambahkan, "Norvam dibunuh oleh Salvador, peliharaannya."

"Aku kira kau sudah lari melalui jendela lantai dua?" ada senyum licik yang terlihat di wajah Charlotte Allastair.

"Tidak, belum. Saat Salvador membunuhnya, aku kabur."

"Berarti kamu lama sekali bergulat dengan vampir di toilet itu yah? Ada sekitar tiga puluh menit. Untuk ukuran orang tua, anda kuat sekali." Charlotte menggodanya.

"Vampir itu butuh waktu lama untuk menerobos masuk ke dalam toilet." Chipper menyeringai, seperti akan tertawa, namun bila ada lelucon di ruangan ini, itu adalah dirinya sendiri.

"Kalau begitu, sebagai orang terakhir yang melakukan kontak dengan vampir tersebut, anda bisa menjelaskan bagaimana vampir itu mati, bukan?"

Chipper sudah bisa lebih santai lagi sekarang, dia mencoba untuk mengarang sesuatu, "aku sedang di kamar mandi, sedikit diare. Kemudian kudengar suara orang berdatangan dan masuk ke dalam rumah Valentine."

"Saat kusadari mereka memukuli dan mengikat Valentine, aku kembali lagi ke lantai dua, dikejar salah seorang dari mereka. Aku menutup pintu kamar mandi dan menggerendelnya, dan vampir itu mencoba untuk mendobrak masuk. Akhirnya saat dia berhasil membukanya, kami bergulat sebentar dan kutusukkan pulpen ke jantungnya."

"Anda punya tangan yang sangat kuat." Charlotte tersenyum. "Lalu bagaimana dengan debu dan arang yang berserakan di sekitar gang rumah Detektif Valentine? Anda juga kah yang membunuh mereka?"

"Bukan, itu Shaheed."

Chipper pun menyadari kesalahannya, tapi semua sudah terlambat.

Dia telah menggali kuburannya sendiri.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top